Prolog

891 76 3
                                    

"Thanks, Kyu."

"Mau gue antar sampai depan kamar, gak?"

Gadis itu menggeleng, "Buruan gih pulang, udah kemalaman. Hati-hati, kabari kalau udah nyampe rumah."

Laki-laki dengan surai hitam itu mengangguk dan membunyikan klakson sebelum pergi dari apartemen.

Waktu menunjukkan pukul 9.30 malam dan ia baru pulang dari kampus. Ini semua gara-gara dosen yang seenaknya meminta jadwal ganti pada malam hari karena sebentar lagi mereka akan menghadapi UAS.

Kakinya berjalan menelusuri koridor apartemen yang tampak sepi. Wajar saja karena mayoritas penghuni apartemen ini adalah pekerja. Mereka bisa saja pulang larut bahkan tidak pulang sama sekali.

Setibanya di depan pintu, jarinya memasukkan kode keamanan di daerah gagang pintu. Pintu apartemen itu terbuka, namun gadis itu malah mematung memperhatikan ruangan dengan lampu menyala.

Bukankah ia selalu meninggalkan apartemen dalam kondisi gelap?

Berbekal ponsel sambil mengetik 112, ia memberanikan diri untuk masuk. Dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat pintu kamarnya dan kamar kosong disebelah masih tertutup. Tidak ada tanda-tanda kemalingan disana. Gadis itu menghela nafas lega, bisa saja kan dia lupa mematikan lampu saat berangkat kuliah?

Ransel berwarna cokelat susu itu ia lempar asal ke sofa. Ikatan rambut dilepaskan, kaos kaki ia lempar asal, lalu merebahkan dirinya diatas sofa dengan kaki dinaikkan ke salah satu bantalan sofa. Ia hendak memejamkan mata, namun-

"Lo siapa?"

Seketika gadis itu melompat dari sofa dan langsung mengambil stik baseball yang ada dibelakang televisi, mengarahkannya pada pria jangkung yang muncul ntah dari mana sambil memegang segelas air dari dapurnya sendiri.

"Lo maling ya?!"

Mata pria itu melotot, "BUKAN!"

"Jangan bohong!!! Gue udah telpon polisi, jadi sebaiknya lo pergi!" Gadis itu menunjukkan layar ponselnya yang sedang memanggil 112.

Wajah pria itu tampak panik, "Sumpah gue bukan maling. Matikan telponnya! Gue ini-"

"MUNDUR!"

Buk!

Melihat pria itu semakin maju membuat gadis itu refleks mengayunkan tongkat baseball tepat ke pelipis pria itu, hingga tubuh jangkung itu pun ambruk ke lantai. Tanpa buang-buang waktu, ia langsung berlari keluar dari apartemennya.

Sambil menunggu polisi, ia mengawasi pria yang saat ini tengah pingsan akibat pukulannya. Ketakutannya malah berubah menjadi kecemasan. Bagaimana kalau dia memukul kepala terlalu kuat?

"D-dia gak mati kan?" Cicitnya pelan.

Buat yang cari Kim Sohyun, sekali lagi aku infokan dia gak ada di cerita ini ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Buat yang cari Kim Sohyun, sekali lagi aku infokan dia gak ada di cerita ini ya. Aku milih cast yg visualisasinya cocok sama sifat karakter, makanya jadi kayak crackship gitu alias kapal-kapalan gaje 🤣

Cerita ini beda dengan ceritaku yang lain alias pake bahasa NON BAKU 😊

Kalo responnya bagus, aku lanjutin. Kalo gak, ya...palingan aku unpublish kayak cerita2 yang lain 😿

Thank you

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang