Stay, please □ 32 ✔

2.9K 273 47
                                    

"Kau bahkan belum menjenguk Unnie sama sekali di tempat peristirahat Unnie yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau bahkan belum menjenguk Unnie sama sekali di tempat peristirahat Unnie yang baru."

Chaeyoung masih terdiam. Dia lebih memilih untuk merasakan usapan halus tangan hangat sang kakak pada rambutnya yang pasti akan sangat dia rindukan. Chaeyoung sadar jika semua ini hanyalah mimpi, namun jika boleh meminta dia akan memilih untuk terus tertidur asalkan Jisoo Unnie-nya hadir dalam rengkuhan hangatnya.

"Kapan kau akan datang untuk menjenguk Unnie?"

Chaeyoung kembali menangis. Pertanyaan Jisoo adalah tamparan keras untuknya, pijarannya bahkan masih sangat rapuh. Entah apa yang akan dia lakukan saat harus mengunjungi makam sang kakak nanti. Dia benar-benar takut.

"Mianhae, Unnie... aku tidak sekuat itu. Bahkan aku tidak memiliki kekuatan untuk mengantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhirmu."

Chaeyoung semakin menenggelamkan kepalanya pada perut Jisoo. Dengan posisinya yang masih tertidur dalam pangkuan paha Jisoo Unnie-nya, Chaeyoung semakin menumpahkan air matanya. Hatinya benar-benar hancur saat harus menerima kenyataan pahit di mana Jisoo harus pergi dengan cara yang begitu tragis. Chaeyoung yang berusaha keras untuk menjaganya, dan mengusahakan kesembuhan sang kakak tapi dengan begitu teganya orang lain malah merenggut Jisoo dengan cara yang sangat kejam.

"Kenapa kau harus pergi, Unnie? Kenapa kau tega meninggalkanku, kau menghancurkan harapanku untuk kesembuhanmu. Kenapa— kenapa kau sangat tega meninggalkan kami?"

Jisoo masih tersenyum penuh ketenangan. Dia membiarkan Chaeyoung terus meratap, semakin menangis sepuas yang dia mau, dan membiarkannya mengungkapkan segala isi hatinya. Jisoo sangat tahu bagaimana kehancuran hati Chaeyoung karena kepergiannya. Jisoo bahkan merasa miris dengan dirinya sendiri saat harus meninggalkan ketiga adiknya lewat tangan kejam Taeyang Samchon-nya sendiri.

"Chaeyoung-ah, tidak ada satupun yang abadi bukan? Bahkan jika Unnie memiliki waktu yang begitu panjang, apakah semua itu menjamin untuk kita berempat bisa selalu bersama? Tidak, Chaeyoung—"

Jisoo menggeleng pelan sembari menangkup wajah Chaeyoung dengan kedua tangan hangatnya.

"Karena sebaik apapun rencana yang kita miliki, takdir Tuhan jauh lebih baik daripada semua keinginan kita."

Chaeyoung kembali menggeleng. Kelu dan tercekat, rasanya begitu berat bahkan tidak mampu untuk mengiyakan kalimat yang Jisoo Unnie-nya ucapkan.

"Unnie sangat percaya padamu. Kau kuat, Chaeyoung. Semuanya akan kembali membaik seiring berjalannya waktu. Percayalah pada Jisoo Unnie,"

Hal yang paling Chaeyoung takutkan adalah sebuah kehilangan. Trauma yang begitu besar saat kedua orang tuanya harus pergi dengan cara yang mengenaskan, dan sekarang dia harus kembali menerima kehancuran itu untuk kedua kalinya. Jisoo Unnie-nya juga direnggut begitu kejam untuk selama-lamanya.

Stay, Please ✔ [ ▪︎E N D I N G ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang