Untuk pertama kalinya di dalam sejarah hidup Rachel, kematian datang dengan pertanda.
Sejak di kapel tadi, semuanya terlihat sudah dekat. Rachel ingat selemah apa punggung ayahnya ketika ia berjalan di lorong, bagaimana angin pukul lima seolah akan meruntuhkannya ke tanah. Langkah pelannya ringkih, seolah akan putus di seperempat gang. Figur kurus yang tenggelam di dalam jasnya itu memenuhi benak Rachel sementara ia menjenguk partisipan nomor 50. Dan ketika Eyang memilih pergi, Rachel ingat bahwa cepat atau lambat, ayahnya juga akan memilih pergi.
Kenapa? Karena tujuan pria itu sudah tercapai. Ia sudah mengiringi anak kesayangannya ke ujung gang. Ia sudah menyerahkan anaknya itu kepada pria lain.
Hasilnya, sekarang pria itu tidak sadarkan diri, meregang nyawa di atas tempat tidur di samping alat-alat. Orang-orang menyemut di depan ruangannya, bersiap untuk, dan beberapa dari mereka sudah, melepasnya. Tidak ada Rachel Helena di sana. Tidak ada anak perempuan sinis itu, yang baru mereka ketahui memiliki adik dari ibu yang lain.
Sampai akhirnya sebuah gerakan muncul dari ujung ruangan. Pintu itu dibuka, dan, ketika semua kepala menoleh ke arah itu, semua tangis terjeda.
Seluruh ruangan berubah hening.
Rachel Helena muncul bersama Jared Assad. Tidak ada yang memahami siapa Jared Assad sampai-sampai Rachel muncul bersamanya. Wanita itu sering berada di samping Arya Salbatier, tetapi tidak pernah bersama pria itu. Sekarang, Rachel tidak hanya bersama Jared, ia juga membiarkan tangannya digenggam dengan begitu saja. Dan yang membuat mereka yang muda dan yang tua terpekur adalah bahwa Rachel terlihat membutuhkannya.
Rachel Tirtajana tidak pernah terlihat membutuhkan apa-apa.
Anak perempuan paling sok, paling lancang, dan kurang ajar itu selalu berhasil mempertahankan dirinya sendiri. Namun, malam itu, ia tampak sebagai anak perempuan saja. Ia terlihat butuh dipertahankan. Tidak ada padanya hasrat yang terlihat untuk menegaskan kekuasaannya. Tidak ada orang yang merasa dimanipulasi, dilecehkan, atau dijatuhkan kepada kerendahan yang paling mungkin.
Justru, untuk suatu momen yang terjadi satu kali di dalam satu kehidupan, Rachel terasa berada di sana juga. Ia hidup di dalam atmosfer yang sama. Seluruh dunia mulai mampu menyentuhnya, menerpanya, tidak lagi terpental atau tertolak. Emosi yang bersirkulasi di koridor itu berhasil menembusnya. Kesimpulannya adalah, malam itu, di dalam genggaman pria asing itu, Rachel Helena berada bersama mereka semua.
"Hm?" Jared menatap istrinya yang berhenti berjalan. "Ada apa, Sayang?"
Rachel tidak menjawab. Ia hanya menatap suaminya sebentar sebelum duduk di sana, agak jauh dari kumpulan warga panti dan para pengunjung ayahnya yang lain.
Tanpa bertanya lebih lanjut, Jared duduk di samping Rachel. Ia tidak melepas genggamannya. Jared tidak bisa. Goresan yang memenuhi setiap keretakan di mata Rachel tidak pernah berhenti membunuhnya.
Tanpa pria itu sadari, ibu jarinya mengusap-usap tangan istrinya yang duduk dengan sabar. Punggung Rachel sedikit membungkuk di sana. Sorot matanya lesu, terpaku pada bagian bawah dinding di hadapan mereka. Tidak ada air mata atau harapan apa-apa, tapi dari sana, Jared melihat bahwa, mungkin, jika sejak dulu kematian datang dengan pertanda, beginilah caranya Rachel menghadapinya.
Ia akan hanya akan duduk. Mungkin sejak dulu, Rachel juga tidak benar-benar ingin menahan siapa-siapa. Mungkin Rachel merasa ia tidak bisa dan tidak cukup untuk menahan siapa-siapa, jadi ia hanya ingin tahu kapan waktunya tiba. Ia hanya ingin menjadi cukup untuk sekadar diberi tahu.
Sementara itu, waktu berjalan tanpa bisa menunggu. Semua orang di sana gelisah. Mereka khawatir. Kenapa Rachel tidak masuk? Anak itu akan kehilangan ayahnya tanpa melihatnya. Bukankah ini waktu yang tepat untuknya masuk? Bukankah hanya ini waktunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
She who Keeps both Heaven and Hell Occupied
RomanceRachel Helena memiliki misi untuk menjadi kekecewaan terbesar bagi ayahnya. Karena perselingkuhan ayahnya dengan pembantu mereka, ibu dari Rachel meninggal bunuh diri. Di hari yang sama, selingkuhan pria itu juga mati. Alhasil, Rachel mengubur ibuny...