Peter mencintai Magdalene. Peter selalu mencintai Magdalene.
Diane melihatnya di mata pemuda itu setiap kali ia melihat Peter menatap gadis yang diincar semua pemuda di kampus. Diane bukannya peduli soal itu. Dia tidak peduli sama sekali. Tapi, sebelum ia menyadarinya, mereka sudah menikah. Dan tidak lama setelah itu, ia sudah hamil.
Mahasiswi kedokteran itu hanya berusaha membuat ibunya bangga. Ia ingin menciptakan sesuatu yang dapat menarik sebuah pujian atau setidaknya tatapan persetujuan dari wanita itu. Namun, bahkan sekolah kedokteran gagal. Diane sudah mencoba semuanya dan kesemua dari itu gagal. Ia harus menjadi istri seseorang, dan seseorang itu harus putra tunggal Assad.
Jadi Diane meminta Peter menjadi suaminya. Tanpa ia duga, pemuda yang menarik diri itu menerimanya. Dan mereka menikah: Peter dan Diane, dan mungkin ada Therese Taasatijana juga di dalam pernikahan itu, karena yang paling berbahagia soal hubungan itu adalah ibu dari pemudi yang masa bodoh itu.
Di sisi lain, Peter benar-benar terpikat oleh Diane. Diane memang bukan Magdalene. Ia hanya gadis yang ketus, keras, dan mabuk oleh tugas-tugas dan ujian-ujian yang tiada habisnya. Namun, bagaimana pun juga, Diane menyempatkan diri untuk berkunjung ke kediaman Assad, mengajak Peter berbicara, dan berdiskusi soal pertukaran yang paling mungkin demi menjadikan pria itu suaminya. Diane tidak meminta, ia menukar. Jadi, sejak awal, mereka berdua tahu bahwa hubungan itu adalah sesuatu yang transaksional, tidak ada cinta di dalamnya. Diane mendapatkan kebanggaan memiliki seseorang dari garis Assad, dan Peter mendapatkan wanita itu.
Karena Peter hanya menginginkan wanita itu.
Hal paling menonjol darinya adalah bahwa ia cantik. Luar biasa cantik. Namun, yang membuat Peter jatuh hati dan meminang wanita itu dengan serius adalah bahwa, sebagaimana pun orang-orang menyebutnya dokter yang sinis, Peter tahu bahwa Diane berusaha keras membawa semua orang ke dalam kesembuhan mereka.
Ketika mereka masih berpacaran, Peter pernah menjemput gadis itu di rumah sakit dan ia memergoki dokter umum itu menggenggam tangan pasiennya sedikit terlalu lama, dan di saat itu juga, ia tahu Diane sedang mendoakan pasien korban kecelakaan itu. Diane memiliki titik yang lembut itu, terlepas dari ia dan seluruh kesinisannya; ia dan semua apa yang dianggap orang sebagai malapetaka. Sebagai pria yang takut akan Tuhan, tidak ada harta yang lebih berharga darinya dibanding memperistri wanita seperti itu.
Jadi, mereka menikah. Pernikahan yang dihadiri oleh keluarga besar Assad dan keluarga besar Taasatijana, pernikahan yang suci dan khidmat, pernikahan yang Diane benci.
Ia pikir ibunya bangga. Ya, memang Therese bangga. Tapi, wanita itu tidak melihatnya.
Wanita itu tidak melihatnya. Ia melihat pernikahan itu. Ia melihat Peter. Mungkin Therese melihat Diane juga, tapi ia melihatnya sebagai istri dari Peter Assad. Itu yang membanggakan, bukan anaknya. Dan betapa Diane menyadari hal itu.
Wanita itu membenci suaminya. Ia membenci semua hal, tapi apa yang bisa ia lakukan? Bercerai? Diane tidak mau. Ia tidak mau melanggar ketetapan Tuhan hanya karena seorang ibu yang tidak pernah kenyang dan sebuah pernikahan patriarkal sialan. Lagipula, ia tahu-tahu saja hamil.
Meskipun ia membenci kehamilan itu, wanita itu tidak mau membunuh bayinya. Pertama, ia bukan pengecut. Kedua, ia tahu apa yang ia lakukan ketika ia dan suaminya memiliki seks, apa konsekuensi yang menyertainya, apa yang harus ia harapkan, dan seterusnya. Dan ketiga, ia dokter, jadi ia tahu apa yang akan dilakukan para dokter komersil untuk membatalkan sebuah nyawa di dalam rahim sang ibu—kejam, dan, sebagaimana pun Diane membenci kehamilan itu, ia rupanya tidak memiliki hati untuk membunuh putranya.
Tapi poinnya jelas: Jared Assad tidak diinginkan ibunya.
Jared memang dipertahankan, tapi bukan karena ia diinginkan. Kemudian Diane melahirkan bayinya. Ia mengambil cuti melahirkan selama 3 bulan demi menyusui dan mengurus anaknya, bukan karena ia adalah seorang ibu, tetapi karena ia adalah seorang induk. Ini soal tanggung jawab, bukan kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
She who Keeps both Heaven and Hell Occupied
RomantikRachel Helena memiliki misi untuk menjadi kekecewaan terbesar bagi ayahnya. Karena perselingkuhan ayahnya dengan pembantu mereka, ibu dari Rachel meninggal bunuh diri. Di hari yang sama, selingkuhan pria itu juga mati. Alhasil, Rachel mengubur ibuny...