Ada sebuah miskonsepsi kosmik di dalam alam semesta, bahwa upah dosa ialah neraka.
Menurut Alkitab, upah dosa ialah maut. Hal ini sering dibawa ke mimbar dan dikhotbahkan menjadi upah dosa adalah neraka. Tetapi upah dosa adalah maut, bukan neraka. Sejalan dengan surga yang adalah tempat untuk mereka yang percaya kepada Sang Anak, neraka adalah tempat untuk mereka yang tidak terpilih untuk percaya.
Jadi, apa itu maut, jika bukan neraka? Apa itu upah dosa?
Setiap kali Rachel minum, jawabannya muncul di benaknya: upah dosa adalah dosa itu sendiri. Maut atau kematian atau kesudahan itu adalah dosa. Dosa adalah suatu bentuk entitas yang fatal dan kehadirannya saja harus dihindari. Hal ini tidak seperti: aku berdosa, aku akan mati. Bukan. Hal ini berarti: aku berdosa, aku sudah mati.
Praktisnya, jika seseorang hobi berkata kasar, upah dosanya bukanlah bahwa dia akan kehilangan respek orang-orang. Itu adalah konsekuensi sosial. Upah dosanya adalah bahwa ia berkata kasar. Jika seseorang kecanduan pornografi, upah dosanya bukanlah bahwa dia akan memiliki otak yang rusak dan serangkaian malfungsi seksual. Itu adalah konsekuensi fisik. Upah dosanya adalah bahwa ia kecanduan pornografi.
Pada prinsipnya, jika seseorang berdosa, upah dosanya bukanlah bahwa dia akan masuk neraka dan berpisah dengan Tuhan nanti, melainkan bahwa ia berdosa dan terpisah dari Tuhan sekarang.
Sekarang sudah jelas bahwa upah dosa adalah dosa. Keterpisahan permanen dari Yang Mahakudus. Sudah jelas juga bahwa semua orang terbelenggu oleh dosa dan terpisah dari Bapa, karena dunia ini telah jatuh ke dalam dosa. Kabar baiknya, di dalam Yesus Kristus, dan hanya di dalam Yesus Kristus, ada kelepasan total dari dosa, di dunia yang ini dan sekarang. Dan bukan hanya dari rantai dosa, tetapi juga dari bekas-bekas cengkeramannya. Ini adalah awal yang sungguh, sangat baru.
Bukankah ini kabar yang benar-benar baik?
Bagi Rachel, ini pernah menjadi kabar baik. Sekarang, kabar baik itu menjadi momok baginya. Berapa kali kabar baik itu bisa dikabarkan sebelum kebaikannya luruh dan berubah menjadi penghakiman?
Maksudnya begini: pada suatu hari ada seorang wanita yang tertangkap basah berzina. Orang-orang menuntut bahwa ia dilempari batu sampai mati, sesuai hukum agama yang berlaku. Namun, Yesus menyuruhnya pulang dan jangan berbuat dosa lagi.
Itu adalah kabar baik, tapi apa yang terjadi jika wanita itu pulang dan berbuat dosa lagi?
Rachel ingin tahu jawabannya karena jawaban itu menentukan sisa hidupnya. Ia tahu seluruh kebenaran soal dosa, tapi ia tetap menyerahkan dirinya kepada dosa setiap kali ia minum. Ia diampuni dan berdosa lagi, mengabaikan seruan Hidup di hatinya untuk berhenti minum dan mendekat kepada Allah. Sebaliknya, ia memilih untuk berkubang di dalam jerat dosa.
Intinya, Rachel berdosa dengan sadar. Berdosa-dengan-sadar terasa seperti menggunting pita suara dari Suara itu tanpa ampun.
Tapi, bahwa kamu masih mendengar Suara itu dan berduka akan dosa kamu merupakan tanda bahwa kabar baiknya masih berlaku bagi kamu, seseorang akan menghibur Rachel.
Oke, itu adalah penghiburan yang teologis. Namun, itu juga adalah ketakutan terbesar Rachel. Ia menunggu-nunggu kapan Suara itu hilang darinya. Ia menunggu kapan Yesus meninggalkannya.
Karena, ini sudah berlangsung selama enam tahun. Rachel memiliki koleksi pita suara di dalam pojok ternajis di hatinya. Ia mengguntingnya juga setiap kali ia bersikap kurang ajar pada ayahnya, atau memanipulasi seseorang, menggunakan kepolosan orang-orang, dan sebagainya. Semua ini tidak hanya membunuhnya, tetapi juga menyiksanya dalam waktu yang terasa abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
She who Keeps both Heaven and Hell Occupied
RomantikRachel Helena memiliki misi untuk menjadi kekecewaan terbesar bagi ayahnya. Karena perselingkuhan ayahnya dengan pembantu mereka, ibu dari Rachel meninggal bunuh diri. Di hari yang sama, selingkuhan pria itu juga mati. Alhasil, Rachel mengubur ibuny...