#50 Peluk

561 64 2
                                    

Setelah menutup panggilan telepon dari sahabatnya Kalila, Lofa pun dengan cepat merapihkan segala barang yang berada di mejanya untuk dibawa. Ia akan izin untuk pulang lebih awal demi menemui Aksa.

Entah mengapa, perasaannya tidak enak mendengar kabar Aksa melalui Kalila. Aksa itu adalah salah satu orang yang pandai menutupi rasa sedihnya, selalu merasa baik-baik saja padahal juga cowok itu tetap manusia yang membutuhkan sandaran dan telinga untuk berbagi masalah dan cerita.

"Mau pulang lebih awal Fa?" Ujar seseorang secara tiba-tiba membuat Lofa terkejut.

"Eh Kana, iya gue harus pulang lebih awal." Lofa tersenyum menjawabnya.

Hubungan dia dengan Kana sudah membaik dan memutuskan untuk menjadi rekan kerja sewajarnya. Dan syukurnya, Kana mengerti.

"Ada masalah dirumah?"

"Bukan sih, tapi penting nya sama." Jawaban Lofa membuat Kana terdiam sejenak.

"Soal, cowok lo? Siapa? Aksa ya?" Tebak Kana dan diangguki Lofa.

"Iya tentang dia, mantan sih sekarang. Tapi, dia memang sepenting itu dalam hidup gue. Gak peduli apa status diantara kita," balas Lofa dengan senyum.

Kana benar-benar merasa bahwa Lofa adalah gadis yang sangat baik. Bahkan dikehidupan selanjutnya, ia ingin sekali menjadi pasangan seorang Nelofar. Ia ingin dicintai, disayangi dan diperhatikan dengan sebesar apa yang Lofa lakukan kepada Aksa. Jujur ia iri dan terkadang ia ingin sekali egois untuk mendapatkan Lofa, namun apakah pantas dirinya bersanding dengan seorang Aksa Rais Badran yang justru sudah mengambil semua atensi, hati dan jiwa Nelofar. Bahkan dilihat secara lebih dari rekan kerja saja, Kana tidak mendapatkan itu.

"Okay, titip ucapan maaf ke dia soal hari itu. Next time gue mau kita bertiga makan siang bareng untuk menebus rasa bersalah gue. Itupun kalau kalian mau," ucap Kana dengan senyum.

"Hmm boleh, nanti gue obrolin sama dia. Yaudah gue duluan, ya?" Pamit Lofa yang diangguki mengerti pleh Kana.

Lofa kemudian berjalan keluar dari gedung perusahaan tempatnya bekerja. Cepat-cepat gadis itu memberhentikan sebuah taksi yang lewat.

"Pak jalan dulu aja, nanti lokasinya saya kasih tau menyusul," ucap Lofa pada sang supir taksi yang diangguki paham.

Lofa menatap ke arah jalan melalui jendela taxi, sambil pikirannya melayang memikirkan dimana Aksa berada.

"Dimana kamu, Aksa." Lofa terus bergumam.

Hanya ada tiga tempat yang dipikirkan oleh Lofa saat ini. Warbum, Rumah almarhum mamahnya dan makan dari mamah nya. Jika dalam suasana hati tidak baik, Aksa pasti akan menuju tiga tempat yang membuat nya nyaman itu.

"Pak kita ke daerah SMA Bina Bangsa," titah Lofa pada sang supir taksi.

Sang supir taksi pun dengan cepat membawa kendaraan nya menuju salah satu sekolah ternama tersebut yang bahkan sudah diketahui banyak orang. Sekolah yang berisi anak-anak dari pengusaha, pejabat atau bahkan orang berekonomi tinggi lainnya. Tapi ada juga beberapa anak yang tidak berasal dari semua kategori itu, melainkan anak-anak dengan beasiswa yang memiliki otak sangat cerdas.

10 menit perjalanan mereka sampai akhirnya sampai pada sekolah yang ada dari jenjang taman kanak-kanak hingga menengah atas.

"Pak tolong jalan lurus kedepan lagi sampai ketemu warkop gitu," ujar Lofa. Sang supir pun mengangguk.

Lofa memperhatikan bangunan tinggi bertuliskan SMA Bina Bangsa yang menyimpan banyak kenangan indah. Terutama kenangan dengan laki-laki bernama Aksa. Cowok yang selalu masuk ke dalam masalah, perkelahian namun memiliki otak yang cerdas itu berhasil mencuri perhatian dia.

GANGSTER 2 - THE CORPSE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang