66. Spam Call & Chat

5K 469 17
                                    







Gw lepasin lidahnya Leo, terus jatuh in kepala di pundaknya Leo. Tenang rasanya kaya gini.

Suara isapan rokok Leo pas di telinga sebelah gw. Dia masih lanjutin rokoknya. Sesekali kiss telinga gw juga.

“Bobok sayang” kata Leo sambil ngusap usap pinggang gw. Dia nyuruh tidur di pangkuannya.

“Ini kamu bawa ice latte buat apa, ga diminum? Dad minum ato buat kamu?”

“Dad aja minum” gw udah Males, enakan aroma badannya Leo.

Gw muterin kepala biar bisa cium leher sampingnya Leo, parkir bibir gw disitu lama. Enak.

“Wanna kiss?”

“Ga” gw cuman mau aroma badannya aja. Aroma lehernya aja enak kog.

“Terus apa? Pengen apa?”

“Ga ada pengen issshh!” Kesel banget gw berisik banget nih orang.

“Yok ke dalem yok” Leo berdiri gendong gw, posisi gw ga berubah sama sekali.

Leo rebahin gw dikasur, dia ngunci pintu dan beresi korden kamar.

“Merem sayang, besok flight pagi hlo” Leo naik ke kasur, dan meluk gw, kiss muka gw juga sana sini.

“Iya”

“Good night baby”

.

.

.

“I love you kai” ucap Leo di bandara Jakarta, kita mau pisah, dia pulang dan gw lanjut flight lagi ke Jogja. Leo meluk lama seperti biasa tiap mau pisah.

“....” Dan gw masih selalu ga pernah balas ucapan cinta nya, buat gw itu sesuatu yang sakral kan? Ketika gw berani berucap, gw juga harus tanggung jawab. Nyatanya gw belum bisa tanggung jawab atas semua hal yang gw rasakan selama ini. Dan Leo ga pernah memaksa gw untuk balas ucapan cintanya. Lagipula kata cinta nya adalah ungkapan yang dia rasakan bukan sebuah pertanyaan dengan jawaban.

Gw nunggu lagi di bandara. Leo pun masih di bandara. Dia baru akan pergi ketika gw udah bilang masuk pesawat. Terlihat alay ato sepele?

Tapi buat gw itu ngefek. Ada perasaan tidak dibuang setelah dia ambil apapun yang dia inginkan dari gw. Gw merasa bahwa dia ngejaga gw.

Keputusan apa yang harus gw ambil sekarang? Harus ada finalnya kan?

Pertimbangan gw banyak. Gw masih muda. Kuliah aja belum kelar. Gw ga mungkin nyerahin diri gitu aja ke Leo. Mau sebaik apa Leo, dia juga manusia biasa yang punya aturan dalam hubungan. Entah itu menguntungkan gw ataupun merugikan gw. Gw ga tau.

Secara finansial, gw masih nanggung adek adek. Jadi secara ga langsung ikatan gw masih dekat sama mereka. Ga mungkin kalo mereka suatu saat ga kepo sama urusan hubungan gw dan Leo. Tapi kalopun ada pilihan gw pisah rumah sama mereka, gw masih pengen sama mereka serumah.

Keluarga gw gimana?

Ahh iya gw janji mau call Jo. Dan belum sampai sekarang. Gw sih yakin Jo ga akan ngehina Leo as a gay. Tapi gw juga yakin Jo ga akan nerima Leo as a my lover.

Atau ini terlalu cepat di usia gw untuk menjatuhkan diri as a gay?

Leo pernah menikah begitu pula gw. Serakah kah gw kalau masih berharap sama perempuan?

Leo pernah bilang diterima sebagai keluarga di kelurganya, berarti secara kasar dia ditolak as a gay relationship. Jelas dan gamblang bahwa keluarganya masih berharap sosok perempuan untuk Leo. Leo bukan takut berumah tangga. Leo trauma tentang anak anak. Bukankah itu bisa sembuh?

Kisah Tak Sempurna (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang