"Besok aku akan di operasi, aku menitipkan ini padamu, Seulgi-yaa. Jika sampai terjadi sesuatu padaku, tolong berikan ini pada ketiga adikku."
Jemari lentik milik Seulgi mengusap pelan pada batu nisan yang ada di hadapannya. Tiga bulan berlalu dan kerinduan akan senyum, tawa, bahkan segala hal yang ada dalam diri gadis berhati malaikat itu begitu memeluk erat dalam diri Seulgi. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan begitu saja sosok sahabat terbaiknya itu.
"Rasanya begitu berbeda, Jisoo-yaa. Aku bahkan tidak memiliki teman saat harus pulang larut malam karena pekerjaan kantor yang menumpuk. Ck, kau teman terbaik sekaligus teman paling tega yang pernah aku miliki. Kau tega meninggalkanku yang bahkan tidak memiliki lagi teman terbaik sepertimu." Seulgi mengusap air matanya berulang kali. Tidak mau menetesi nisan Jisoo dengan lelehan beningnya yang bahkan tidak mau berhenti untuk mengalir.
"Mianhae, aku bahkan sering masuk ke ruang kerjamu dan menangis pilu di sana. Kau benar-benar merubahku menjagi seseorang yang begitu cengeng. Apa kau puas melihatku seperti ini sekarang?" Menengadah pada hamparan langit, Seulgi seolah meminta jawaban pada Jisoo yang mungkin saja tengah menatapnya dari atas sana.
Jisoo adalah gadis yang begitu murni. Siapapun yang mengenalnya pasti akan sangat beruntung, begitupun dengan Seulgi yang memiliki kesempatan untuk mengenalnya bahkan menjadi sahabat baiknya. Gadis itu menorehkan begitu banyak tinta kebaikan yang sangat sulit untuk dilupakan. Tidak peduli bagaimana cobaan yang sering datang memeluknya, Jisoo akan tetap berjalan penuh tegar walaupun sebenarnya begitu rapuh dan tertatih. Seulgi akan menjadi yang terdepan sebagai saksi akan hal itu.
"Jangan banyak mengeluh seperti itu, atau gajimu akan ku potong 10%." Jisoo menatap pada Seulgi dengan wajah yang tampak dibuat segarang mungkin.
"Yak! Jangan bercanda, Bae Jisoo. Bagaimana cicilan Apartemenku akan segera lunas jika gajiku kau potong sebanyak itu?" Mengerucut kesal, Seulgi langsung saja melayangkan protesnya pada sahabatnya itu.
"Jika begitu jangan mengeluh, Kang Seulgi. Kau harus banyak belajar untuk bekerja lebih keras lagi, selagi masih ada aku di sampingmu."
"Apa maksudmu?" Seulgi jelas tidak suka jika arah bicara Jisoo mulai mengarah pada hal-hal yang teramat dia benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay, Please ✔ [ ▪︎E N D I N G ]
Fiksi Penggemar🥀°°° Waktu berjalan seolah hanya rasa sakit yang di dapat dari masing-masing mereka berempat. Ego, rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan paling tersakiti dan dilupakan. "Aku seolah menunggu suatu hari nanti, tentang bahagia yang entah kenapa teras...