"Eomma sudah siuman. Dia mencarimu, karena itu aku menghubungimu, Unnie."
Runna menangis sesenggukan di lorong rumah sakit seorang diri. Jisoo yang baru saja sampai langsung merengkuhnya ke dalam pelukan. Dia pernah ada di posisi Runna, jadi sangat tahu bagaimana rasanya.
"Eomma-mu akan baik-baik saja, kau tidak perlu takut, Runna-yaa."
Jisoo melepas pelukannya meski begitu berat. Dia harus segera masuk ke dalam ruang ICU di mana Dara terbaring tidak berdaya di sana.
"Ji-Jisoo-yaa—"
Jisoo langsung membalas genggaman tangan Dara. Terasa begitu erat walaupun kondisinya terbilang tengah sekarat di atas bangkar. Air matanya jatuh tepat di hadapan Jisoo yang merunduk di samping bangkarnya.
"Ak—aku..."
"Tolong jangan katakan apapun, Bibi. Istirahtlah, kau bisa mengatakannya nanti saat kau sudah membaik."
Jisoo menenangkan Dara yang masih berusaha untuk merangkai kata. Memaksakan dirinya untuk mengatakan sesuatu pada Jisoo.
"Ma—maafkan, aku. A—aku, ah—"
Jisoo menggeleng kuat hingga menangis karena tidak sanggup melihat Dara yang terus terbata untuk merangkai kalimatnya. Jisoo memang sempat marah atas hal buruk yang Dara lakukan pada kedua orang tuanya. Namun nyatanya posisi Dara tidak kalah terhimpitnya, dia terpaksa melakukan hal itu demi iming-iming uang yang nilainya cukup fantastis. Sebagai seorang single parent bahkan pernah menjadi wanita penghibur, Dara bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan putri semata wayangnya. Putrinya bahkan menjadi bahan taruhan nyawa jika Dara berani menolaknya.
"Bibi aku mohon, jangan paksakan dirimu untuk mengatakannya." Jisoo benar-benar takut jika sampai Dara akan pergi. Firasatnya sangat buruk pada wanita itu.
"Ta—tapi a-aku... ti-tidak punya ba-nyak wak-tu, Ji-Jisoo..."
"Andwe, Bibi. Kau harus tetap bertahan, tolong jangan berkata seperti itu."
Jisoo berusaha untuk memanggil Dokter saat monitor detak jantung yang ada di samping bangkar Dara menunjukkan ketidakstabilan.
"Bibi aku mohon bertahanlah, jangan pergi. Aku membutuhkan jawaban atas semua yang terjadi pada keluargaku, aku mohon." Jisoo seolah sejahat itu pada Dara yang sudah kesakitan namun memintanya untuk bertahan. Semua rahasia besar yang terjadi belum seutuhnya Dara katakan padanya.
"Mi—mianhae, to-tolong ja-ga Run-na un-tukku. Ka-kau ju-ga ha-harus men-jaga di-dirimu sen-sendi-ri, Ji-soo..."
Bunyi nyaring monitor detak jantung Dara yang berhenti membuat Jisoo berteriak keras bersamaan dengan tangisnya yang pecah. Pintu ICU itu langsung terbuka oleh Dokter dan beberapa Suster yang ikut masuk. Bahkan Runna juga ikut mememasuki ruangan itu dengan teriakannya yang menggema memanggil nama Dara berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay, Please ✔ [ ▪︎E N D I N G ]
Fanfiction🥀°°° Waktu berjalan seolah hanya rasa sakit yang di dapat dari masing-masing mereka berempat. Ego, rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan paling tersakiti dan dilupakan. "Aku seolah menunggu suatu hari nanti, tentang bahagia yang entah kenapa teras...