tiga puluh tujuh (ii)

382 27 7
                                    

Sesuatu soal alkohol itu membuat Rachel harus berjalan pelan-pelan di koridor yang terasa memanjang, lift yang terasa menyempit, dan lobi yang terasa lebih luas dari biasanya.

Namun, itu adalah sesuatu soal Jared Assad yang membuat Rachel berhenti sedikit terlalu jauh dari pria itu.

Sore tadi, Rachel muncul paling awal. Ia menyaksikan para tamu berdatangan, dan disaksikannya bagaimana hanya suaminya yang mendapat perhatian semacam itu. Para tamu wanita begitu sunyi, tetapi tatapan mereka penuh pemujaan, sarat sanjungan dan pemberhalaan kepada anak tunggal Assad. Dominasi hitam pada tubuh pria itu begitu sempurna, karismanya menguasai, sehingga seolah-olah seluruh gunung itu dan segala isinya berada di bawah pemerintahannya.

Kini, pria yang sama berdiri di samping mobil putihnya. Jas hitamnya sudah tanggal, menyisakan kemeja putihnya yang berantakan. Karismanya redup, dan seluruh kekuatan spiritual yang terkait dengan itu sudah mati. Aroma khas pria itu kabur, digantikan dengan bau tembakau yang kuat.

Jared memandangi istrinya beberapa lama. Sama sepertinya, pakaian formal Rachel juga masih melekat. Wanita itu mengenakan gaun hitam yang ia kenakan di hari pernikahan mereka, gaun satu-satunya yang Rachel miliki, yang bertali agak lebar dan berpotongan persegi di lehernya itu. Namun, berbeda dari sore tadi di mana Rachel mengenakan sepatu hak tinggi, sekarang wanita itu mengenakan sepasang sandal jepitnya.

Ini seperti reka adegan pernikahan mereka, tetapi dengan kesuraman yang kini terbagi rata di antara keduanya.

"Mau bicara apa, Jared?" tanya Rachel.

Aroma alkohol menguar kuat dari wanita itu, membuat wajah letih Jared mengetat.

"Kita akan berbicara di tempatku."

Jared berjalan mendekat kepada istrinya. Langkahnya berat. Ia mengeluarkan tangannya dari balik saku celana, lantas mengambil tangan wanita itu. Digenggamnya tangan itu dengan erat. Dibawanya wanita itu ke mobilnya.

"Kenapa?"

"Karena aku membutuhkan kamu di sana."

Rachel masuk ke dalam mobil putih itu. Tidak ada bantahan dari wanita itu karena ini adalah suaminya. Sebagai istri yang profesional, ia harus berada di mana pun ia diminta meskipun ia tidak senang berada di tempat asing tepat setelah ia minum sungguh sangat banyak.

Bagaimana pun juga, lama-kelamaan, kepalanya sakit. Jalanan tampak berbayang, begitu juga mobil-mobil dan motor-motor. Wanita peminum itu menahannya kuat-kuat di sepanjang perjalanan yang sunyi senyap itu, tetapi ketika mobil berbelok memasuki sebuah komplek apartemen, ia mulai benar-benar merasa terganggu. Rachel mengistirahatkan kepalanya yang sedari tadi tegak, di sandaran jok. Ia terduduk dengan gelisah, dan melorot di sana.

Tidak lama kemudian, mereka tiba. Jared membantu Rachel keluar dari mobil dan menggandeng istrinya di setiap langkah ke unitnya.

Berbeda dengan apartemen Rachel sebelum diperbaiki, apartemen Jared memang ada harganya. Kodrat daerah itu memang elit. Semua soal area itu terbangun dan terdukung dengan baik. Kehidupan berjalan dengan optimal. Tidak pernah ada rumor soal hantu.

Intinya, tempat tinggal Jared berkebalikan dengan tempat tinggal Rachel. Intinya lagi, mungkin sejak awal Jared Assad dan Rachel Helena adalah sebuah kesatuan yang ironis dan salah.

Hal itu bertambah nyata ketika mereka menginjakkan kaki di unit Jared.

Salah satu alasan Rachel tidak pernah membawa orang ke rumahnya adalah karena unitnya kecil, tidak ada sirkulasi, dan bau aneh. Sementara itu, unit pria itu luas dan sejuk. Aroma yang canggih berputar dengan menyenangkan di dalam sana, membawa para tamu ke umur tujuh dan ke fantasi terhebat mereka.

She who Keeps both Heaven and Hell OccupiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang