#41 Siluet Rindu

484 59 0
                                    

Suasana ramai sebuah halaman dengan rerumputan hijau yang menyejukkan itu membuat Lofa merasakan sebuah kenyamanan.

Hari ini adalah sebuah hari spesial dimana Najwan dan Rasya melangsungkan pertunangan. Acara intinya sudah usai sejak 10 menit yang lalu, namun para kerabat dan sahabat dekat belum beranjak pergi. Masih menikmati waktu kebersamaan satu sama lain.

"Kak Lofa, kesini sama siapa?" Rasya bertanya dengan ramah sambil memeluk nya.

"Aku sama Davina tadi, kebetulan dia dateng sendiri jadi kita bareng." Jawaban Lofa diangguki paham Rasya.

"Pokoknya nikmatin aja, ya kak? Jangan sungkan." Ucapan Rasya pada akhirnya diangguki oleh Lofa. Kemudian gadis cantik dengan kebaya ungu itu pergi meninggalkan nya dan menyambut hangat tamu yang lain.

Lofa berjalan menuju sebuah meja yang diatasnya terdapat beberapa minuman. Ia mengambil satu gelas yang berisi orange juice lalu meneguk nya.

Matanya mengedar ke segala arah, dan tanpa disengaja bertubrukan dengan sosok laki-laki yang juga tengah menatapnya. Tatapan mengisyaratkan kerinduan.

Aksa. Cowok itu nampak lebih tirus dari sebelum, Lofa tau bahwa Aksa pasti sering meninggalkan makan siangnya. Biasanya dia yang paling banyak bicara untuk mengingatkan Aksa supaya makan.

Enggan berlama-lama saling bertatapan dengan mata dari laki-laki yang sangat ia sayangi itu, Lofa pun orang pertama yang memutuskan pandangan tersebut.

Sementara itu Aksa hanya diam. Ia kembali meneguk sebuah alkohol yang kebetulan disediakan Najwan pada hari pertunangan nya. Jika keadaannya tidak berubah, jika ia masih berstatus kekasih Lofa. Pasti mereka tadi datang bersama dan sekarang saling genggam. Pasti Aksa sudah merangkul pundak Lofa dan memperkenalkan pada seluruh orang bahwa Lofa adalah kekasih hatinya.

Andai semua itu terjadi. Entah menyesal atau apa, tapi yang jelas ada perasaan sedih yang dirasakan oleh Aksa.

"Nyesel, Sa?" Tanya Hamid dengan tiba-tiba. Bersamaan dengan datangnya para sahabat dia yang lain.

"Lofa keliatan lebih kurus gak sih? Kayaknya galau sama lo bikin berat badannya banyak turun," sambung Uki dengan tangan yang sibuk menyuapkan sebuah makanan ke dalam mulut.

"Lo semua tau dari mana gue sama Lofa putus?" Pertanyaan tajam Aksa dibalas cengiran para sahabatnya.

"Pacar kitalah," jawab Faris enteng.

Aksa kemudian menghela nafasnya kasar. Ia lupa bahwa kekasih dari sahabatnya juga cukup dekat dengan Lofa. Pasti gadis itu sudah menceritakan perihal hubungan mereka yang kandas. Atau bahkan tau dari sosial media Lofa yang sudah tak ada lagi foto mereka.

"Lagian kenapa sih lo bisa mikir bahwa Lofa tuh selingkuh sama temen kantornya? Dari cerita yang gua dapet tuh gak ada sisi yang menjelaskan banget kalau dia selingkuh." Manaf mulai mengeluarkan pendapatnya.

"Kalian gak liat langsung," balas Aksa.

"Liat apa? Lofa akrab sama temen kantornya? Biasa gak sih? Lo juga suka ketawa sama Kalila, gue suka ketawa sama karyawan gue. Kan itu membangun sebuah hubungan baik sesama rekan kerja biar dalam bekerja sama enak." Penjelasan Faris membuat Aksa diam. Yang dikatakan sahabatnya itu ada benarnya.

"Mesra, bukan akrab." Jawaban Aksa yang tegas membuat Najwan tertarik untuk ikut campur lebih.

"Mesra gimana? Jelasin coba," balas Najwan.

Bagi Najwan, Manaf, Uki, Hamid, dan Faris sosok Lofa adalah sahabat perempuan terbaik mereka. Bahkan jika mereka semua ada masalah dalam hidup atau dengan pasangan sejak dulu selalu meminta pendapat dari Lofa. Bahkan mereka benar-benar menjaga Lofa, selain karena seringnya mereka meminta saran dan pendapat, Lofa juga benar-benar perhatian. Karena sejak dulu jika mereka habis tawruan atau berkelahi, Lofa selalu memberikan obat dan memberikan sebuah kotak P3K kepada masing-masing mereka yang sampai saat ini masih mereka simpan.

"Ya, pernah liat Lofa digenggam tangannya. Kana ungkapin perasaannya, berduaan. Kalau gue gak dateng hari itu di rooftop mungkin Lofa juga udah saling jujur kalau perasaannya ke Kana."

Uki menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan apa yang Aksa katakan.

"Lofa ada jelasin ke lo perihal itu?" Kini Hamid terpancing juga ingin bertanya lebih.

"Katanya sia kepeleset jadi Kana genggam tangan dia buat tolongin, tapi raut wajah mereka beda."

"Lo tau gak sih? Lo udah langgar ucapan lo yang selalu bilang kalau punya hubungan itu harus saling percaya. Lo langgar ucapan lo sendiri." Uki membalas dengan sedikit kesal.

"Emang salah Sa jujur soal perasaan kita ke orang yang kita suka? Kana berhak jujur ke Lofa kalau suka. Dan Lofa juga berhak menjawab. Sebenernya sikap lo yang lebih dahulu marah tanpa minta penjelasan udah hal yang salah, padahal dalam hubungan lo pernah bilang komunikasi juga penting. Tapi, bener kata Uki lo langgar ucapan lo." Faris menimpali.

"Yang buat lo emosi, Kana yang suka sama Lofa atau dari awal lo udah emosian dan lampiaskan ke sana?" Najwan berucap yang membuat Aksa terdiam.

Apakah ia marah soal Kana yang suka Lofa? Atau memang karena ia saat itu lagi tidak enak suasananya hati nya? Aksa jadi bingung. Apa ia salah?

"Atau insecure? Kemana Aksa yang dulu kejar-kejar Lofa tanpa takut tersaingi? Kalau Lofa mau selingkuh, dari dulu dia lakuin. Terutama pas kalian LDR," ujar Uki kesal. Kata-kata yang mirip dengan apa yang Freya katakan pada dirinya beberapa hari lalu.

Aksa semakin bingung. Pikirannya saling bertengkar. Ada sisi penyesalan, namun ada sisi keraguan.

"Lofa tuh cantik, baik, dan luar biasa. Banyak Sa yang suka sama dia, gua harap lo pertimbangan lagi hubungan lo dengan dia. Kayaknya dia ada banyak hal yang ingin dibicarakan sama lo. Putus dari lo, banyak yang ngantri ke dia. Hati-hati," ingat Manaf sambil menepuk bahu Aksa.

Aksa kemudian melihat sosok Lofa yang asik berbincang dengan beberapa tamu Najwan. Lebih tepatnya beberapa klien dan investor dari perusahaan milik Najwan yang memang memiliki hubungan dekat dengan cowok itu.

"Atau .. gua jodohin kali, ya? Sama klien dan investor perusahaan gue. Banyak sih yang masih muda dan jomblo," ujar Najwan sengaja memancing.

"Anjing!" Umpat Aksa tiba-tiba kesal.

"Loh kesel? Kan mantan," ledek Uki.

"Terserah," balas Aksa lalu meneguk abis alkohol yang ditangannya. Sementara para sahabatnya tertawa terbahak.

Aksa itu masih sayang dan cinta, hanya saja gengsi buat mengakui dan mulai memperbaiki hubungan dengan Lofa.

Aksa berjalan asal, tanpa sadar saat ini sedang berhadapan langsung dengan Lofa. Gadis itu nampak terkejut namun tersenyum dengan lembut. Tangannya diangkat bersamaan dengan kalimat yang keluar pertama kali sejak mereka bertengkar,
"H-hai!"

"Hai," balas Aksa.

"Aksa aku mau ng-.."

"Gue duluan, lo hati-hati." Kalimat yang keluar dari bibir Aksa bersamaan dengan wujudnya yang pergi membuat Lofa tersenyum sendu.

Bahkan sepertinya Aksa tidak ingin lagi berbincang dengannya.

Jika memang salahku besar, berikan aku kesempatan untuk meminta maaf.
Jika kamu tak lagi ingin bertemu, beritahu aku dengan terang-terangan.
-Lofa

To be continue...

Semoga kalian enjoy ya dengan Gangster 2 ini.

Segala kritik, saran dan masukan silahkan disampaikan langsung ke aku via DM Instagram ke @/tulisansyaa atau @/tasyanisabila yaaaa.

Buat yang belum baca GANGSTER pertama, bisa langsung beli novel nya ke shopee gloriousofficial16 atau Tokotmindo yaaaa. Stoknya terbatas!!! Jangan sampai kehabisan!!!

Gangster 2 The Corpse akan update setiap satu hari satu part yaaaaa sekarang😬😬😬😬

HOLLAA!!
aku mau ngabarin untuk mulai besok sampai hari Minggu aku ada diluar kota, jadi kemungkinan akan susah signal. Maka dari itu aku akan upload part nya di jam yang random yaaa sedapetnya aku signal xixixi okee gitu aja tengss gaissss🥰

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang