#32 Putus

550 58 2
                                    

Lofa menghirup udara siang hari dalam-dalam melalui rooftop yang ada di gedung kantor , ini sudah jam istirahat. Tadi, ia berniat ingin makan siang di kantin kantor. Namun, tiba-tiba tidak berselera selepas berbincang dengan sang sahabat membicarakan perihal Aksa, kekasihnya sejak SMA itu.

Hubungan Lofa dan Aksa sedang dalam suasana yang tidak baik-baik saja. Dan itu sangat mengganggunya.

"Cuacanya panas, kenapa disini? Nanti pusing." Suara bariton dari arah belakangnya membuat Lofa menoleh sekilas.

Kana. Teman satu divisinya dan penyebab kecemburuan Aksa beberapa hari yang lalu.

"Ada masalah?" Tanya Kana lagi pada gadis disebelahnya.

Jujur, Kana menyukai Lofa saat pertama kali keduanya bertemu. Lofa yang sopan, cantik dan sangat baik membuat perasaan nya jatuh dengan mudah pada gadis tersebut.

Namun, kenyataan menampar nya. Gadis itu sudah memiliki kekasih yang bahkan pemegang saham terbesar di perusahaan tempat nya bekerja. Ironis sekali, sudah kalah sebelum berjuang.

"Masalah sama cowok lu yang kemarin?" Tanya Kana lagi.

"Ketebak?" Lofa berucap dengan santai.

"Keliatan. Dia marah besar soal kejadian waktu itu? Perlu gua bicara sama dia?" Tawar Kana.

"Dia gak akan dengerin omongan lu, sekalipun lu jelasin. Itu akan nambah kecurigaan dia. Aksa bukan tipe yang mau dengerin semua orang, hanya beberapa aja. Salah gua juga sih kemarin."

Kana mengangguk paham, ia lalu berfikir sejenak. Mencari sebuah saran atau masukan yang cocok untuk Lofa supaya tidak terlalu memikirkan permasalahan nya dengan sang kekasih.

"Berhenti salahin diri lu. Cowok lu terlalu posesif."

"Dia gak salah."

"Lu udah terlalu bucin sampai buta," balas Kana.

"Lu gak kenal sama dia dalam waktu lama, Na. Gua udah bertahun-tahun kenal Aksa, dia gak pernah cemburuan kalau tidak berdasar."

"Enak, ya? Dicintai sama lo sebesar ini. Andai gua bisa ketemu lo lebih dulu, gua seperti nya akan punya kesempatan untuk dicintai sebesar ini sama lo." Kana berucap, membuat Lofa menatap cowok itu bingung.

Selama ini yang Aksa katakan padanya perihal Kana menyukai nya selalu ia sangkal. Namun, ternyata benar adanya. Memang betul apa yang orang-orang diluar sana katakan, cowok itu punya radar ketika ada seseorang yang ingin mendekati kekasihnya.

"Maksudnya?" Tanya Lofa ingin memastikan, meyakinkan semuanya.

"Fa, maaf tapi gua suka sama lo." Kana tiba-tiba berucap sambil menggenggam tangan Lofa dengan erat.

Lofa yang diperlakukan seperti itu mendadak kaku, ia terkejut. Jelas, hatinya untuk Aksa sepenuhnya. Walau cowok itu disebut sebagai cowok kasar, dingin, dan kaku tapi tak membuat Lofa mengurangi rasa sayang nya pada Aksa.

"Masih yakin cuma temen? Dua kali aku pergokin kamu pegangan tangan, Nelofar." Suara seseorang yang sangat Lofa hafal diluar kepala terdengar.

Gadis itu dengan cepat menghempaskan genggaman Kana pada tangannya dan berlari menghampiri Aksa yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Aksa aku bisa jelasin," ujar Lofa sambil menggenggam tangan cowok itu namun dengan mudahnya ditepis oleh Aksa.

"Lofa, kamu tau aku gak suka dibohongi."

"Aku gak bohong Aksa, aku sayang sama kamu. Aku gak ada apa-apa sama Kana. Ini semua salah paham." Lofa menjelaskan.

"Salah paham dua kali, kebetulan yang menarik." Aksa mengakhiri kalimatnya dengan tawa renyah.

Aksa berjalan menghampiri Kana lalu memukul nya cukup keras. Lofa yang melihat itu menahan Aksa dengan segera.

Aksa menatap tajam laki-laki yang dengan kurang ajarnya mendekati Lofa-nya. Tadi, Aksa sengaja menuju kantor Lofa untuk meeting sebagai pemegang saham sekalian melihat sang kekasih. Ia sempat bertanya pada beberapa office boy tentang keberadaan Lofa dan semua mengatakan bahwa Lofa di lantai teratas gedung.

Namun, yang Aksa lihat adalah pemandangan kekasih nya sedang berduaan dengan laki-laki lain. Laki-laki yang dengan terang-terangan mendekati Lofa. Bahkan keduanya terlihat berpegangan tangan.

Bukankah semua sudah jelas? Ada sesuatu diantara mereka.

"Kamu suka sama dia Nelofar?" Tanya Aksa sambil menunjuk Kana.

"Enggak, Sa. Aku berani sumpah. Aku cuma sayang sama kamu. Kana lo jelasin ke Aksa!" balas Lofa dengan air mata yang sudah turun deras. Kana hanya diam mematung.

"Aku gak pernah sekecewa ini sebelumnya sama orang. Dan sayangnya itu kamu. Ada dua hal yang gak bisa aku toleransi dalam hubungan kita. Bohong dan perselingkuhan."

"Aksa aku gak selingkuh!" Tegas Lofa.

"Jangan nangis, aku gak bisa liat kamu nangis." Aksa mengusap air mata Lofa yang turun dengan deras.

"Jangan ngomong macem-macem Aksa, tolong percaya sama aku."

"Maaf. Lofa kita udahan," ujar Aksa final.

"Aksa tarik kata-kata kamu!" Mohon Lofa.

"Maaf," ujar Aksa lalu pergi meninggalkan Lofa yang menangis sambil memanggil namanya.

Lofa yang mendengar hal itu merasakan seluruh tubuhnya melemas. Kakinya tak kuasa menopang tubuhnya. Lofa terduduk.

"Lofa bangun!" Ujar Kana membantu Lofa berdiri namun ditepis oleh gadis itu.

"Gak usah sentuh gua! Kenapa lo gak bantu gua jelasin sama Aksa?!" Tegas Lofa.

"Lo tau? Lo tadi bilang, seandainya kita ketemu duluan akan ada kemungkinan gua mencintai lo sebesar gua mencintai Aksa. Jawaban enggak. Gak akan ada kemungkinan itu. Karena kalau pun lo dateng diwaktu yang sama seperti gua mengenal Aksa pertama kali, gua akan tetap milih Aksa. Ini bukan perkara waktu, Na. Ini perkara perasaan dan hati. Ketika gua menerima cinta Aksa dan memutuskan memiliki hubungan dengan dia, tujuan gua hanya untuk bahagia sama dia. Kalau dengan orang lain, gua belum tentu bahagia. Sampai sini lo paham kan? Lo gak punya tempat dihidup gua, maaf."

Lofa mengucapkan seluruh isi hatinya lalu bangkit dan pergi meninggalkan Kana yang menahan kesal didadanya.

"Argh! Sialan!" Umpat Kana.

Sementara itu, Lofa berlari mengejar Aksa yang sudah dipastikan menuju parkiran basement.

Lofa dengan cepat berhasil menemukan mobil Aksa yang ternyata sudah di isi oleh cowok itu dan bersiap ingin pergi.

"Aksa dengerin aku dulu," ujar Lofa dengan tangis yang membasahi pipinya. Tangannya mengetuk kaca mobil cowok itu.

Aksa diam, ia dengan cepat melajukan mobilnya meninggalkan Lofa, membiarkan gadis itu berlari dengan air mata yang terus membanjiri pipinya. Ada perasaan tidak tega dihatinya, namun Aksa benar-benar sudah buta akan kecemburuan dan kesalnya. Terlebih, sikap Lofa yang juga tak mau mendengarkan dia beberapa hari lalu untuk menjauhi Kana.

Aksa tidak ingin jika bertahan dalam posisi yang terus menyakiti nya. Atau bahkan nanti akan menyakiti Lofa juga. Aksa tau, dia sudah gagal dengan janjinya yang tak akan menyakiti Lofa. Namun, ia merasa saat ini semua sudah benar.

"Aksa maafin aku Aksa," ujar Lofa dengan tangis.

To be continue....

Semoga kalian enjoy ya dengan Gangster 2 ini.

Segala kritik, saran dan masukan silahkan disampaikan langsung ke aku via DM Instagram ke @/tulisansyaa atau @/tasyanisabila yaaaa.

Buat yang belum baca GANGSTER pertama, bisa langsung beli novel nya ke shopee gloriousofficial16 atau Tokotmindo yaaaa. Stoknya terbatas!!! Jangan sampai kehabisan!!!

Gangster 2 The Corpse akan update setiap satu hari satu part yaaaaa sekarang😬😬😬😬

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang