"Yak! Jangan terus-terusan mencomot makanannya, kita akan makan malam bersama sebentar lagi. Jadi bersabarlah, kau ini."
Lisa hanya memanyunkan bibirnya sembari sibuk mengunyah makanan yang baru saja di ambilnya dari piring yang Chaeyoung sajikan. Perutnya sudah lapar sedari tadi jadi dia sudah tidak sabar untuk segera makan.
"Lebih baik kau panggilkan Jisoo Unnie di kamarnya, Jennie Unnie juga akan segera pulang. Kajja!"
Chaeyoung kali ini mendorong pundak Lisa untuk segera beranjak dari duduknya. Anak itu sama sekali tidak bisa diandalkan, bahkan sama sekali tidak mau saat Chaeyoung meminta bantuannya untuk ikut memasak di dapur. Lisa hanya tahu soal makan tanpa mau repot untuk membuatnya. Dasar si bungsu.
"Jisoo Unnie..."
Lisa mengetuk pelan pintu kamar Jisoo. Memanggilnya beberapa kali yang tak juga mendapat jawaban. "Unnie, aku masuk ya?"
Lisa pada akhirnya memilih untuk membuka daun pintu kamar Jisoo yang memang tidak di kunci oleh kakaknya. "Jisoo Unnie, kau di mana?"
Lisa mengedarkan pandangannya, melangkah pelan ke dalam namun tidak ditemuinya sang kakak di dalam kamarnya. Sebaliknya yang Lisa temui adalah rontokan rambut yang berceceran tepat di dekat meja kaca rias milik Jisoo. Lumayan banyak menghias pada lantai kramik kamar Unnie tertuanya itu.
Hatinya kembali hancur melihat semua itu, penyakit kakaknya memang sudah parah. Rambut rontok itu adalah bagian kecil dari efek penyakit yang di deritanya, selanjutnya pasti akan ada hal-hal buruk lainnya yang harus Jisoo rasakan.
"Li-Lisa?" Jisoo sedikit terkejut saat mendapati Lisa yang sudah ada di dalam kamarnya. Jisoo baru saja keluar dari kamar mandi, pasti dia tidak mendengar saat Lisa memanggilnya tadi.
"Ah—Un-Unnie." Lisa mengerjap pelan sebelum mengalihkan tatapannya, mengusap butiran air mata yang sempat luruh detik itu.
"Mianhae, kamar Unnie kotor. Kau seharusnya tidak perlu untuk masuk, maaf—"
"Andwe, Unnie. Gwencana." Lisa semakin berusaha keras untuk menahan tangisnya saat melihat Jisoo yang kini sibuk memunguti helaian rambut rontoknya. "Unnie—" Lisa langsung memeluk Jisoo dan membawanya untuk beranjak.
"Biarkan saja, nanti biar Bibi Hyoeni yang membersihkannya." Jisoo hanya mengangguk dengan senyum tipisnya meskipun dalam hati dia benar-benar malu karena harus terlihat menyedihkan di hadapan adiknya. Kedua mata Jisoo bahkan ikut berkaca-kaca saat merasakan jika Lisa tengah menangisi kondisinya saat ini. Sebagai seorang kakak Jisoo tidak mungkin tidak merasakan hal itu.
"Chaeyoung sudah menyiapkan makan malam untuk kita. Kajja, Aku sudah sangat lapar, Unnie."
Lisa kembali memeluk Jisoo dari samping dan membawanya menuju meja makan. Chaeyoung akan mengomel nanti jika mereka tidak kunjung turun untuk segera makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay, Please ✔ [ ▪︎E N D I N G ]
Fanfiction🥀°°° Waktu berjalan seolah hanya rasa sakit yang di dapat dari masing-masing mereka berempat. Ego, rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan paling tersakiti dan dilupakan. "Aku seolah menunggu suatu hari nanti, tentang bahagia yang entah kenapa teras...