#38 Pergi

464 53 1
                                    

Langit sudah berubah menghitam, Aksa turun dari mobil yang dikendarai nya setiap hari menuju kantor. Hari ini ia benar-benar sangat lelah, telah mengevaluasi karyawan nya yang bekerja dengan kurang baik.

Kepalanya juga sangat pening, memikirkan beberapa kesalahan dari karyawan nya yang mengakibatkan sebuah kerugian besar terjadi.

"Aksa!" Panggil seseorang dengan nada yang tajam dan tegas.

Aksa menatap sang Ayah yang langsung berdiri saat melihat kehadiran nya kemudian memukulnya.

"Rugi satu miliar?! Yang bener aja kamu, kerja kamu apa selama ini?" Tanya Damian dengan tegas. Pria yang sudah memasuki umur lanjut itu mendapat laporan dari orang kepercayaan nya dikantor perihal kejadian hari ini di Badran Corp yang sangat benar-benar kacau.

"Aksa udah kerja dengan baik, memang lagi sial aja kantor."

"Sial??! Kamu tau? Semua ini karena kamu udah gak fokus lagi urus pekerjaan! Kamu malah asik main-main dengan gang motor kamu yang gak berguna itu." Damian terus mengatakan hal yang memancing emosi Aksa.

"Cukup ya pah! Jangan pernah hina The Corpse depan aku," balas Aksa tegas.

"Untuk apa kamu masih bermain-main dengan hal semacam itu? Gak puas dulu sudah terjun kedalam hal yang gak berguna seperti itu? Kamu harus sadar posisi kamu Aksa! Kalau begini caranya, Papah bisa ambil alih perusahaan Badran kembali." Ancaman Damian dibalas wajah santai Aksa.

"Mau diambil? Silahkan Pah, Aksa masih ada perusahaan peninggalan Mamah yang belum di gabungkan dengan Badran Corp." Jawaban Aksa membuat Damian geram.

Ia ingat bahwa almarhum istrinya sangat giat dalam bekerja sampai bisa membangun sebuah perusahaan yang besar, perusahaan yang jatuh atas nama putra satu-satunya mereka yaitu Aksa Rais Badran.

SARA COMPANY. Perusahaan yang dibangun dengan nama Mamahnya, Sara. Aksa benar-benar sangat merindukan sosok wanita itu.

"Kamu merasa diri kamu bisa tanpa Papah? Silahkan! Pergi kamu sekalian," ujar Damian final.

Andine dan Freya yang mendengar keributan cukup kencang dari dua pria yang mereka sayangi pun segera turun. Andine dengan cepat menahan sang suami.

"Bisa! Memang dari dulu udah tumbuh tanpa Papah kan? Emang nya Papah udah lakuin hal besar apa yang buat Aksa gak bisa hidup tanpa Papah? Hah, lucu." Aksa menjawab dengan sebuah tawa remeh diakhir.

Damian naik pitam, dengan cepat ia menyingkirkan sang istri hingga terhuyung, untung saja ada Freya yang sigap menahannya. Damian kemudian melayangkan pukulan tepat pada pipi Aksa, menghasilkan kemerahan disana.

"Mas! Cukup!" Teriak Andine. Dia benar-benar tidak suka sikap kasar sang suami kepada Aksa.

Bagi Andine, Aksa itu sudah banyak terluka. Ia tidak bisa membiarkan Aksa mendapatkan sebuah luka yang akan membuat anak itu semakin menutup dirinya dan bersikap dingin hati.

"Kalau kamu usir Aksa, aku akan pergi juga." Tegas Andine.

Aksa sedikit terkejut mendengar hal itu, ia kemudian pergi meninggalkan semua untuk menuju ke kamarnya. Membawa beberapa hal yang sekiranya harus dia bawa pergi dari rumah.

Andine dan Freya yang menyadari bahwa Aksa akan benar-benar menuruti ucapan sang Papah pun dengan cepat menghampiri cowok itu.

Benar dugaan dua perempuan tersebut, Aksa sudah memasukan beberapa dokumen penting kedalam tasnya. Hanya itu yang Aksa bawa, oh ditambah sebuah figure foto Aksa-Lofa dan Aksa-Sara.

"Abang mau kemana? Gak usah dengerin kata Papah," ujar Freya dengan nada sedih.

"Kalau kangen mau ketemu sama Abang, ke rumah yang di Cempaka aja." Aksa menjawab.

Rumah Cempaka adalah rumah kenangannya dengan sang Mamah. Rumah yang menyimpan segala hal indah Aksa bersama Sara. Rumah yang tidak akan ia jual sampai kapanpun, bahkan rumah yang akan ia gunakan sebagai tempat tinggalnya bersama pasangan hidupnya kelak.

"Bang, Mama bantu bicara sama Papah. Kamu gak perlu pergi gini," ujar Andine dengan sendu.

"Kalau Papah lakuin hal kasar ke Mamah, bilang Aksa." Ucapan Aksa diangguki Andine.

Selama ini, suaminya tak pernah melakukan hal kasar pada dirinya. Membuat Andine cukup heran mengapa jika sama Aksa sangat ringan sekali berbuat kasar.

"Kalau kamu masih nekat pergi, Mamah siapin beberapa bahan makanan buat kamu besok makan. Pasti dirumah Cempaka gak ada apa-apa," ujar Andine.

"Gak usah Mah."

"Gak boleh bantah!" Andine kemudian berlalu pergi menuju dapur untuk mempersiapkan beberapa hal yang sekiranya harus Aksa bawa.

Dan sisalah Aksa bersama Freya. Aksa menatap cukup lama foto dirinya dengan Lofa. Gadis yang sudah tidak memiliki hubungan lagi dengannya. Ia sedikit merindukan Lofa, membayangkan bahwa Lofa saat ini pasti sedang menonton film atau membaca buku novel remaja yang tokoh utamanya seorang bad boy nakal khas SMA. Heran, mengapa gadis itu seleranya yang seperti itu.

"Putus sama Lofa?" Tanya Freya to the points.

"Kok tau?"

"Lofa apus foto kalian di sosmed, siapa yang mutusin?"

"Gue."

"Nyesel?" Tanya Freya lagi.

Aksa diam tidak menjawab. Jujur saja ia merasa menyesal disatu waktu, tapi diwaktu lain juga merasa bahwa keputusan nya adalah yang tepat.

"Gue yakin alasannya gak jelas. Lo kan begitu, suka menyimpulkan sesuatu dengan cepat. Gak pernah belajar ya dari masa lalu?" Ucapan Freya membuat Aksa terdiam.

'menyimpulkan sesuatu dengan cepat? Apakah iya?'
Aksa kemudian menggelengkan kepalanya.

"Apalagi kalau lagi cemburu, jelek banget sifat lo. Kalau gue jadi Lofa, udah gue tinggalin dari kapan tau."

'cemburu?'

"Sok tau."

"Yah, coba ya gue tanya lo kenapa putusin Lofa?"

"Karena dia selingkuh sama cowok lain." Jawaban Aksa membuat Freya menatapnya tidak percaya.

"Ada bukti?" Kalimat yang keluar dimulut Freya kali itu membuat Aksa diam..

Ia tidak punya bukti, tapi ia lihat sendiri bahwa Lofa berduaan dengan Kana beberapa kali. Bahkan keduanya nampak sangat mesra.

"Gue liat langsung."

"Liat apa?" Tanya Freya lagi.

"Banyak tanya!"

"Dih bukan gitu, lo tuh suka gak jelas bang. Gue tuh mau bantu lo biar gak nyesel. Kak Lofa tuh gak mungkin selingkuh dari lo, kalau pun emang dia mau udah dari dulu dia lakuin. Terutama saat kalian LDR yang waktunya paling tepat. Tapi apa? Dia bertahan kan? Apalagi sih yang buat lo raguin perasaan dia? Lo insecure? Kalau iya, sisi mana yang buat lo begitu? Kurang ganteng? Mustahil! Kurang kaya? Apalagi ini! Kurang baik? Gak mungkin." Ucapan panjang Freya membuat Aksa diam.

"Freya, udah-udah jangan sudutin Abangnya. Mungkin Bang Aksa memang butuh waktu aja untuk sementara gak sama Lofa. Tapi, ada baiknya kamu memikirkan kembali Bang hubungan kamu dengan Lofa. Ucapan Freya ada benarnya juga," Andine memberikan nasihat.

Aksa menghela nafasnya kasar kemudian bangkit. Mengambil sebuah paper bag dari tangan sang Mama lalu berpamitan untuk pergi menuju rumah Cempaka yang selalu menjadi pelarian terbaik nya.

Andine dan Freya bahkan mengantarkan Aksa hingga mobilnya tak terlihat dibelokan jalan. Mata yang sendu dari kedua perempuan itu juga sebetulnya terjadi dengan Aksa.

Mah, Aksa kangen Mamah, andai Mamah gak pergi tinggalin Aksa. Batin Aksa.

To be continue...
Semoga kalian enjoy ya dengan Gangster 2 ini.

Segala kritik, saran dan masukan silahkan disampaikan langsung ke aku via DM Instagram ke @/tulisansyaa atau @/tasyanisabila yaaaa.

Buat yang belum baca GANGSTER pertama, bisa langsung beli novel nya ke shopee gloriousofficial16 atau Tokotmindo yaaaa. Stoknya terbatas!!! Jangan sampai kehabisan!!!

Gangster 2 The Corpse akan update setiap satu hari satu part yaaaaa sekarang😬😬😬😬

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang