Saat tak menemukan istrinya bergegas Rifky menuju mobilnya untuk pulang, dengan caca yang ikut bersamanya, sedangkan sus Dita bersama pak alis, ia berharap kalau Nadine ada di rumah tak pergi kemana mana."Ayah bunda kok pergi sih? "
"Bunda tadi ada yang kelupaan ca di rumah, jadi bunda buru buru pulang deh" balas Rifky tersenyum, ia berharap bahwa istrinya itu pulang dan benar ada di rumah.
"Kok gak bilang dulu sih kan caca mau ikut bunda pulang ayah"
"Kan namanya juga buru buru ca, pasti gak sempet bilang lah, kan sekarang kita mau pulang pasti bunda udah nunggu kita"
"Beneran ayah? " tanyanya meyakinkan seperti biasa.
"Iya nak" balas Rifky mengelus lembut kepala anaknya.
ia sangat berharap kalau Nadine ada di rumah, karna kalau tak ada ia tak tau alasan apa lagi yang harus dia berikan pada anaknya itu.
Sekitar satu jam akhirnya mobil Rifky sampai di rumah, bergegas Rifky membuka seatbelt nya turun dan membantu caca turun, masuk kedalam dengan caca di gendongannya berjalan cepat.
"Nadine dimana bi? " tanya Rifky panik saat masuk ke dalam rumah tak menemukan istrinya.
"Ibu di atas pak"
Setelah mengetahui keberadaan istrinya bergegas Rifky naik ke atas dengan caca yang dititipkan pada bi esih untuk di gantikan baju terlebih dulu.
Membuka pintu kamar Rifky tak menemukan keberadaan istrinya.
Tiba tiba terdengar gemercik air di kamar mandi, Rifky menghela nafas lega, itu pasti Nadine istrinya sedang mandi pikir Rifky. Untunglah Nadine tak pergi kemana mana.
Rifky duduk gelisah di sisi ranjang menunggu Nadine yang lama sekali berada di kamar mandi, ia harus secepatnya menjelaskan semua ini pada Nadine, karna ia tak mau istrinya itu salah paham terhadap apa yang dilihatnya.
Sekitar limabelas menitan Nadine keluar sudah cantik sekali menggunakan dress rumahan bercorak bunga bunga.
Rifky yang menyadari kehadiran istrinya itu segera bangkit, berjalan menghampiri Nadine yang sekarang sudah berdiri di depan cermin tanpa menghiraukan Rifky sedikitpun.
Tanpa aba aba Rifky memeluk Nadine dari belakang yang sedikit membuat Nadine tersentak, saat Nadine akan berontak Rifky memeluknya Nadine dengan sangat erat tanpa memberi celah sedikitpun untuk Nadine bergerak.
"Mas minta maaf ya, soal kejadian yang tadi di restoran"
"Mas bisa jelaskan kok sama kamu soal pertemuan mas dengan Sinta, sungguh tak ada maksud apapun nad"
"Mas mohon kamu jangan diamkan mas kaya gini, sudah cukup kamu diam kan mas tiga hari ini nad"
Nadine masih diam, ia tak berniat menjawab sedikitpun, hatinya masih di penuhi amarah ia takut kalau dia menjawab akan berujung adu mulut dengan Rifky.
"Nad ayo lah kita bicara jangan diam saja kaya gini, aku ini suamimu kamu tau kan adab seorang istri terhadap suaminya?"
"Aku tau posisiku mas kamu tak perlu mengingatkan aku soal itu" pertanyaan Rifky yang berhasil membuat Nadine mengeluarkan suaranya "Entahlah, aku tak tau harus mulai darimana. Aku rasa sudah cukup selama ini aku bersabar dan mengorbankan perasaanku terhadap kamu" lanjut Nadine, karna selama ini ia selalu mengalah dan di saat Rifky datang kembali pun Nadine menerima Rifky dengan sangat baik tapi sekarang apa balasan Rifky terhadap Nadine.
"Bagimanapun Sinta ibu kandungan nya caca nad, ia berhak bertemu caca dan soal pertemuanku dengannya itu hanya membahas soal caca tak lebih dari itu "
"Iya aku tau kamu dan caca menemui sinta tanpa sepengetahuan aku tak usah kamu jelaskan itu, Aku sadar mas aku tak berhak atas caca, tapi sekarang kamu adalah suamiku mas apa pantas kamu bertemu dengan mantan istrimu berduaan tanpa sepengetahuan aku?"
"Bukan gitu maksud ku nad, kamu berhak kok atas caca gimanapun kamu bundanya, soal pertemuanku dengan sinta aku minta maaf tak memberi tahu mu, sungguh aku bisa jelaskan semuanya nad"
"Aku rasa kamu tak perlu menjelaskan semuanya mas, itu kan hak kamu untuk bertemu siapapun"
"Ayo lah nad kamu jangan egois, jangan hukum mas kaya gini"
Nadine berontak di pelukan Rifky, apakah suaminya itu tak salah bicara? Bukan kah Rifky yang selama ini selalu menghukum Nadine dengan segala hal yang selalu mampu membuat hati Nadine porak poranda terluka.
"aku menghukum kamu mas? Apakah aku tak salah dengar? Bukan kan selama ini kamu yang selalu menghukum aku dengan segala penghianatan kamu ? " ucap Nadine menggebu gebu mundur menjauh dari Rifky.
"Pengkhianat apa nad? Aku selalu berbicara yang sebenenarnya sama kamu, tapi seolah olah kamu selalu menyalahkan aku, bahkan aku selalu berusaha menerima semua kekurangan kamu nad"
"Menyalahkan kamu, kamu bilang? Kapan aku menyalahkan kamu ? Kamu tak sadar selama ini aku selalu berusaha jadi istri dan ibu yang baik buat kamu dan caca tapi apa balasannya kamu tak pernah menghargai aku sedikitpun" ucap Nadine dengan air mata yang sudah lolos di pipinya.
"Aku selalu menghargai kamu, menerima semua hal tentang kamu, apa pernah aku perotes dengan kesibukan kamu selama ini? Bahkan kamu lebih sibuk mengurus kain kain mu daripada aku dan caca yang lebih memerlukan kehadiran kamu"
Deg,
Rasanya hati nadine sakit sekali mendengar ucap Rifky, ia merasa Rifky tak menghargai jerit payahnya selama ini, mengurus Rifky dan anaknya bukanlah hal yang mudah bagi Nadine, bahkan Nadine rela kerepotan mambawa caca ke butik demi caca tak kesepian di rumah."Apa kurang cukup bakti ku selama ini sama kamu mas ? Apa kurang cukup pengorbanan ku selama ini untuk mu dan caca mas? aku selalu berusaha jadi istri dan ibu yang baik buat kamu dan caca tapi aku merasa itu semua sia sia"
"Apakah kah kamu tak sadar kalau selama ini kamu selalu mementingkan diri kamu sendiri?kamu tak menghargai aku sebagai suami mu, bahkan kamu tega mendiamkan caca begitu saja, apa seperti itu sosok istri dan ibu yang baik? "
"Disini kamu yang salah tapi seolah olah aku yang salah, kalau mamang aku tidak bisa jadi istri dan ibu yang baik buat kamu, mungkin berpisah adalah jalan terbaik, lepaskan aku mas, sudah cukup kamu menyiksa aku seperti ini" ucap Nadine lirih.
"gilak kamu Nadine" ucap Rifky menunjuk Nadine dengan nada yang cukup tinggi, yang berhasil membuat Nadine tersentak.
"Kalau kamu sudah tau aku gilak, kenapa kamu datang memintaku kembali? kenapa kamu selalu jahat sama aku mas, kini di saat aku sudah yakin kalau kamu adalah laki laki yang baik, disaat itu pula kamu menghancur kan semua impianku mas, kalau memang kamu tak mengharapkan aku lagi tolong jangan seret aku di ceritamu yang amat sangat menyakitkan buat ku"
Rifky tersadar pasti semua ucapannya sangat menyakiti hati istrinya, dengan cepat ia mendekati Nadine, berusaha meraih tangan Nadine tapi Nadine selalu menepisnya.
"Tolonglah nad, kamu jangan kaya gini. Aku yang salah dengan semua ini jadi aku mohon kita bicara ya baik baik ya dengan kepala dingin jangan seperti ini "
"Aku rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, dari semua perkataan mu, sudah jelas kamu menyesal sudah memilihku menjadi istrimu jadi aku iklas kalau kamu melepaskan aku dan anak dikandungaku, tapi tolong jangan ganggu aku lagi, aku yakin bisa mengurus dia dengan baik tanpa kamu" ucap Nadine dengan nafas memburu meraih tasnya berlalu meninggalkan Rifky yang masih mematung mendengar ucapan Nadine.
Saat tersadar bergegas Rifky mengejar istrinya itu, ia sangag bodoh bisa bisanya ia bicara seperti itu.
"Nad, ayo lah jangan pergi aku gak bisa hidup tanpa kamu nad"
"Nad jangan gini dong nad, kasian caca"
Nadine tak menghiraukan suaminya, ia berjalan cepat meraih kunci mobilnya, keluar dengan cepat masuk mobil dan bergegas melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.
Saat rifky keluar, mobil nadine sudah melaju cepat meninggalkan pekarangan rumah, Rifky memukul kepalanya frustrasi, bodoh ia memang sangat bodoh bisa bisa nya iya berkata seperti itu pada istrinya, pasti itu sangat melukai hari Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (Menemukan Kita Lagi)
Romance"Bertemu kembali dengan dia di keadaan yang sudah sangat berbeda sungguh sangat menyulitkan" Nadine almeera subagja "Bukan kah cinta akan menemukan jalannya kembali kemana dia harus pulang dan berlabuh" Rifky deandra Takdir walaupun kita bersembunyi...