Bab 31.

90 13 4
                                    

"Kau tahu?, Persetan dengan buku ini. Kita bisa melakukan apapun yang menyenangkan tanpa harus mengikuti semua yang ada dalam buku ini." Keluh Viera sembari membolak-balik lembar buku di pangkuannya.

"Tidak bisa." Sahut Davis dengan acuh.

"Why?." Tanya Viera merasa jengah.

"Berapa kali aku harus menjelaskan ini padamu?. Semua yang terjadi di dunia ini sudah kau tentukan di dalam buku sebelumnya. Sama seperti cerita yang sudah tertulis di dalam buku itu. Kau tidak bisa merubah isinya, kecuali kau melompati beberapa bagian dengan merobek halaman tertentu." Jelas Davis kemudian mengambil buku bersampul merah dari pangkuan Viera.

"Merobeknya?, Halaman cerita yang belum terjadi tinggal beberapa lembar saja. Sisanya halaman kosong. Apa yang akan terjadi jika cerita itu sudah sepenuhnya terjadi?, Apa halaman kosong itu akan terisi dengan cerita baru dengan sendirinya?." Tanya Viera dengan rasa penasaran yang memuncak.

Setelah menghabiskan waktunya seharian dengan menangis dan meratapi nasibnya. Ia mulai sedikit menerima nasib malangnya. Mengakui bahwa semua yang terjadi setelah kecelakaan dulu adalah halusinasinya saja selama koma. Walau hatinya begitu hancur mengetahui semua kebahagiaan ini hanya dari imajinasinya dan tidak nyata, ia ingin  membuat kehidupan dalam mimpi ini terus berlanjut.

Ia tahu jika itu terjadi, maka sama saja ia tak ingin bangun dari komanya. Memang dirinya tak berniat untuk bangun. Kenyamanan dan kebahagiaan yang selama ini di dambakan terjadi dalam dunia mimpi ini. Tentu ia lebih memilih untuk terus berada di dunia ini di bandingkan dengan dunia nyata yang penuh dengan cobaan dan penderitaan.

Jika ia tak bangun dari koma, semua ini pasti akan terus berlanjut. Tetapi, sampai kapan ia akan terus seperti ini?. Jika terus berlanjut, tentu tak akan bertahan lama. Di kemudian hari ia akan meninggal karena tak ada tanda-tanda keinginan untuk hidup dan terbangun. Setelah itu, alam bawah sadarnya tak ada lagi dan semua ini akan menghilangkan, begitu juga dengan Davis.

Sebaliknya, jika ia terbangun, semua kebahagiaan dan pria itu juga sama saja akan menghilang. Karena itu, Viera ingin terus mempertahankan bunga tidurnya ini. Jika sama-sama menghilang, lebih baik ia bertahan lebih lama di sini. Setidaknya, ia bisa lebih lama terus bersama dengan Davis.

"Aku juga tidak tahu." Jawab Davis dengan jujur.

Jujur saja, Davis sebagai karakter yang Viera buat di dalam imajinasinya juga tak tahu apa yang akan terjadi setelah semua jalan cerita sudah sepenuhnya terjadi. Apakah berakhir sampai di situ atau terus berlanjut. Selama ini ia tak peduli akan hal itu. Yang terpenting tujuan dirinya ada hanya untuk melakukan apapun yang terjadi pada cerita di dalam buku karangan Viera dan memastikan semua berjalan dengan sesuai.

"Kita bisa merubah cerita ini." Lirih Viera dengan yakin.

Davis termenung. Salah, bukan mereka berdua yang bisa merubah cerita yang sudah tertulis itu. Tetapi hanya Viera saja. Davis menatap Viera dengan tatapan datar seperti biasa. Terbesit rasa tidak suka ketika mendengar ucapan Viera. Tentu itu bertentangan dengan tujuannya, yaitu melakukan semua sesuai dengan cerita, bukan merubahnya.

Baginya, merubah sama saja dengan merusak. Selama ini, apapun yang Viera lakukan untuk merubah cerita dengan melakukan sesuatu yang tak tertulis, membuat beberapa objek mengalami kesalahan seperti glitch. Seperti tiba-tiba saja semua terus bergerak berulang-ulang seperti kaset rusak dan cacat pada objek untuk beberapa saat.

"Tidak, kita tidak bisa merubahnya. Apapun yang terjadi, sudah di tentukan oleh buku ini." Sahut Davis menekan setiap katanya.

"Kau salah, Davis." Lirih Viera menyangkal.

"Dengarkan ak.." Ucap Davis namun dengan cepat Viera memotong ucapannya.

"Selama ini, semua yang terjadi bukan karena sudah di tentukan oleh cerita di buku karanganku. Tetapi, semua yang terjadi karena kita mengikuti jalan ceritanya saja." Jelas Viera membuat Davis bungkam.

𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang