#46 Dendam Besar

463 52 3
                                    

Suasana Warbum kali ini cukup menyenangkan. Semua berkumpul pada siang hari untuk membicarakan perihal strategi. Walau pada hari itu tepat dimana hari kerja atau produktif, tapi tidak juga membuat mereka semua para orang dewasa yang seharusnya bekerja mengurungkan niat untuk berkumpul.

Sedangkan beberapa anggota yang masih bersekolah, tidak terlihat satupun wujudnya. Sementara anggota lain yang memang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya pun tidak ada diwarbum. Aksa tak pernah mempermasalahkan. Asal ada yang menjaga Warbum, ia akan tenang. Dan memang kedatangan mereka berenam tentu karena hari ini tidak ada yang bisa berjaga diwarbum.

"Kangen banget kumpul siang bolong gini. Dulu jam-jam segini tuh sering cabut kesini," ujar Uki membuka kisah masa lalu mereka.

"Terus kumpul doang kagak ngapa-ngapain, pas jam pulang balik ke sekolah buat ambil tas." Hamid menambahkan. Mereka semua tertawa mengingat kelakuan masing-masing.

"Huh huh, untung aja Pak Damian kagak ngejar." Arki datang bersama Naga dan Danar dengan pakaian putih abu-abu yang sudah tidak berbentuk rapi.

Aksa, Hamid, Manaf, Faris, Uki dan Najwan pun menatap ke arah tiga orang laki-laki yang masih berstatus pelajar itu dengan bingung.

"Damian?" Beo Faris. Setau dia ayah dari Aksa itu tidak menjabat sebagai guru atau apapun.

"Iya Pak Damian kepala sekolah," balas Naga yang langsung mengambil tempat disebelah Najwan kemudian meneguk minuman bersuhu rendang yang dipesan Najwan hingga habis.

Udara yang panas, matahari yang terik ditambah mereka harus berlari dari sekolah sampai Warbum benar-benar membuat dia dahaga.

"Sejak kapan bapak lu jadi kepala sekolah?" Tanya Manaf pada Aksa yang sedang asik menghisap rokok nya.

"Gak tau, udah kurang lebih seminggu gue gak tinggal di rumah." Jawaban Aksa yang santai membuat Naga, Arki dan Danar terkejut.

Jujur, mereka baru tau kalau Pak Damian sang kepala sekolah yang baru menjabat adalah ayah dari Aksa. Selama ini ia hanya tau bahwa SMA Bina Bangsa adalah milik keluarga Aksa.

"Demi apa Pak Damian bapak lu bang?" Danar bertanya memastikan.

"Lah bocah iya, lo perhatiin aja tuh mukanya mirip." Faris berucap dengan tawa.

"Kejamnya kan sama," tambah Najwan.

Arki kemudian mengangguk mantap,
"Sialan baru sadar."

"Anjing! Bapak lo serem, peraturan makin ketat. Makin susah cabut, sialan bang asli." Naga ikut menambahkan keluhan nya.

Aksa lalu tertawa mendengar keluhan dari beberapa siswa yang bersekolah di sekolah milik keluarga nya.

"Ini lo semua cabut lewat mana?" Kini Uki bertanya.

"Arki sogok satpam pake rokok dua bungkus, ketahuan sama Pak Damian yang baru selesai rapat dari luar. Terus lari, dikejar tadi tapi gak sampe sini." Danar menjelaskan.

"Tempat cabut belakang emang gak bisa?" Tanya Manaf penasaran.

Tempat anak-anak membolos yang Manaf maksud adalah yang dahulu sering mereka gunakan.

"Pak Damian udah hafal tempat itu. Sekarang dikasih CCTV, kalau ketahuan langsung bunyi bel peringatan. Gak lama, guru BK dateng." Naga menjelaskan suasana SMA Bina Bangsa yang sudah berubah karena sosok Damian, ayah kandung dari Aksa.

"Penjara anjing," balas Uki dengan tawa.

"Kita rusak CCTV nya nanti," balas Aksa tenang. Ia selalu saja memang bertentangan dengan sang Ayah. Dan itu tak pernah membuatnya takut atau gentar.

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang