Dua

24.2K 899 9
                                    



Jalanan Jakarta siang ini cukup padat, sudah hampir satu jam aku terjebak macet sudah bisa di pastikan semua kedua ibu itu akan marah marah. Ibu ibu itu sahabatku, sudah cukup lama kita bersahabat dari sekolah menengah pertama melanjukan ke sekolah menengah atas yang sama dan berpisah saat kuliah karna melanjukan di jurusan masing masing tapi masih di universitas yang sama. semuanya sudah menikah dan memiliki anak, hanya aku diantara mereka yang belum memiliki anak bahkan menikah, makanya bunda ratu ceramah mulu soal jodoh, entahlah aku belum kepikiran ke arah sana apalagi sekitar duajam yang lalu aku baru memutuskan hubunganku.

Setelah hampir dua jam bermcet macet ria, akhirnya aku sampai di restoran tempat kita akan bersua, memarkirkan mobil dan turun untuk mencari dimana mereka berada.

Terlihat mereka duduk di meja paling pojok dekat kaca dengan anak anaknya yang riuh kesana kemari.

"Kirain gak bakal datang calon mantu keluarga gundarman" ucap vera, ibu dua anak yang paling rempong dan banyak protes.

"Apapan sih" ucap ku tak suka mendudukkan diri di kursi samping Silvi yang memangku anaknya yang tertidur .

"Gimana kelanjutan hubungan mu sama Irvan nad ? " tanya silvi penasaran ya aku sudah bercerita pada sahabatku soal perlakukan ibunya Irvan dan Irvan yang menghilang bak di telan bumi itu .

"Nanti dulu deh ceritanya aku laper mau makan dulu"

Semuanya berdecak mendengar jawabanku, yah gimana lagi daripada nanti asam lambungku naik kan, aku bergegas memesan makanan dan minum tak berselang lama sudah terhidang makanan dan minuman yang tadi aku pesan segera aku memakannya.

"Cepetan dikit ke nad makannya lama banget dah" ucap Vera 

"Bentar napah dua suap lagi ini" jawabku yang masih sibuk dengan sendok dan garpu .

"Lama banget biasanya juga kilat makannya" ujar Silvi

Aku tersenyum memang sengaja aku menikmati makan siang yang sedikit ke sorean ini agak lama.

"Jadi gimana ? " tanya vera penasaran saat makanan di piring ku sudah ludes.

"Gak gimana gimana, yah aku mutusin buat akhirin aja semuanya sebelum lebih jauh lagi kan "

"Serius nad? " tanya Silvi meyakinkan

"Iyalah masa aku bohong sih vi "

"Terus Irvan gimana ? " 

"Dia awal nya nolak tapi aku kekeuh mau pisah sama dia, terus dia kaya yang sedikit marah gitu abis itu pergi"

" yah pasti nolak lah orang Irvan ngejar lu dari zaman kelas satu SMA dulu lu lagi tergila gila sama Kakak kelas yang famous itu"  tutur Vera

"Kebiasaan deh suka bahas yang dulu dulu "

"Bukan gitu nad, benar atau enggaknya dia adalah cinta pertama kamu dan laki laki yang sulit kamu lupakan, mungkin saja kamu masih mencintai nya setelah kejadian kamu diputuskan secara sepihak itu"

"Enggak lah apaan sih ve" mungkin ini yang dibilang lain di mulut lain di hati, apa yang Vera katakan tak semuanya salah aku mengakui perpisahan Ku dengannya yang tiba tiba sungguh masih membekas sampai sekarang.

" kamu abis putus kaya gak ada sedih sedihnya gitu, inget kamu itu habis meninggalkan sebongkah berlian loh nad" ujar Silvi

"Aku gak butuh berlian kalau cuma bikin sakit hati doang "

" best lah besti ku yang satu ini "

"Harusnya pas ibunya Irvan nawarin kamu mau apa, kamu bilang aja aku bersedia tante asal aku meminta setengah dari harta kekayaan keluarga gundarman" tutur Vera yang kadang kadang kalau ngomong tuh gak dipikir dulu.

TAKDIR (Menemukan Kita Lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang