"Kau memasukkan orang baru tanpa memberitahuku. Apa semudah itu kau memasukkan orang lain ke perusahaan Appa?"
Jisoo masih terdiam di tempat duduknya saat Jennie tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dengan amarah yang sama sekali tidak bisa dia tahan.
Karena sedari tadi Seulgi berada di ruangannya, Jisoo langsung memberikan kode pada sahabatnya itu untuk keluar lebih dulu. Dia yakin jika Jennie akan sangat marah padanya. Tentu saja semua itu juga menambah rasa benci Jennie kepadanya.
"Jennie, aku bisa menjelaskannya. Jongki Samchon-"
"Jongki Samchon yang memintanya, dan kau tidak bisa menolaknya. Setidaknya katakan padaku, aku yang akan menolaknya tanpa rasa sungkan sedikitpun."
Jennie memang semudah itu untuk melakukan apa yang dia mau. Tidak seperti Jisoo yang selalu akan mengutamakan perasaan orang lain. Mereka memang selalu bertolak satu sama lain, bahkan menurut Jennie sang kakak tidak akan pernah bisa searah dengannya.
"Apa salahnya jika Yewon bergabung dengan perusahaan Appa. Dia juga sepupu kita kan? Berikan saja kesempatan padanya, aku yakin dia akan bekerja dengan baik." Jelas Jisoo yang masih dengan sikap tenangnya.
"Apa kau lupa jika aku begitu membenci keluaga Jongki Samchon?"
Jennie mengarahkan atensinya penuh kepada Jisoo. Menyalurkan perasaan marahnya yang entah sampai kapan Jisoo bisa mengerti akan hal itu. "Kau selalu mengutamakan orang lain dari pada harus lebih memperhatikan bagaimana perasaan adik-adikmu."
"Jennie-yaa, kau hanya-"
"Ck! Sudahlah, percuma saja aku mengatakan ini kepadamu. Tapi tetap satu hal yang harus kau ingat, sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi untuk mengubah kebencianku pada mereka. Aku tidak akan pernah memaafkan mereka, bahkan jika semua itu kau yang memintanya padaku."
Brak!
Jisoo hanya mampu memejamkan kedua matanya saat Jennie keluar dari ruangannya dengan kemarahan dan sengaja menutup pintunya dengan keras. Dia memang tidak akan pernah bisa untuk memahami dan mengerti akan kerasnya sifat Jennie.
"Erg!" Jisoo meringis pelan saat dadanya tiba-tiba terasa seperti di hujam.
🥀•••🥀
"Lisa-yaa, kau sudah baikan? Kenapa tidak istirahat saja di kamar, aku bisa membawakan makanannya ke dalam untukmu."
Chaeyoung yang melihat langkah tertatih adiknya segera mungkin membantu dan meninggalkan pekerjaan memasaknya. "Kau tidak kuliah Chaeyoung-ah?"
"Tidak. Aku sudah ijin pada Dosen untuk absen hari ini. Lagi pula di rumah tidak ada orang, tidak mungkin aku meninggalkanmu sendirian dalam keadaan sakit seperti ini."
Semenyebalkan apapun sikap Chaeyoung, dia tetap akan mengutamakan saudara-saudaranya. Karena itu Lisa tidak pernah memberikan nilai buruknya pada saudara kembarnya itu. Ya, walaupun mereka lebih sering bertengkar daripada akur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay, Please ✔ [ ▪︎E N D I N G ]
Fanfiction🥀°°° Waktu berjalan seolah hanya rasa sakit yang di dapat dari masing-masing mereka berempat. Ego, rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan paling tersakiti dan dilupakan. "Aku seolah menunggu suatu hari nanti, tentang bahagia yang entah kenapa teras...