#36 Penjelasan

411 57 0
                                    

Nelofar Aurellia Chalondra. Seorang gadis cantik dengan jabatan arsitektur pada perusahaan konstruksi cukup ternama itu menatap sebuah figure foto dirinya dan seorang laki-laki yang sangat ia sayangi. Laki-laki yang dua hari lalu mengatakan kalimat yang paling tidak ia sukai, perpisahan.

Ia belum menceritakan apapun perihal ini, bahkan pada sahabatnya sekalipun.

"Fa, gua duluan ya? Lu jangan kebanyakan bengong. Nanti kesambet," ucap seorang teman satu divisinya.

Lofa yang terkejut pun hanya mengangguk, tak lupa tersenyum menanggapi. Ia tidak sadar bahwa jam pulang sudah tiba. Semua itu karena fokusnya yang terus saja kepada Aksa hingga mengabaikan segalanya. Untung saja saat ini tugas dan pekerjaannya sudah usai, jadi ia tidak perlu pusing.

"Lof, ke cafe yuk diajakin anak-anak." Davina yang datang tiba-tiba sontak membuat jantung Lofa hampir copot. Ia heran kenapa semua orang suka sekali mengejutkan dirinya.

"Astaga Davina! Bisa gak sih kalau dateng ucap salam?"

"Heheh, lupa. Ayo ah!" Balasnya.

"Iya ayo," jawab Lofa. Ia benar-benar butuh pengalihan dan bertemu dengan para sahabat tidak ada salahnya.

Selama perjalanan, Lofa hanya terdiam. Sementara Davina yang cukup bisa membaca situasi pun segera menyadarinya.

"Lu kenapa sih? Tumben banget banyak diem nya. Lagi ada masalah di divisi?" Davina membuka obrolan selama diperjalanan. Sementara Lofa masih terus menatap ke arah jalan, tanpa ada niat menoleh ke arah sahabatnya yang berada di sisi kanan, tepat pada kursi supir.

"Enggak kok, lagi pengen diem aja."

"Aneh banget, atau masalah sama Aksa?" Pertanyaan Davina membuat Lofa sedikit kagum dengan feeling sahabat yang dimiliki gadis itu.

"Gua ceritain nanti bareng yang lain deh, biar sekalian." Jawaban final Lofa membuat Davina mengerti bahwa telah terjadi sesuatu yang sangat besar antara Lofa dan kekasihnya, Aksa.

Perjalanan yang hanya di isi oleh keheningan atau sesekali Davina yang berusaha membangun obrolan pun usai. Mereka telah sampai pada sebuah cafe yang sudah disepakati bersama.

Davina membawa Lofa dengan langkah semangat, karena Lofa sedari tadi terlihat begitu lemas kala berjalan.

"Hi!" Sapa Davina pada semua sahabat nya yang sudah hadir.

"Hi!" Balas mereka semua.

"Duduk-duduk, ini kenapa nih manusia bernama Nelofar lemes gini? Lo apain Dav!" Tuduh Kalila pada Davina.

"Heh! Gua gak ngapa-ngapain ya! Itu dia emang dari tadi kayak hidup segan mati tak mau," jawab Davina.

"Yaudah duduk dulu, ini kalian udah kita pesenin seperti biasa." Maura memindahkan sebuah minuman dan makanan tepat pada depan Davina serta Lofa.

"Makasih ,ya Ra." Lofa berucap terima kasih dengan senyum simpul.

"Kak Lofa beneran gak apa-apa? Itu pucet banget mukanya," ujar Cantika dengan wajah khawatir. Semua sontak meneliti wajah Lofa yang benar saja sangat pucat.

"Lof, mau ke rumah sakit?" Bella menawarkan yang dibalas gelengan.

"Gua gak apa-apa kok, belum makan siang aja."

"Kok belum makan siang? Ini kantor lu tuh gimana sih? Besok-besok gua suruh Aksa deh adain catering rutin disana biar pegawainya terjamin," balas Kalila dengan kesal. Davina yang mendengar itu langsung memukul kepala Kalila.

"Heh! Dikantor tuh udah ada uang makan ya, sama kantin. Emang ini sahabat lu aja yang gak mau," jawabnya pada ucapan Kalila dengan sedikit kesal.

"Udah-udah mungkin Lofa lagi gak mood," sahut Rasya.

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang