"Jisoo mendaftarkan diri sebagai pendonor mata setelah dia meninggal."
Jennie kembali membeku dalam kepiluan. Jisoo memberikannya hantaman bertubi-tubi yang sangat sulit untuk diterimanya. Kepergiannya masih terasa begitu menyakitkan, dan sekarang Jennie harus menerima kenyataan yang kembali membuatnya terhimpit tanpa mampu untuk menolaknya. Ini semua adalah keinginan Kakaknya sendiri, apa yang bisa dia lakukan untuk menolak keinginan Jisoo diakhir hidupnya?
"Jennie-yaa,"
"Unnie—"
Irene langsung menarik Jennie ke dalam pelukannya. Berusaha memberikan ketegaran walaupun dia sangat tahu jika semua itu masih sangat sulit untuk diterimanya. Irene sendiri masih tidak menyangka jika Jisoo pergi dengan cara seperti ini. Padahal beberapa hari yang lalu Sehun memberinya kabar baik jika Jisoo akan dioperasi dan segera sembuh dari penyakitnya. Namun semua itu ikut meruntuhkan sebagian jiwa Irene saat mendapat kabar jika Jisoo telah pergi.
Dia dan Seokjin bahkan langsung mengambil tiket penerbangan pulang untuk ikut mengantarkan Jisoo ke peristirahatan terakhirnya.
"Unnie tahu ini sangat berat untumu, Chaeyoung dan juga Lisa. Tapi merelakan kepergian Jisoo adalah satu-satu jalan agar dia bisa beristirahat dengan tenang." Irene membiarkan Jennie tetap menangis dalam pelukannya. Membiarkannya menumpahkan segala kesakitannya akan kepergian Jisoo.
"Jisoo sudah berusaha untuk bertahan demi kalian, aku menjadi saksi untuk semua pengorbanannya selama ini. Akhir hidupnya bukanlah hal yang sia-sia, Tuhan mengambilnya karena dia terlalu menyayangi Kakakmu yang berhati malaikat itu. Bahkan setelah tiada, dia masih memberikan kehidupannya untuk orang lain. Percayalah, Jennie— dia sudah sangat bahagia bersama kedua orang tuamu di sana."
Irene tidak setegar itu saat harus menyangkut sosok Jisoo. Dia juga sama terlukanya, sangat teramat kehilangan.
"Lakukanlah, Sehun Oppa— aku tidak akan mencegah apapun keinginan Jisoo Unnie. Apapun yang dia inginkan, aku sepenuhnya sangat percaya padanya."
Sehun menatap pada Jennie yang terus berlinang air mata. Sedari tadi dia hanya diam dalam pijarannya, berusaha untuk tetap berdiri dalam kekuatannya sendiri. Sehun tidak bisa memungkiri jika dia juga sangat kehilangan. Jisoo adalah teman kecilnya yang tidak lepas dari kenangan yang penuh dengan hal-hal baik selama dia hidup. Tidak peduli bagaimana Jisoo memarahi hanya karena hal sepele, semua itu justru menjadi hal yang akan sangat Sehun rindukan. Terlebih dia belum sempat mengatakan hal yang sangat ingin disampaikannya pada Jisoo.
Kembali membuatnya diliputi rasa bersalah saat dia justru tidak mampu melindungi Jisoo. Merasa gagal bahkan saat dirinya berusaha untuk menyelamatkan gadis itu namun lebih tidak mampu saat Jisoo sendiri yang menginginkan untuk pergi, melepas segala kesakitan yang selama ini dia rasakan bertubi-tubi.
"Andwe, Oppa. Aku mohon jangan lakukan apapun untuknya. Biarkan dia pergi, biarkan Jisoo Unnie-ku beristirahat. Jangan memaksanya lagi untuk tetap bertahan, dia sudah terlalu banyak merasakan kesakitan. Biarkan saja... biarkan saja dia pergi dengan tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay, Please ✔ [ ▪︎E N D I N G ]
Fanfiction🥀°°° Waktu berjalan seolah hanya rasa sakit yang di dapat dari masing-masing mereka berempat. Ego, rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan paling tersakiti dan dilupakan. "Aku seolah menunggu suatu hari nanti, tentang bahagia yang entah kenapa teras...