LEO POV
Kita sepakat tidak membicarakan tentang Albi di depan Kai.
Sudah terbahas 4 hari lalu antara saya, Ray dan Nuel lewat telefon. Kita sedang menjaga milik sahabat, Albi.
Itu adalah teori kecil dari rumitnya keadaan sekarang.
Keberadaan saya terlalu serakah, meminta dan memaksa Kai untuk di sisi saya. Namun, ini sudah terjadi jauh beberapa tahun lalu sebelum Albi mengenal Kai.
Bayangan saya tentang Albi selalu mampir ketika melihat Kai.
Pemikiran Kai rumit. Pernah saya mengira bahwa ini adalah faktor usia. Tapi bukan, Kai memang anak yang tidak bisa saya tebak dengan mudah. Yang saya tau jelas sekarang adalah dia anak yang tidak bisa dirayu bahkan di iming imingi dengan harta benda. Dia punya benteng untuk dirinya sendiri.
Caranya hanya bisa 1, dipaksa dengan licik.
Meski saya paham bahwa Kai lebih licik dari saya.
Langkah saya sekarang adalah renovasi rumah Jagakarsa. Ini bukan agar terlihat saya serius di mata Kai, namun cara ini bisa untuk membuat Kai memikirkan tentang saya.
Official atau tidak, bukan persoalan utama lagi. Hanya harus action. Terlihat jebakan licik?
Memang harus seperti ini.
Lagipula saya tidak rugi sama sekali. Itu rumah saya dan akan tetap milik saya. Kai tidak akan meminta harta saya jadi meski alurnya sekarang adalah renovasi rumah agar terlihat nyaman seperti rumah mr.Ji setidaknya fasilitas Kai memadai, yang akan merogoh dana tidak sedikit, saya yakin tidak akan membuat Kai menjadi penguasa atas apa yang saya miliki.
Ray dan Nuel sudah menasihati saya untuk mempertimbangkan tentang Kai. Setiap satu tindakan ke Kai berarti saya maju selangkah dan akan mendekati keluarga mr.Ji.
Kai bukan partner sex saya. Dia pilihan akhir saya. Dan memang harus mendekati keluarganya.
.
.
“Manis anaknya” Ray said
“Tingkah laku nya manis” jelas Ray
“Cerita caranya bisa lo pake akhirnya?” Ray lagi
“Gw paksa, mendidih otak gw”
“Efeknya? Dia ga tersinggung?” Nuel said
“Dia yang salah, gw pun salah” memang adanya seperti ini
“Ati ati aja lo, tandingan lo keluarga Ji, Jo Joan tau?” Ray
“Belum” saya masih memikirkan cara menghadap ke kakak kakaknya Kai
“Pasti ga setuju lah, mereka punya aturan nya” Ray
“Tapi. Feeling gw, Jo Joan orangnya punya adab juga, mungkin memang iya ga setuju hubungan as a gay, tapi mereka bukan orang yang merendahkan porsi orang lain” Nuel kenal dengan Jo sebagai partner kerja
“Lo salah jalan kalo renov rumah.” Ray
Saya dan Nuel memperhatikan penjelasan detail Ray
“Gw rasa Kai ga akan nerima lo as a boyfriend meski lo buatkan dia gedung, hahahahah. Gw paham tujuan lo bukan memikat Kai tapi hanya untuk ngebuat Kai masukin nama lo di daftar hidupnya entah sebagai apa, tapi gw ga rela juga kalo lu kecewa sama pandangan Kai yang tetap ga nerima lu as a boyfriend”
“Cara lain” Nuel
“Lo lupa gw ngejar hampir 2 taun. Level gw ke Kai bukan soal kecewa atau sakit hati sama sikap nya tapi ini hanya lebih ke ngebuat dia punya tempat lain untuk bisa pulang, dia harus punya pikiran bahwa ‘ada gw’ yang akan nerima keadaan dia seburuk apapun hari hari nya, ‘ada gw’ yang akan selalu berbeda dari orang orang sekitarnya dan ‘ada gw’ yang gak akan bersikap terprovokasi sama sikap buruknya” jelas saya detail
“Aahhh i see, lo mau bahwa Kai liat lo dengan cara apapun terserah dia, intinya lo ada. Just it ?”
“Yes” saya yakini itu.
“Kai ke alm albi gimana?”Ray
“No comment” saya belum siap juga bahas tentang itu.
Kita masih lanjut ngobrol di balkon villa, Kai masih di bawah cari foto alam katanya.
.
“Dad, aku m.....” belum selesai kalimatnya Kai
Keceplosan atau lupa kalau masih ada Ray dan Nuel? Hahahaaa
“Apa sayangku, sini”
Kai jalan pelan kikuk sendiri, Ray dan Nuel dengan ketara melihat gerak gerik Kai.
“Apa hmmm?” Saya pegang pinggangnya, dia nurut,
“Mau ke Alfamart bentar beli jajan” jawabnya lirih
“Iya, bawa mobil kan?”
“Iya pak”
Hahahahaa ganti pak panggilannya
Why?
He is cute.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tak Sempurna (End)
RandomHanya tentang aku dan abang. Yang setiap hari belajar cara memahami satu sama lain. Berusaha menurunkan ego masing masing. Dan bersikap sedikit lebih baik dari hari kemarin untuk satu sama lain. Bukan cerita yang indah setiap harinya. Kisah yang jau...