#49 Rumah

505 63 3
                                    

"jadi, berikut ini adalah hasil dari laporan keuangan per tiga bulan dari perusahaan kita yang mengalami defisit cukup banyak dari tahun kemarin." Aksa mulai menjelaskan kepada beberapa karyawannya.

Kalila yang hadir disana sebagai sekretaris pun mencatat apapun hal yang penting dan memperhatikan segala detail sesuatu yang nantinya akan Aksa butuhkan.

"Kalian tau kan tandanya apa? Kita harus ubah strategi untuk memulihkan semua ini," sambung Aksa lagi sambil menunjuk monitor.

Semua karyawannya yang didominasi sebagai kepala dari beberapa bagian yang ada pun menyimak dengan serius. Hari ini, Aksa cukup terkejut dengan hasil laporan keuangan perusahaan nya yang benar-benar kacau. Tapi, ia juga tidak ingin terlalu terbawa emosi. Entah kenapa, semenjak pertemuannya dengan Lofa semalam merubah dirinya. Ia jadi seperti saat masih bersama dengan Lofa, lebih bisa mengkontrol emosi.

"Jadi, saya-.." suara Aksa terputus dengan pintu ruang rapat yang dibuka secara tiba-tiba.

Sosok laki-laki dewasa yang persis dirinya berdiri di ambang pintu. Aksa memberhentikan presentasi. Seluruh karyawan yang mengenal sosok itu sebagai atasan mereka sebelum kehadiran Aksa pun dama terkejutnya.

"Aksa, temui saya diruangan kamu." Ucapan orang itu terdengar tegas dan enggan dibantah.

Tepat saat sang tamu tidak diundang tersebut pergi, Aksa meminta Kalila untuk menutup pintu kembali dan rapat dilanjutkan dengan instruksi melalui gerak tubuh.

"Pak, apakah sebaiknya rapat kita tunda saja? Seperti nya, pak presidir pun sangat ingin membicarakan hal yang jauh lebih penting." Kalila berucap.

Aksa menghela nafas panjang kemudian mengangguk. Jika orang yang tadi mengganggu rapat nya bukan ayahnya, sudah dipastikan orang itu habis ditangan Aksa dengan keadaan babak belur.

"Baik kita pending sampai 1 jam, saya minta maaf dan Kalila, saya minta kamu untuk ikut saya ke atas."

Aksa dan Kalila berjalan beriringan menuju ruangan milik Aksa sesuai instruksi yang diberikan sang ayah.

Ya, orang yang tidak diundang, yang mengganggu rapat dan membuat Aksa kesal adalah ayahnya sendiri. Laki-laki yang disebut oleh semua karyawan nya adalah pak presidir karena dahulu menjabat sebagai CEO dimana saat ini Aksa yang menggantikan.

Aksa membuka pintu ruangannya, disana terlihat Damian tengah duduk dikursi yang biasa Aksa duduki.

"Ada apa kesini?" Tanya Aksa to the point.

Kalila yang berada disebelah Aksa bergidik ngeri karena atmosfer yang berada disekitar mereka berubah menjadi sedikit mengerikan. Seorang anak dan ayah yang saling berselisih sejak dahulu, Kalila tahu kisah dan cerita nya.

Dan alasan kenapa Aksa mengajaknya untuk ikut masuk dan berbicara dengan Damian itu juga sudah dipastikan agar Kalila bisa menahan Aksa untuk tidak melakukan tindak kekerasan pada sang ayah kandungnya sendiri. Jangan lupakan bahwa Aksa sangat buruk dalam mengendalikan emosi.

"Kalila kamu bisa pergi dari ruangan," ujar Damian dingin.

"Dia tetap disini, atau kita tidak bicara." Aksa menjawab dengan final.

Damian lalu mengangguk mengerti. Ia memberi jeda sejenak sebelum akhirnya mengatakan tujuannya.

"Mulai besok, CEO Badran Corp bukan kamu lagi. Saya akan kembali, tinggalkan perusahaan ini. Kamu tidak pantas berada disini. Kerjaan kamu hanya bermain dengan kelompok begundal yang tidak ada manfaatnya. Saya sudah peringati kamu untuk meninggalkan Gang motor kamu itu, tapi kamu bebal. Maka dari itu, kamu keluar dari perusahaan ini."

Aksa yang mendengar itu pun tidak menunjukkan ekspresi terkejut, marah atau menentang. Cowok itu justru berjalan santai menuju mejanya sejak menjabat sebagai CEO di Badran Corp, lalu mengambil beberapa barang yang memang miliknya.

"Kalila mulai besok, saya adalah atasan kamu. Jadi, berhenti bermain-main seperti kamu kepada atasan tidak kompeten seperti dia," ujar Damian lagi sambil menunjuk Aksa.

Aksa yang mendengar itu pun memberhentikan langkahnya,
"Kamu bebas menentukan pilihan kamu Kalila. Ingin bekerja dengan pria tua, atau saya yang dikatakan tidak kompeten. Kamu bisa menilai dan memutuskan." Ucapan Aksa membuat Kalila bingung.

Sepeninggal Aksa, Kalila ikut berpamitan pada Damian.
"Mohon maaf pak presidir, keberadaan saya disini adalah karena Pak Aksa. Jika beliau pergi, maka saya akan ikut dengannya. Selama bekerja dengannya, saya dan para karyawan lain bisa menilai bahwa dibalik dengan apa yang ia lakukan akhir-akhir ini dengan kelompok Gangster nya, Pak Aksa tetap menjadi atasan yang kompeten dan selalu memastikan bahwa karyawan nya baik-baik saja dan saya senang bekerja dengannya. Saya permisi," ujar Kalila dengan sopan lalu menyusul Aksa yang ingin turun menggunakan lift.

"Woy Aksa! Lo mau kemana? Gue ikut kerja sama lo!" Ujar Kalila.

Aksa membalikkan tubuhnya menatap sang sahabat yang merangkap sebagai sekretaris nya itu.
"Besok mulai kerja di SARA COMPANY." Aksa berucap santai lalu menghilang memasuki lift yang akan membawanya pergi meninggalkan gedung perusahaan milik sang ayah itu.

Kalila yang melihat itu hanya mematung. Baru kali ini ia menyaksikan orang dipecat tapi tidak ada tanda kesedihan, justru seperti orang yang sangat senang dan lega.

"Gue harus telfon Lofa," ujar Kalila pada dirinya sendiri.

Suara khas panggilan tersambung terdengar tepat di telinga Kalila. Gadis itu memposisikan telfonnya di telinga dengan ditahan menggunakan bahu sambil tangannya sibuk merapihkan berapa barang miliknya karena besok ia akan pindah bekerja.

"Ada apa?" Lofa bertanya to the point diujung telepon.

"Lo harus tau ini!"

"Apa?"

"Aksa dipecat bokapnya! Dan gue akan ikut kerja sama dia ke perusahaan nyokapnya."

"APA?!" Lofa berteriak karena terkejut. Membuat Kalila harus menahan getaran ditelinga nya.

"Aduhh gak usah teriak ngapa. Nih ya Lof, gue mau lo hubungi dia, tenangin dia. Karena cuma lo yang bisa lakuin itu. Orangnya sih tenang-tenang aja ya tadi, tapi gue gak tau gimana dalemnya. Gue takut aja dia melakukan hal bahaya."

"Jangan nakutin gue lo! Oke nanti gue coba hubungi dia. Makasih ya Kal udah tepatin ucapan loe dulu pas memutuskan kerja jadi seketaris dia yang bilang akan selalu bantu Aksa dan kabarin gue apapun yang terjadi."

"Iyee sama-sama, udah tugas gue jadi sahabat lo. Udah ah gue balik, bye!"

"Bye!"

Kalila mematikan panggilan lebih dahulu, gadis itu lalu menatap meja kerjanya dengan cukup lama. Sudah beberapa tahun ini ia bekerja bersama dengan Aksa sebagai seorang seketaris. Sulit, kesal, stress dan berbagai hal emosi sudah Kalila rasakan.

"Yah bakal kangen gue sama meja ini." Kalila bermonolog.

"Tapi dari pada gak kerja sama Aksa dan gue harus serius. Kerja sama Aksa kan enak, fleksibel. Bisa serius, bisa main-main hahahaha." Kalila kembali berucap lalu benar-benar pergi meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja untuk beberapa waktu dengan tangan yang terdapat kardus dengan isi barang-barang nya.

To be continue...
Semoga kalian enjoy ya dengan Gangster 2 ini.

Segala kritik, saran dan masukan silahkan disampaikan langsung ke aku via DM Instagram ke @/tulisansyaa atau @/tasyanisabila yaaaa.

Buat yang belum baca GANGSTER pertama, bisa langsung beli novel nya ke shopee gloriousofficial16 atau Tokotmindo yaaaa. Stoknya terbatas!!! Jangan sampai kehabisan!!!

Gangster 2 The Corpse akan update setiap satu hari satu part yaaaaa sekarang😬😬😬😬

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang