Haera sudah tau kalau kakaknya diam diam masih berhubungan sama Guanlin. Haera memilih diam, memilih seolah gak tau apa apa karena Haera gak mau kejadian beberapa hari yg lalu terulang lagi. Rena marah pada Haera saat di tanya, Rena menganggap Haera terlalu ikut campur dalam urusannya. Sumpah demi tuhan, kebodohan Rena ini akan menyakiti banyak orang, Mark, mami nya bahkan keluarga Mark, kalau ini hanya melibatkan Mark, Haera gak akan terlalu ikut campur tapi ini akan menyangkut mami nya, nama baik keluarganya juga. Haera hanya takut Rena khilaf terus melakukan hal bodoh karena rasanya yg masih ada untuk mantannya.
Hp Haera tiba tiba berdering, nama Jeno tertera di sana.
"hallo Vampir idup"
"ra"
Haera mengernyit, "baru bangun ya kamu? " tanya Haera.
"gak, kepalaku pusing banget, berkas bang Mark ketinggalan di rumah, minta di anterin ke kantor tapi aku gak bisa, boleh minta tolong gak ra, anterin ke kantor bang Mark, katanya ini berkas penting"
"ok, bentar ya, aku kesitu sekarang"
"thanks ya ra"
"sama sama jeno jelek"
Klik
Haera mengambil cangkir bekas minumannya lalu di bawa masuk ke dalam rumah. Dia sedang bersantai di gazebo belakang rumahnya tadi.
"Mi aku pergi bentar ya" pamit Haera saat dia berpapasan dengan mami nya di dapur.
"kemana? "
"nganter berkas ke kantor kak Mark"
"kok adek? "
"ada Jeno tapi Jeno nya lagi gak enak badan mi makanya dia minta tolong ke aku barusan"
"oh, yaudah hati hati nyetirnya, jalanan licin banget tadi mami liat, soalnya habis hujan"
"iya mi, aku pergi ya"
"iya sayang"
Haera berlari kecil ke arah rumah keluarga Hardoyo alias rumah Jeno.
"pak danang bukain pintu" teriak Haera.
Pak danang segera buka "jangan di tutup ya pak, aku bentar aja kok"
"ok mbak"
Haera langsung masuk ke dalam rumah besar itu. Orang tua Jeno sedang melakukan perjalanan bisnis dari 4 hari yg lalu, sama papi nya juga karena mereka kerjasama buat satu project. Project apa Haera juga gak tau karena dia anak nya gak kepoan.
"Vampir idup" panggil Haera pas di depan kamar Jeno.
Walaupun sudah bersahabat lama, Haera gak sembarangan masuk ke dalam kamar Jeno, selalu minta ijin atau ngetok dulu pintunya.
"aku masuk ya Jen"
"masuk aja ra" saut Jeno dari dalam.
Haera gak menutup pintu saat di dalam, tangannya langsung bertengger di kening Jeno.
"kamu demam Jen, sudah minum obat? "
"belum, nanti aja"
"sudah makan? " tanya Haera.
"belum juga"
"nanti aku beliin makan ya, mau makan apa? ada aja kan obatnya di rumah? "
Jeno terkekeh, "tu berkas nya bang Mark, kamu anter dulu baru kesini lagi"
"aku gak tau obat nya ada apa gak di rumah, beli aja ya ra, aku males nyari soalnya"
"yaudah, aku pergi ya, jangan tidur, aku bakalan kesini lagi nanti"
Jeno hanya mengangguk. Haera segera keluar dari rumah besar itu lalu berjalan ke arah garasi rumahnya, mobilnya masih di sana. Gak sampai 15 menit mobil Haera sampai di kantor Mark.
Mark sama kayak Rena, sama sama kerja di perusahaan keluarga.Haera segera naik ke lantai 6 dimana ruangan Mark berada. Kedatangan Haera membuat orang orang di sana Heran. Mereka gak tau kalau Haera itu adik dari kekasih atasan mereka.
"maaf mau tanya, ruangan kak_ ah maaf maksud aku pak Mark yg mana ya? " tanya Haera pada salah satu pegawai di sana.
"itu mbak, yg pintu warna ungu"
"ah itu ya?" tunjuk Haera pada salah satu pintu ruangan yg warnanya paling ngjreng sendiri.
"iya mbak"
"makasih ya mas, permisi"
Haera segera berlalu, Haera tersenyum hangat melihat warna pintu itu, warna kesukaan Rena, secinta itu Mark sama kakaknya.
Tok.. Tok.. Tok
"kak Mark ini Haera" ujar Haera lantang, takut Mark gak dengar.
Tiba tiba pintu terbuka "maaf ya ngrepotin, ayo masuk dulu"
Haera langsung masuk.
"ini kak berkasnya"
Haera menatap meja kecil di ruangan Mark, ternyata lelaki itu sedang makan, terlihat dari makanannya yg baru tersentuh sedikit.
"makasih ya ra, ini tu penting banget, proposal buat meeting nanti"
"sama sama kak"
Haera menatap Mark yg berjalan ke arah meja kerjanya.
"kakak mau ngapain? "
"mau salin ini dulu ra, duduk dulu ra"
Bukannya duduk Haera malah menghampiri Mark "kakak lanjut makan aja, ini biar Haera yg kerjain"
"bisa ra?" tanya Mark ragu.
"bisa kak, aku seriing bantuin papi sama kak Rena kok, tenang aja, ini semuanya di salin kak? "
"iya"
"yaudah, kakak lanjut makan gi"
Mark menurut saja karena perutnya sudah sangat keroncongan, semalam Mark melewatkan makan malamnya.
Mark gak menyangka Haera semahir itu, bukan hanya menyalin, Haera juga memberikan stempel perusahaan Mark pada berkas berkas tersebut, sehingga Mark tidak perlu repot repot lagi.
"sudah selesai kak" lapor Haera.
Mark tersenyum tulus kearah Haera "makasih ya ra sudah bantuin"
"santai aja kak"
Haera menatap makanan Mark yg belum habis "kak, Haera pulang dulu ya, mau beli obat sama makanan buat Jeno, Jeno demam"
Mark mengangguk "sekali lagi makasih ya ra"
"sama sama kak, habisin kak makanannya, mubazir kalau di buang"
"iya" jawab Mark.
Haera langsung keluar dari ruangan Mark, setelah ini dia akan membeli makanan dan juga obat untuk Jeno.
Haechan membeli ikan goreng tepung kesukaan Jeno di restoran langganan mereka, Jeno itu gak rewel kalau lagi sakit, apa aja di makan makanya Haera gak terlalu repot kalau ngurusin Jeno lagi sakit. Haechan berjalan kearah kasir "mbak pesanan atas nama Haera dinata" ujar Haera."sebentar ya mbak"
Haera mengangguk. Saat sedang menunggu pesanannya, tiba tiba matanya gak sengaja melihat siluet dua orang yg sedang makan bersama, Haera kenal dua duanya. Darah Haera seketika mendidih, tangannya mengepal dengan tatapan yg sangat tajam.
"pesanan atas nama Haera dinata? "
"ah iya mbak, berapa semuanya mbak? "
"170'000"
Haera mengambil uang 200 ribu dari tas nya lalu di serahkan ke mbak kasir. Setelah menerima kembaliannya Haera segera pergi. Haera takut berlama lama, dia takut akan membuat keributan karena emosinya yg sudah membara. Mata Haera memerah, dia sangat kecewa kepada kakaknya. Orang yg Haera liat tadi adalah Rena sama Guanlin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Her (MARKHYUCK GENDERSWITCH)
Narrativa generaleMark dan Rena saling mencintai, suatu ketika Rena pergi meninggalkan Mark tanpa pamit membuat Mark sangat terpuruk, Haera dengan niat baiknya hanya ingin menghibur Mark, membantu Mark untuk keluar dari rasa terpuruknya, tapi siapa sangka Haera ma...