Tiga hari sudah Nadine pergi dari rumah mewah Rifky, belum ada satu orang pun yang tau tentang keberadaannya kecuali isla.Rifky sudah mencari Nadine ke semua tempat yang sering Nadine datangi, semua teman Nadine yang Rifky tau sudah Rifky hubungi tapi tak ada satupun diantara mereka yang tau keberadaan istrinya, bahkan Rifky rajin sekali datang ke butik untuk mengecek apakah istrinya itu datang ke butik hasilnya sama nihil, semenjak pergi dari rumah Nadine tak sekalipun berkunjung ke butik.
Caca tak pernah berhenti merengek ingin bertemu bundanya, bahkan dua hari lalu anak itu sempat demam tinggi, karna tak henti hentinya menangis mencari sang bunda, untunglah sekarang keadaannya sudah membaik, dengan bujukan Mba Dea akhirnya anak itu mau minum obat dan makan.
Tiga hari ini Nadine tinggal di rumah isla, karna isla sangat kerasa melarang Nadine untuk pergi dari rumahnya, karna isla tak akan tega membiarkan bosnya itu berkeliaran di luaran sana dengan keadaan perut yang buncit.
Sudah tiga hari ini juga, perut Nadine sering terasa kram kadang kadang sampai membuat nya susah tidur, berkali kali isla meminta nadine untuk pergi ke rumah sakit meneriksakan kandungannya tapi ia tak mau, karna Nadine yakin kalau keadaanya baik baik saja dan kram perutnya pasti akan silang dengan sendirinya.
"Mba baik baik aja kan? " tanya isla khawatir saat melihat Nadine meringis seperti kesakitan.
"Aku baik baik aja kok is, ini bisalah perut ku kembali kram kaya semalam"
"Kita ke rumah sakit ya, isla takut Mba dan ponakan isla kenapa napa. Ini udah tiga hari loh, dan setiap hari Mba selalu mengeluh kram perut, kan isla jadi takut "
"Aku gak apa apa is, nanti juga ilang sendiri kok sakitnya"
"Tapi tetep aja Mba, isla .... "
"Udah pokonya kamu tenang aja aku gak apa apa" sela Nadine.
Isla berdecak bete, menyuapkan kembali makannya ke dalam mulut, bosnya ini memang sangat kerasa kepala, apa Nadine tak tau kalau sekarang isla sangat khawatir terhadapnya.
Dengan sesekali isla memeperhatikan Nadine yang terlihat masih meringis kesakitan, sebenarnya ia ingin sekali memaksa Nadine untuk ke rumah sakit tapi ia tak mungkin terlalu memaksa bos nya itu.
Nadine bangkit dari duduknya, kembawa piring bekas makannya berjalan ke arah wastafel.
"Awsss" rintih Nadine.
Tiba tiba pertahan Nadine seperti goyah akan roboh, dengan cepat tangannya memegangi lemari piring dengan tangan satunya memegangi perutnya seperti kesakitan, isla yang masih sibuk makan sontak bangkit berlari ke arah Nadine.
"Duduk dulu Mba, sini" ucap udh memapah Nadine duduk kembali di kursinya.
Nadine semakin meringis kesakitan, kram perutnya terasa semakin melilit tak seperti biasanya akan hilang dengan sendirinya.
"Bentar isla kedepan dulu mau minta tolong mas pur buat anterin kita ke rumah sakit" ucap Isla.
Dengan cepat Nadine mencekal tangan isla ketika akan berlalu meninggalkannya "gak usah is nanti juga ilang kok sakitnya " ucapnya terbata bata masih kekeuh dengan pendirian nya tapi raut wajahnya tak bisa berbohong kalau Nadine terlihat sangat kesakitan.
"Ya Allah Mba, darahhhhh" ucapnya panik saat melihat darah yang sudah luluh di kaki Nadine.
Deg,
Dengan nafas memburu Nadine menoleh ke bawah dengan cepat, hatinya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya terasa bergetar hebat saat melihat darah yang sudah mengalir di kakinya."Mba tunggu disini sebentar, aku mau panggilan mas pur dulu" ucap isla berlari meninggalkan Nadine, kali ini tanpa meminta persetujuan Nadine.
Nadine semakin meringis menahan sakit nya, rasanya kini badanya terasa lemas, perutnya bukan hanya kram biasa tapi sekarang terasa sangat sakit Sekali, tapi mulutnya tak henti hentinya berdoa untuk keselamatan anak di kandungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (Menemukan Kita Lagi)
Romantizm"Bertemu kembali dengan dia di keadaan yang sudah sangat berbeda sungguh sangat menyulitkan" Nadine almeera subagja "Bukan kah cinta akan menemukan jalannya kembali kemana dia harus pulang dan berlabuh" Rifky deandra Takdir walaupun kita bersembunyi...