Empat puluh

6.8K 276 3
                                    


"Ya Allah Mba nanad...." teriak isla berlari menghampiri Nadine yang sudah tergeletak di dekat meja kerjanya.

"Mba .... Mba ... sadar Mba ... ini isla " isla menepuk pipi Nadine panik tapi bos nya itu tak menunjukkan tanda tanda akan sadar.

Ia meraih bantal dekat sofa untuk mengganjal kepala Nadine setelahnya berlalu keluar untuk meminta pertolongan.

"Mas jun...dini...mega...tolong Mba nanad pingsan"

Semua orang di bawah yang mendengar teriakan isla menoleh ke sumber suara tak terkecuali caca yang sedang sibuk memainkan hanger seketika menoleh saat mendengar teriakan isla.

"Kenapa pada bengong sih, itu Mba nanad di atas pingsan, tolong panggilan pak alis sama mas jun buat bawa Mba nanad ke rumah sakit cepetan" ucap isla panik setelahnya berlari kembali ke atas.

Sus Dita yang mendengar itu berlari keluar memanggil pak alis, tanpa memperdulikan caca yang sudah menangis kejer mengejar isla ke atas.

"Bunda....bunda kenapa tante" tanya caca menangis memegangi tangan bundanya.

"Caca tenang ya bunda cuma lagi istirahat aja kecapean dia" balas isla menengkan.

"Bunda bangun bunda...caca takut " ucap caca menggoyangkan tangan bundanya.

"Udah ya nak tenang bunda gak kenapa napa kok, caca nya jangan nangis gitu nanti bunda nya sedih" isla menghapus air mata caca.

Tak lama masuk mega dan dini "mas jun sama pak alis mama?"

"Mas jun bentar lagi datang kalau pak alis lagi di panggil sama suster nya caca"

Tak berselang lama masuk pak alis mas jun serta sus Dita yang langsung meraih caca ke gendongannya mengikuti langkah pak alis dan mas jun yang membopong Nadine untuk di bawa ke mobil.

Nadine sudah di dalam mobil menuju ke rumah sakit dengan caca yang masih tak berhenti nangis memegangi tangan sang bunda, terlihat ia sangat khawatir dan takut melihat bundanya yang gak kunjung bangun.

"Telpon pak Rifky sus" pinta isla.

"Iya Mba"

Bergegas sus Dita menghubungi Rifky mengabari soal keadaan istrinya, tak lama mobil yang mereka tumpangi masuk ke sebuah parkiran rumah sakit, isla bergegas turun untuk meminta bantuan petugas.

Setelah petugas datang memindahkan Nadine ke atas blankar rumah sakit, bergegas Nadine di bawa ke igd untuk langsung mendapatkan tindakan, caca masih menangis dipangkuan sus Dita di depan igd, isla sibuk mundar mandir kesana kemari sungguh ia sangat takut terjadi apa apa dengan bos nya itu.

"Sus Dita, caca kalian lagi ngapain disini? " tanya Mba nia saat akan masuk ke igd melewati ruang tunggu.

"Ibu bu"

"Maksudnya apa? " tanya Mba nia tak paham.

"Mba nanad pingsan dok" balas isla cepat.

"Hah Nadine pingsan" ucap Mba nia panik berlalu masuk ke dalam saat mendengar adiknya pingsan.

Sudah hampir tigapuluh menit setelah Mba nia masuk tapi belum ada kabar soal Nadine, bahkan Rifky pun tak kunjung tiba, tangis caca sudah sedikit mereka setelah di gendong isla.

"Gimana keadaan Nadine dit? " tanya Rifky saat sampai di depan igd tergesa gesa terlihat sangat panik.

"Ayahhh" teriak caca kembali menangis melihat ayahnya.

Rifky meraih anaknya dari gendongan isla mengelus punggung caca menengkan, ia harus terlihat tenang di depan caca karna kalau tidak caca pasti semakin panik.

TAKDIR (Menemukan Kita Lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang