Tujuhpuluh

6.1K 336 8
                                    


Setelah di pastikan semuanya dalam keadaan baik baik saja, Nadine dan anaknya sudah di perbolehkan pulang ke rumah.

Kehadiran bayi munggil yang menggemaskan itu bukan hanya mencuri hati ayah dan bundanya saja, tapi hampir semuanya larut dengan kehadiran bayi tampan yang mukanya persis sang ayah ini.

Bahkan caca beberapa kali merengek dan menangis karna melihat orang orang lebih sibuk dan perhatian dengan adik bayi nya dari pada dirinya, bahkan bunda dan ayahnya pun benar benar di larang dekat dekat dengan adiknya dengan alasan caca gak suka.

Kemarin sore saat di rumah sakit caca benar benar tak berhenti menangis selama kurang lebih satu jam, gara gara melihat sang bunda yang menyusui adiknya.

Entahlah Nadine dan Rifky benar benar bingung harus berbuat apa pada anaknya itu, Nadine dan Rifky sudah beberapa kali memberi pengertian pada anak itu tapi tetap saja anak itu akan menangis jika melihat ayah dan bundanya berdekatan dengan adik bayinya.

Sampai di rumah keadaan rumah benar benar sudah sangat ramai, Keluarga Nadine dan Rifky sudah berkumpul untuk menyambut kepulangan adik nya caca.

Kebetulan Nadine di jemput oleh mama Dewi dan papa Gunawan, bahkan mama Dewi semalam harus menginap di rumah sakit untuk menjaga cucu laki lakinya itu, lantaran caca terus merengek meminta ayah bundanya agar tak berdekatan dengan adiknya. Bahkan di bujuk dengan apapun tak mempan sama sekali.

"Pelan pelan yang " ucap Rifky membantu istrinya turun dari mobil, dengan caca yang memengangi tangan sang bunda sangat posesif.

Nadine mengangguk, turun dengan sangat pelan dan hati hati, rasa nya ia masih sangat ngilu.

"Caca mau gendong bunda" rengek caca mulai lagi saat kedua orangtuanya akan melangkah masuk ke dalam.

"Bundanya masih sakit kak, kakak jalan sendiri aja ya. Ayah nya mau bantu bunda jalan" ucap Rifky.

Eh bukannya menurut anak itu malah menangis. Sontak Rifky dan Nadine menghela nafas nya, posisi mereka benar benar serba salah, caca sangat susah di kasih taunya, dan sangat menguji kesabaran keduanya.

"Jangan nangis sayang, Sama opa ya gendong nya " tawar papa Gunawan yang melihat caca menangis karna merengek minta di gendong. Sedangkan bayi mungil itu nyaman di gendongan mama Dewi.

Caca menggeleng masih tetap menangis,

"Gendong ayah ya kak, bundanya masih belum bisa gendong kakak" tawar Nadine, karna kalau tak di turuti anak itu akan tetap menangis.

Caca mengangguk, merentangkan tangannya meminta di gendong oleh sang ayah.

Mereka masuk ke dalam, sontak semuanya berdiri menyambut kehadiran bayi munggil itu, tanpa terkecuali semua yang bekerja di rumah sangat antusias menyambut kehadiran bayi laki laki yang sangat tampan itu.

"Caca rewel ya ? " tanya Mba Dea mendekat ke arah Nadine, saat melihat ponakannya itu seperti sudah menangis di gendongan ayahnya.

"Parah Mba, aku aja pusing banget ngadepin nya "

"Wajar dek, namanya juga anak kecil. Mungkin dia kaget aja, Rara juga gitu kok"

"Kalau Rara masih bisa di kasih tau Mba, kalau dia gak bisa sama sekali. Kemarin aja dia nangis hampir satu jam gara gara aku nyusuin adiknya"

"Sabar, lama lama juga dia pasti paham kok" ujar Mba Dea mengelus lengan adiknya. Ia paham betul apa yang sedang adiknya rasakan, posis seorang ibu memang harus benar benar adil, bisa menempatkan dirinya dengan sangat baik.

Nadine mengagguk tersenyum getir,

Kini, semuanya telah duduk berkumpul di ruang keluarga mengitar bayi munggil yang tengah tertidur di atas kasurnya, dengan matanya yang sesekali terbuka.

TAKDIR (Menemukan Kita Lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang