Bab 26.

158 14 0
                                    

Viera mengerjap-ngerjap dan menggosok matanya. Hembusan angin ringan membelai pipi sekaligus membawa daun maple mendarat tepat di wajahnya. Berjalan santai melangkahi daun maple berwarna coklat keemasan yang sudah berserakan di sepanjang jalan sambil bersenandung kecil menikmati keindahan bergantinya musim.

Salah satu daun maple berukuran kecil kembali mendarat di puncak kepala Viera. Hembusan angin membelai surai yang tergerai membuat daun itu tersangkut di sela rambutnya. Masih belum menyadari akan hal itu, Viera terus melangkah maju. Tak menghiraukan sesuatu yang mengganjal di atas kepalanya. Kembali ia mengerjap-ngerjapkan matanya ketika merasakan sesuatu mengenai mata.

Langkahnya terhenti. Mengusap-usap mata kirinya dengan kesal karena merasa semakin pedih. Hal itu membuat Davis ikut menghentikan langkahnya. Ia melepaskan tangannya yang sebelumnya berpegangan erat dengan tangan Viera. Beralih meraup wajah kecil gadis itu dan sedikit menariknya hingga membuat Viera menengadah agar Davis bisa melihat matanya yang masih mengerjap-ngerjap.

"Buka matamu." Ucap Davis sambil mengusap lembut sudut mata Viera.

Tak cukup hanya dengan menggosoknya ringan. Davis sedikit membungkukkan badannya hingga menyamai tinggi Viera. Seketika, angin kembali menerpa wajah gadis itu. Kali ini angin itu berasal dari Davis. Pria itu meniup wajahnya dengan lembut guna menghilangkan rasa pedih pada matanya. Hal itu membuat Viera sempat terpaku di tempat. Tertegun dan menatap lama pria di hadapannya.

"Cukup." Ucap Viera.

Tangan kanan Viera terangkat. Menutup bibir Davis sepenuhnya. Membuat Davis berhenti meniup wajahnya. Akibat dari perlakuan Davis padanya, membuat jantungnya berdetak semakin kencang. Hingga suara detak yang saling bersusulan itu terdengar hingga ke telinganya sendiri. Rasa pedih di matanya hilang dan berganti dengan terbesitnya perasaan yang membuat dadanya semakin berdebar kencang. Kedua pipi yang merona terlihat semakin jelas ketika Davis menarik kedua tangannya yang sebelumnya menangkup wajahnya.

Menutupi kegugupannya dengan terbatuk-batuk lalu menunjuk pohon yang berjejer rapi di sepanjang jalan. Mencoba mengalihkan perhatian Davis dengan pohon-pohon itu. Dengan cepat ia meraih kembali tangan Davis dan menggandengnya. Kembali melangkah mengikut pasangan lain di depannya. Tak menghiraukan ekspresi wajah Davis yang masih khawatir dengan matanya.

Langkah Viera melambat ketika menyadari bahwa Davis berjalan di belakangnya, walaupun mereka saling bergandeng tangan. Hal itu membuat Davis terlihat seperti seorang anak yang tengah di gandeng ibunya agar tidak terpisah. Usahanya berjalan lebih pelan sia-sia begitu Davis ikut berjalan pelan dan tetap di belakangnya. sontak ia menghentikan langkah kakinya. Kemudian menatap Davis dengan kesal.

Tanpa di duga, Viera menarik gandengan tangan mereka. Lalu melepaskan gandengannya dan beralih melingkarkan tangannya pada lengan Davis. Kedua mata Davis membulat sempurna ketika Viera memeluk lengannya. Gadis itu kembali menariknya dan berjalan berdampingan. Bukan karena tak suka dengan perlakuan Viera yang begitu manis tak seperti biasanya. Hanya saja, seharusnya gadis itu tak melakukan hal ini. Seharusnya, setelah terbatuk-batuk, kaki Viera tergelincir karena batu lalu dengan sigap Davis akan menangkapnya agar tak jatuh. Bukan malah beralih memeluk lengannya.

"Lagi." Ucap Davis dengan lirih namun masih dapat di dengar oleh Viera.

"Hah?." Kaget Viera.

Tak ingin lagi Viera mengubah cerita yang sudah tertulis, tanpa ragu Davis sedikit mendorong tubuh Viera hingga gadis itu tergelincir dan tak seimbang. Seketika, raut panik tergurat jelas di wajah Viera. Kemudian seperti seharusnya, dengan sigap Davis menangkap gadis itu agar tak terjatuh. Memeluk erat pinggang ramping Viera dan menahannya. Lalu dengan cepat Viera menyeimbangkan kakinya dan melepaskan tangan Davis yang melingkar di pinggangnya.

𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang