tujuh belas

249 40 1
                                    

Sejak hari itu, tidak ada lagi pertemuan di antara pasangan suami istri itu.

Tidak ada yang terjadi di antara mereka. Semuanya sama. Jared mengurus perusahaannya, dan Rachel dengan tesisnya. Keduanya sama-sama bosan. Bedanya, Jared tidak menjadikan perusahaan itu pelarian atas apa pun, baik atas fakta bahwa ibunya meninggalkannya ketika ia kecil maupun atas kemungkinan bahwa istrinya akan mati.

Namun, Rachel sepertinya sedikit berhasil. Karena pelariannya di dalam tesisnya, hampir satu tahun ini, ia hampir tidak menyentuh alkohol. Ia mendatangi bar langganannya hanya demi membeli alkohol dan meminumnya di rumah.

Keduanya hidup sebagai pasangan suami-istri di hadapan Tuhan dan orang lain saja. Jika Tuhan atau seorang peternak sapi bertanya apakah mereka adalah pasangan suami istri, keduanya akan dengan tegas menjawab ya, benar.

Tapi hal itu berbeda di antara mereka sendiri. Mereka bukan suami istri di hadapan mereka sendiri. Hidup Rachel yang membosankan dan hidup Jared yang cepat, berjalan sebagaimana adanya ketika mereka masih lajang, sendiri-sendiri, begitu-begitu saja.

Satu-satunya perbedaan di hidup Rachel adalah lift di apartemennya sudah tidak pernah rusak lagi, bangunannya sudah dicat ulang, serta ada perbaikan di mana-mana.

Rachel tahu Jared Assad yang membelinya dan melakukan semuanya ketika suatu malam ia melihat pria itu.

Malam itu, Rachel dan plastik-plastik sampahnya turun ke lantai dasar. Ia pergi ke sebuah sudut di bagian belakang gedungnya demi mendapati pria itu sedang mengobrol dengan seseorang yang terlihat seperti direktur perusahaan properti yang menaungi apartemen itu. Kosa kata direktur tersebut monoton. Ia mengucapkan kata prospek lebih dari lima kali di dalam 15 detik Rachel memasukkan plastik-plastik sampahnya ke dalam bak.

Hal itu seperti mereka putus asa ingin menjual apartemen bobrok itu, dan anak tunggal Assad yang berniat membelinya adalah jawaban dari ribuan doa dan ratapan para penanam modal. Karenanya, mereka masih menerima kedatangan Jared bahkan di pukul 11 malam di hari Sabtu itu.

Bahkan ketika mereka bertemu di sudut itu pun, keduanya tidak berbicara. Rachel hanya melihat sebentar bagaimana suaminya disegani dan dihormati seperti seorang juru selamat, sementara Jared melirik istrinya yang berantakan, selama beberapa detik sebelum kembali kepada pria tua di dekatnya.

Saat itu adalah terakhir kalinya Rachel menggunakan tangga, dan terakhir kalinya ia membuang sampah ke bawah.

Tepat satu hari setelah Rachel membuang sampah ke bawah, mereka mempekerjakan petugas yang mengumpulkan sampah di setiap lantai. Dan di hari yang sama, lift sudah berfungsi. Sekarang, meja resepsionis sudah terisi lagi. Tim pemasaran mereka juga sudah kembali berjalan dengan normal. Rasanya, Jared juga mengangkat rasa malu dari pundak tim agen marketing itu. Akhirnya, ada yang bagus dan patut dipromosikan dari komplek itu oleh mereka. Unit-unit sudah penuh, tersewa, dan terjual.

Ajaib benar apa yang Jared lakukan pada apartemen itu. Tapi Rachel tidak terkesima, karena, jika ia mau, ia bisa menjadi juru selamat itu. Pada dasarnya, semua orang bisa. Mereka hanya terlalu mabuk untuk itu.

Di luar hujan.

Suara air hujan yang mengetuk-ngetuk kaca jendela tua rumah itu menjadi latar keheningan di dalam sebuah kamar seorang nenek.

Rachel memandangi seorang nenek yang menjadi partisipan tesnya. Cahaya oranye berpendar ke seluruh ruangan, menerpa wajah pucat nenek itu dan memberinya sedikit warna. Ranjang kayu wanita tua itu keras, tetapi entah bagaimana nenek itu terlelap nyenyak di dalam tidurnya.

Ini adalah partisipan tesnya yang ke-50. Seorang wanita tua yang tidak bisa melakukan apa-apa selain berbaring di tempat tidur. Ia sudah pergi ke banyak spesialis dan setiap spesialis memberikannya banyak obat, tetapi wanita tua itu belum juga sembuh. Yang ada, kondisinya kian memburuk.

She who Keeps both Heaven and Hell OccupiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang