#17 Hilang dan Curiga

437 62 12
                                    

Lofa menatap sebuah lembaran kertas dengan banyaknya angka yang terletak di atas mejanya. Sudah terhitung beberapa hari ini, kekasihnya tidak pernah menghubungi dia. Bahkan kegiatan antar jemput yang dahulu selalu Aksa ajukan mendadak tidak terlaksana.

Lofa tidak mengerti apa yang sedang Aksa lakukan. Cowok itu selalu menjawab tengah banyak pekerjaan ketika Lofa bertanya. Bukan hanya itu semua, saat Lofa mengajak bertemu untuk menghabiskan waktu bersama pun Aksa selalu menolak.

Ini semua tidak biasa. Namun, Lofa berusaha memposisikan diri sebagai seorang kekasih yang mengerti akan keadaan Aksa. Hanya saja, Lofa merasa bahwa komunikasi dia dengan Aksa juga menjadi berkurang. Aksa terkesan jarang menjawab pesan dia. Atau sekalipun menjawab saat tengah malam ketika Lofa sudah tertidur.

"Kenapa Lof?" Davina datang menghampiri nya.

"Lu kok disini?" Tanya Lofa bingung. Karena pada kenyataannya, mereka berbeda posisi walau satu perusahaan.

Davina berada di posisi marketing executive. Sedangkan dirinya berada di bagian arsitek yang mendesain beberapa bangunan atau projects atas permintaan klien.

"Mau kasih laporan promosi ke manager lo." Davina menjawab.

Lofa hanya mengangguk sebagai jawaban, sementara Davina yang pertanyaan nya belum dibalas dengan segera menarik bangku milik teman kerja Lofa yang duduk disebelahnya persis. Kebetulan pemiliknya sedang tidak masuk.

"Pertanyaan gua belum dijawab. Lu kenapa?"

"Gua gak tau," balas Lofa dengan kebingungan.

"Soal apaan? Kerjaan? Tapi kalau lu bego gini bukan soal kerjaan pasti. Ini tentang Aksa?" Tebak Davina yang tepat sasaran. Lofa mengangguk pelan.

"Kenapa?"

"Dia aneh banget akhir-akhir ini. Sejak gua ketemu dia dirumah sakit tempat Manaf dirawat."

"Anehnya gimana?"

"Dia mulai jarang komunikasi sama gua. Bahkan gua ajak ketemu juga selalu nolak. Yang bikin tambah bingung lagi adalah dia mendadak gak antar jemput gua. Padahal dulu dia selalu tegasin kalau mau antar jemput gua. Tapi, pernah si gak antar jemput kalau lagi sibuk banget." Lofa menjelaskan keadaan diantara dia dan Aksa.

"Nah, emang lagi sibuk kali Fa." Davina menjawab. Ia ingin memenangkan pikiran Lofa.

"Gak Dav, ini beda. Apa dia selingkuh ya?" Ucapan asal Lofa membuat Davina membulatkan matanya dengan sempurna.

"Kan ngaco! Lu tuh pikirannya jangan jelek gitu kenapa sih? Aksa gak mungkin selingkuh. Dia bucin mampus sama lu."

"Tapi kan, di film-film begitu."

"Lo kebanyakan nonton film genre pelakor. Udah deh mending fokus kerja. Nanti jam pulang kita mampir dulu ngopi di cafe, ajak Kalila juga. Lu tanya deh sama dia, si Aksa gimana selama di kantor." Saran Davina diangguki Lofa.

Lofa juga berfikir bahwa ucapan Davina benar. Ia tidak boleh asal menuduh dan berfikir negatif. Lebih baik bertanya dengan Kalila perihal apa yang terjadi dengan Aksa.

--
Disinilah mereka, berada disebuah coffee shop yang sudah ditentukan bersama. Kali ini, mereka hanya bertiga.

"Ada apa lu berdua ngajak gua kemari? Tumben banget. Kangen ya lu," ujar Kalila dengan tawa di akhir.

"Idih ogah amat. Dari SMA ketemu lu mulu, bosen gua." Davina menjawab dengan sengit.

"Yee, aturan lu bosen ketemu sama Lofa. Dari SMA, kuliah, sampe kerja bareng. Kayak perangko sama amplop lu." Kalila membalas.

"Sirik kan lu? Lagian ada motivasi apa sih lu kerja sama Aksa?"

"Gak apa-apa, seru aja jadi mata-mata Lofa. Sekalian biar Aksa gak sadis-sadis banget jadi bos karena sahabatan sama pacar gua, Faris." Jawaban Kalila dibalas gelengan oleh Lofa dan Davina.

"Ye bucin!" Ledek Davina.

"Ye biarin aja, lu gimana? Bukannya naksir sama dokter itu ya? Apa kabar?" Ucapan Kalila membuat wajah Davina kesal.

"Gak tau deh gua sama tuh orang. Udah deh jangan bahas gua. Ini Lofa aja."

Lofa yang namanya tiba-tiba disebut pun membulatkan matanya. Ia lalu meletakan gelas berisi ice vanilla latte pesanan nya yang telah ia minum sedikit di atas meja.

"Ada apa?" Kalila bertanya padanya. Mata gadis itu memancarkan tanda tanya besar.

Sementara Lofa berdehem sebentar. Matanya meminta keyakinan dari Davina yang diangguki sahabatnya itu.

"Emang di kantor lagi banyak kerjaan atau proyek besar?" Pertanyaan yang di sebutkan Lofa membuat Kalila menggeleng.

"Lagi gak ada. Baru ada dua minggu lagi. Ini kenapa sih lu tiba-tiba nanya gini?"

"Haduh, ribet banget basa basi dulu. Jadi gini, Lofa itu ngerasa Aksa aneh. Udah jarang komunikasi, gak pernah mau diajak ketemu dan gak lagi antar jemput dia. Padahal dulu, Aksa yang paling semangat buat antar jemput Lofa." Penjelasan Davina membuat Kalila terdiam.

"Sebenarnya gua juga agak bingung sih sama cowok lu. Akhir-akhir ini suka pulang cepet, kayak jam makan siang aja udah pamit. Gak cuma itu, kadang-kadang gak masuk tanpa ada kejelasan. Pas gua chat dan tanya cuma jawab 'ada acara keluarga' ya gua mah percaya aja."

Lofa terdiam mendengar penjelasan Kalila tentang Aksa. Jika benar ada acara keluarga, ia pasti akan tahu. Freya selalu mengabarinya jika ada sesuatu yang terjadi dirumah mereka.

Jadi, kemana Aksa sebenarnya?

"Cowok lu gimana Kal?" Davina bertanya balik kepada Kalila.

"Faris? Dia tetep antar jemput gua kayak biasa. Sikapnya juga normal. Komunikasi kita kayak biasanya, gak ada yang aneh."

Lofa benar-benar tidak bisa berfikir jernih. Semua pikiran negatif tentang Aksa seperti rekaman ulang yang terus mempengaruhi nya.

Bagaimana jika Aksa selingkuh?
Bagaimana jika ia akan ditinggalkan?

"Gak usah mikir aneh-aneh," ujar Davina membuyarkan pikiran negatif Lofa tentang Aksa.

"Apa dia balik ke jalan?" Tanya Lofa tiba-tiba. Itu adalah asumsi yang sempat ia pikirkan juga.

"Jadi Gangster lagi maksud lo?" Lofa mengangguk dengan ucapan Kalila.

"Gak mungkin kata gua, soalnya Faris gak aneh-aneh." Kalila menjelaskan teorinya.

"Ya mungkin dia balik sendiri, Faris gak ikut."

"Lebih gak mungkin lagi. Mereka ber enam itu udah kayak sahabat sampai mati, kalau satu nyebur semua nyebur. Udah mendingan lu coba hubungi dia lagi malam ini, tanya dan utarakan semuanya." Davina memberikan nasihat dan saran.

Memang diantara mereka bertiga, Davina lah yang paling bisa menenangkan dan berfikir dewasa. Sementara Lofa selalu berfikir sempit dan memutuskan sesuatu secara cepat. Kalau Kalila, selalu menghadapi sesuatu dengan emosi.

"Dipikir-pikir udah lama kita gak kumpul bertiga kayak jaman SMA," ujar Kalila.

"Iya juga ya, lu sih sok sibuk," balas Davina kepada Kalila.

"Yee anjir, noh lakinya Lofa kalau ngasih kerjaan kadang dadakan banget seperti tahu bulat. Mana deadline nya juga deket banget. Emang anjir," jawab Kalila.

Lofa hanya tertawa. Malam ini, ia akan melupakan sejenak perihal Aksa. Dia akan menghabiskan waktu bersama dengan dua sahabatnya. Ia juga sedikit merindukan Kalila dan Davina. Lebih tepatnya, ketika mereka berdua sedang adu argumen.

Tbc...

Semoga kalian enjoy ya dengan Gangster 2 ini.

Segala kritik, saran dan masukan silahkan disampaikan langsung ke aku via DM Instagram ke @/tulisansyaa atau @/tasyanisabila yaaaa.

Buat yang belum baca GANGSTER pertama, bisa langsung beli novel nya ke shopee gloriousofficial16 atau Tokotmindo yaaaa. Stoknya terbatas!!! Jangan sampai kehabisan!!!

Mulai hari ini, Gangster 2 The Corpse akan update setiap dua hari satu part yaaaaa😬😬😬😬

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang