*19*

2.2K 259 32
                                    

Wendy mendatangi Johnny di ruangannya.

"pi"

Johnny langsung melepaskan kacamata kerjanya.
Bangun dari kursi kebesarannya lalu menghampiri sang istri.

"ada apa sayang? " tanya Johnny saat keduanya duduk.

"plis pi,  caritau keadaan kakak,  aku gak bakalan tenang sebelum dapat kabar dari anakku"

Johnny meraih tangan Wendy lalu menggenggamnya "Rena baik baik aja sekarang,  percaya sama aku, hanya itu yg bisa aku katakan ke mami saat ini"

Wendy kembali menangis,  Johnny segera merengkuh istrinya kedalam pelukannya.

"aku mau kakak pulang pi,  anakku harus pulang,  rasanya duniaku runtuh saat ini"

"untuk pulang ke kita kayaknya susah deh mi, Rena sekarang sedang merancang masa depannya"

"maksud papi? "

Johnny mengecup pucuk kepala istrinya dengan sayang "mami bakal tau, yg jelas Rena baik baik aja sekarang"

Johnny melepaskan pelukannya,  menghapus jejak airmata di pipi Wendy,  setelah itu, tangan kekar Johnny menangkup pipi istrinya dengan lembut "jangan terlalu larut mikirin Rena mi,  ingat Haera"

Wendy hanya diam.

"dia pasti terluka melihat mami nya sekarang begini,  akhir akhir ini Haera menjadi sangat pendiam"

"Adek pasti mengerti,  aku gak bisa bersikap pura pura,  kakak itu seperti separuh nafas aku pi"

Johnny kembali membawa Wendy kedalam pelukannya. Johnny juga sangat merindukan Rena tapi coba untuk menahannya,  Johnny gak mau membuat Haera semakin sedih.

- - - -

Setelah ibadah berakhir,  Haera mengajak Mark ke mention kecil yg ada di belakang gereja.  Itu milik pastor Ricard.  Pastor Ricard adalah pastor penasehat,  pastor Ricard itu langganan keluarga Dinata. tiap ada masalah mereka selalu menemui pastor Ricard,  meminta saran.  Haera sering menemui pastor Ricard tanpa sepengetahuan keluarganya,  ada sesuatu yg mengharuskan Haera ketemu pastor Ricard.

"shalom baba" sapa Haera saat pintu berwarna emas itu terbuka.  Di sana ada beberapa biarawati yg sedang melakukan berdoa bersama di ruangan sebelah kanan, ruangan itu hanya di halangi kaca transparan.

"Haera bawa teman ba"

Haera memeluk pastor Ricard sebentar lalu mencium tangan lelaki tua yg sebentar lagi memasuki usia 63 tahun itu.

"kak,  sapa dulu"

Mark terlihat bingung.  Maklum,  ini pertama kali untuk Mark.

"kayak yg Haera lakuin tadi Kak" bisik Haera memberitahu Mark saat Haera sadar akan kebingungan Mark.
Mark menurut,  melakukan seperti yg Haera lakukan tadi,  memeluk dan mencium tangan keriput itu dengan sopan.

"siapa yg mau konsultasi,  Haera lagi?" tanya pastor Ricard saat ketiganya berjalan menuju ruang konsultasi milik pastor Ricard.

"gak ba,  kali ini kak Mark yg akan melakukannya"

Pastor Ricard menatap Mark,  lalu memegang kepala Mark dengan lembut "hati yg gundah,  Tuhan memberkatimu nak Mark"

Mark diam,  gak tau mau melakukan apa.
Saat sudah di pintu masuk,  Haera menghentikan langkahnya lalu menatap Mark "kak,  ceritakan semuanya,  semua kegundahan kakak,  jangan di pendam,  baba bakalan doain kakak sekalian memberi nasehat" ujar Haera tulus.

"kamu gak masuk? " tanya Mark bingung. 

Haera menggeleng "ini privasi kak,  masalah kakak,  gak boleh ada orang lain,  Haera tungguin kakak di depan ya"

I'm Not Her (MARKHYUCK GENDERSWITCH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang