#48 Nasi Goreng Kambing

482 58 1
                                    

Lofa berjalan selepas turun dari ojek online yang dipesannya. Ia berhenti pada sebuah tenda penjual nasi goreng kambing kesukaan dia yang letaknya tepat berada dekat dengan gerbang masuk komplek perumahan tempatnya tinggal.

Entah kenapa malam itu ia sangat ingin makan sebuah nasi goreng kambing yang memiliki kisah menarik didalamnya. Kisah yang berhubungan dengan laki-laki yang sudah banyak mengubah hidupnya.

Lofa baru saja pulang dari kantor tepat saat jam menunjukkan pukul delapan malam, dan saat ia sampai pada penjual nasi goreng kambing itu sudah menunjukkan pukul sembilan. Perjalanan yang ditempuh nya setengah jam karena masih sangat padat oleh beberapa pengendara.

"Pak nasi goreng kambing nya tiga," ujar Lofa sekalian memesankan untuk kedua orang tua nya yang sudah ia pastikan belum makan.

Entah mengapa kedua orang tuanya selalu menunggu kehadiran dia untuk melaksanakan makan malam. Kadang Lofa sudah meminta mereka makan lebih dulu karena ia sering pulang larut, namun tetap saja. Orang tuanya benar-benar menunggu dia.

Selepas memesan, Lofa duduk pada salah satu kursi plastik yang disediakan. Matanya lolos melihat ke arah jalan yang masih ramai beberapa pengendara lewat. Ia jadi ingat soal kejadian yang sudah terjadi saat ia masih duduk di bangku SMA.

Pertemuannya dengan sebuah kelompok gangster untuk yang pertama kali. Jika malam itu sang ketua dari gangster tersebut tidak membatalkan niat untuk menjadikan dirinya sebuah korban, pasti Lofa tidak ada disini malam ini dan memesan sebuah nasi goreng kambing. Pasti ia sudah ada di alam lain karena aksi pembunuhan oleh sebuah kelompok gangster.

Sebuah motor ninja hitam berhenti tepat disebelahnya. Motor yang sangat Lofa hafal dari segala bentuk dan sisinya. Seorang pengendara dengan helm full face dan jaket kulit yang bahkan juga Lofa hafal pun turun. Tepat saat sang pengendara melepaskan helm nya, nafas Lofa terasa tercekat. Entah apa maksudnya takdir, tapi rasanya ini seperti sebuah lelucon.

"Aksa," ujar Lofa yang ternyata didengar oleh sang pengendara.

Ya, pengendara tersebut adalah Aksa.

Aksa yang menyadari bahwa ada Lofa disana pun terkejut. Ia hanya bisa terdiam lalu berjalan ke arah penjualan nasi goreng kambing untuk memesan.

"Pak nasi goreng kambing nya satu," ujar Aksa.

"Loh datangnya gak barengan toh mas sama pacarnya? Tumben," ujar sang penjual yang memang sudah mengenali Aksa dan Lofa.

"Hmm iya pak," balas Aksa dengan senyum.

Entah mengapa jawaban Aksa membuat Lofa sedikit terkejut. Jawaban yang menunjukkan seolah-olah mereka masih berhubungan.

Aksa duduk tepat disebelah Lofa. Lagi-lagi membuat Lofa terkejut, ia tadi berfikir bahwa Aksa tidak akan duduk disebelahnya.

"Baru pulang?" Tanya Aksa.

"Hm iya." Lofa menjawab dengan menahan gugup.

Bahkan udara malam yang dingin terasa sangat panas bagi Lofa. Ia ingin sekali cepat-cepat pergi dari sana, namun juga merasa senang karena bisa memiliki waktu berdua dengan Aksa. Sebuah hal yang sudah sedikit mustahil ia bisa rasakan.

"Gimana kerjaan kamu? Jangan terlalu kecapekan." Ucapan Aksa membuat Lofa menatapnya dan tersenyum.

"Ngomong gitu juga pada diri sendiri, pak CEO." Ledekan Lofa membuat Aksa tertawa. Tidak menyangka sifat Lofa yang seperti ini masih membuatnya sangat bahagia dan tertawa. Kadang candaan yang seperti itu sering kali membuat Aksa rindu.

"Kamu suruh Kalila selalu ingetin aku makan kan?" Aksa bertanya pada Lofa dan diangguki gadis itu.

"Putus dari aku, gak ada yang ngingetin kamu makan kan? Dan kamu punya maag Aksa. Aku gak mau aja Kalila jadi tiba-tiba histeris liat bos nya pingsan diruangan," jawab Lofa. Jawaban yang membuat Aksa tersenyum.

"Sahabat kamu terlalu berlebihan soal banyak hal."

"Tapi dia yang paling cocok jadi seketaris kamu, tahan semua omelan dan omongan kamu."

"Iya karena dia yang malah gantian omelin aku," balas Aksa dan mereka tertawa.

Tak berapa lama sang penjual nasi goreng kambing pun memberikan pesanan mereka yang sudah jadi.

"Aku kalau gitu duluan," ujar Lofa.

"Naik apa?"

"Jalan, deket kok."

"Naik Nelofar," ujar Aksa tepat saat sudah siap dimotornya.

Lofa yang melihat itu hanya terpaku. Aksa benar-benar sudah mulai biasa berada didekatnya, artinya cowok itu sudah memaafkan nya.

"Ayo, nanti kamu dicariin."

Dengan cepat Lofa naik, sebuah hal yang dulu selalu mereka lakukan. Lofa sejujurnya ingin memeluk Aksa, namun ia takut bahwa Aksa akan membencinya lagi dan mendiamkan dia kembali. Sungguh kata-kata 'lo-gue' yang keluar dari Aksa dan tunjukkan padanya sangat membuat Lofa sedih.

"Peluk aja, nanti jatuh."

"Modus kamu ya!" Balas Lofa dan Aksa tertawa.

Rasanya Aksa seperti kembali ke masa lalu dimana tepat saat waktu masih pendekatan dengan Lofa. Waktu paling berkesan juga dalam hidupnya.

"Udah pegangan," ujar Aksa sambil membawa tangan Lofa melingkari pinggangnya.

Aksa tanpa sadar tersenyum, sementara Lofa sudah menahan malu dibalik punggung kekar Aksa.

"Aksa!" Panggil Lofa saat mereka sedang perjalanan menuju kediaman Lofa.

"Hmm?"

"Aku gak ada kesempatan ya?" Tanya Lofa dengan menggigit bibir bawahnya menahan takut.

Aksa terdiam mendengar hal itu. Ia bingung jujur saja. Jika kemarin yakin bahwa tidak akan memberikan kesempatan kedua untuk Lofa, namun saat ini ia merasa bingung harus kembali pada keyakinannya kemarin atau merubahnya.

Setelah berbincang dengan Lofa beberapa hari lalu selepas mengantarkan Hamid, pandangan Aksa berbeda. Ia sedikit merasakan bahwa ingin kembali bersama Lofa. Namun disisi lain juga akan kembali pada keyakinannya yang tidak ingin memberikan kesempatan kedua pada Lofa.

Hanya terjadi sebuah keheningan diantara mereka, Lofa bahkan menahan air matanya agar tidak tumpah. Apakah setelah ini ia benar-benar akan kehilangan sosok Aksa?

"Kalau emang kita udah bener-bener berakhir, yaudah gak apa-apa. Makasih banyak, ya Sa. Maaf kalau aku ngerepotin bahkan sampai saat ini ketika kita gak ada hubungan lagi kamu masih aja aku repotin," ucap Lofa.

Aksa juga tidak menjawab apapun. Sampai akhirnya motor yang mereka tumpangi berhenti pada kediaman milik Lofa. Gadis itu turun dan tersenyum pada Aksa.

"Jangan nangis lagi, mata kamu kasian."

"Aku usahain," balas Lofa dengan senyum yang dipaksakan.

"Yaudah aku masuk, kamu hati-hati dijalan." Ucapan Lofa diangguki oleh Aksa.

Gadis itu lalu bergerak untuk memasuki rumahnya. Sebelum benar-benar menghilang, Aksa memanggil namanya.

"Nelofar!"

Lofa menoleh kala nama itu kembali terdengar. Nama yang Aksa gunakan selama mereka berpacaran.

"Aku butuh waktu, kasih aku waktu dulu."

Entah maksudnya apa, tapi Lofa mematung di buatnya. Sampai pada akhirnya sosok Aksa sudah pergi dengan motornya.

"Butuh waktu? Aku dapet kesempatan kedua itu?" Tanya Lofa pada dirinya sendiri kemudian tersenyum bahagia.

"Aaaa!" Teriaknya dengan girang lalu memasuki rumah.

Entah ini adalah awal yang baik atau bagaimana, tapi yang jelas Lofa bahagia sekali. Aksa benar-benar akan memikirkan lagi soal kemungkinan kembali atau tidaknya hubungan mereka.

To be continue...
Semoga kalian enjoy ya dengan Gangster 2 ini.

Segala kritik, saran dan masukan silahkan disampaikan langsung ke aku via DM Instagram ke @/tulisansyaa atau @/tasyanisabila yaaaa.

Buat yang belum baca GANGSTER pertama, bisa langsung beli novel nya ke shopee gloriousofficial16 atau Tokotmindo yaaaa. Stoknya terbatas!!! Jangan sampai kehabisan!!!

Gangster 2 The Corpse akan update setiap satu hari satu part yaaaaa sekarang😬😬😬😬

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang