"Jennie Unnie—"
Lisa menatap pada Jennie penuh tanda tanya. Semakin membuatnya berusaha keras untuk menguatkan pijarannya saat menatap pada baju Jennie yang penuh dengan noda darah. Jennie bahkan masih terdiam dengan tatapannya yang kosong, membuat Lisa mengguncang tubuhnya beberapa kali.
"Jennie Unnie, aku mohon katakan sesuatu. Di mana Jisoo Unnie? Unnie... kata—"
Ucapan Lisa langsung terhenti saat pandangannya teralihkan pada sebuah bangkar yang di dorong oleh beberapa suster lengkap dengan kain putih yang sudah menutupinya. Lisa kembali menatap pada Jennie untuk meminta sebuah jawaban, namun kakak keduanya itu malah menjatuhkan tubuhnya dan lagi-lagi dengan tangisannya yang kembali pecah.
"Unnie—"
Lisa menggeleng kuat sebagai bentuk penolakannya. Tidak. Ini semua tidak mungkin terjadi, Jisoo Unnie-nya pasti baik-baik saja. Namun lagi-lagi Jennie memberikan jawaban yang sama.
"Andwee... tidak mungkin, Jisoo Unnie— ANDWEE!!"
Sekuat mungkin Lisa langsung berlari menuju pada bangkar yang sudah di dorong masuk pada sebuah ruangan yang terletak di paling ujung. Ratapan tangis Lisa seolah menghalau beberapa Suster yang ada di sana untuk segera mundur. Memberikan akses penuh pada Lisa untuk meratapi seseorang yang sudah terbujur pucat tidak bernapas.
"Jisoo Unnie—"
Air mata Lisa berhamburan keluar saat jemari tangannya berhasil membuka kain putih itu. Memperlihatkan wajah Jisoo yang sudah menutup rapat kedua matanya.
"Unnie—apa yang kau lakukan? Kau baik-baik saja, kan?" Lisa mengusap pelan wajah Jisoo. Tersenyum hambar dengan air mata yang terus mengalir. "Unnie—bicaralah. Kenapa kau hanya diam seperti ini?" Lisa terus berusaha. Dia menginginkan Jisoo untuk menjawab ucapannya.
"Unnie—"
Lisa terus menyebut nama Jisoo berulang kali dalam kepiluan air matanya. Kenapa Jisoo harus pergi meninggalkannya dengan cara seperti ini? Bukankah dia sudah berjanji untuk sembuh dan terus bersama dengan ketiga adiknya? Lisa tidak bisa menerimanya. Rasanya benar-benar menyakitkan saat melihat Jisoo terbujur tak bernapas dengan sisa-sisa darah yang bahkan masih membasahi tubuhnya.
"Jisoo Unnie... kau sudah berjanji untuk sembuh bukan? Kau sudah berjanji padaku untuk datang dan membuat foto kenangan bersama saat aku dan Chaeyoung wisuda nanti. Kita akan foto berempat, kan?" Lisa kembali meratap pilu. "Kita bahkan belum berangkat untuk berlibur bersama. Kenapa kau harus melakukan ini, kenapa kau pergi... Jisoo Unnie, emm—"
Lisa memeluk tubuh Jisoo tanpa balasan. Semakin mengerang pilu dalam untaian air mata yang terlihat begitu menyedihkan. Berulang kali dia mengatakan pada Jisoo untuk tetap menjaganya, untuk tetap ada bersamanya, namun apa yang dia dapatkan? Jisoo bahkan meninggalkannya tanpa untaian pamit yang terucap. Dia pergi begitu saja tanpa mempedulikan kehancuran hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay, Please ✔ [ ▪︎E N D I N G ]
Fanfiction🥀°°° Waktu berjalan seolah hanya rasa sakit yang di dapat dari masing-masing mereka berempat. Ego, rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan paling tersakiti dan dilupakan. "Aku seolah menunggu suatu hari nanti, tentang bahagia yang entah kenapa teras...