"Gimana perkembangan kecambah kita, To?"
Haruto menunjukkan beberapa gambar kehadapan Wonyoung, "Yang disiram pake air comberan sih lebih cepat tinggi dari pada air biasa sama air sabun. Nih tingginya dah gue catat."
Wonyoung mengangguk, lalu menunjukkan tampilan makalah pada Haruto, "Ini bab 1 dan 2 dah selesai gue sama Sunoo buat. Berapa hari lagi kecambahnya ditungguin?"
"Seminggu lagi."
"Hmm, lama ya." Gumam Wonyoung, "Kalo perlu bantuan, kasih tau ya To."
"Aman. Kalian kalo mau ke apartemen gue gapapa kok. Tapi bilang-bilang dulu ya, soalnya gue gak tinggal sendirian."
Wonyoung mengangguk. Wajah canggung kembali ia tunjukkan ketika melihat Sunoo yang tidak mau berbicara sama sekali sejak awal mereka berkumpul. Wonyoung awalnya kaget pas ngeliat luka di wajah Sunoo, tapi segan mau nanya ke Sunoo karena sejak kelas 1, Sunoo memang terkenal sebagai anak yang tertutup. Dan sudah menjadi rahasia umum kalo Sunoo sering di rundung oleh Gengnya Doyoung, si penguasa sekolah.
Meskipun tau, Wonyoung gak berani membela terang-terangan, soalnya ia juga sama seperti Sunoo, walaupun tidak separah itu.
Wonyoung juga mengalami perundungan. Banyak perempuan yang membencinya bahkan untuk masalah sepele sekalipun. Namun Wonyoung berusaha untuk tetap ceria karena gak sedikit pula yang baik padanya.
"Udah selesai ni kan? Gue mau pulang, ada les piano soalnya."
"Oke, hati-hati Won!"
Sepulangnya Wonyoung, kondisi meja semakin terasa canggung karena hanya ada Sunoo dan Haruto. Sejak tadi pagi, Sunoo bahkan menghindari kontak mata dengan Haruto. Ketika Sunoo pergi keluar kafe, Haruto langsung mengejarnya dan menghadang Sunoo.
"Lo masih marah sama gue?"
Sunoo hanya diam.
"Gue gak bermaksud buat masalah lo makin besar. Niat gue tulus ngebantuin. Gue gak suka liat yang kayak gitu."
"..."
"Lo bener, gue memang gak pernah mengalami perundungan atau apapun. Bukan berarti gue bisa biasa aja pas ada kejadian kayak gitu di depan mata gue, apalagi terjadi sama lo, teman gue sendiri."
Perlahan wajah Sunoo terangkat, namun ia masih tidak mau menatap mata Haruto.
"Gue minta maaf." Ucap Haruto tulus, "Bagi lo, gue memang cuma teman sebangku. Tapi buat gue, lo itu sama kayak Jeongwoo, Jungwon, Junghwan, dan Youngeun. Lo salah satu sahabat gue. Karena itu gue refleks memukul si duyung duyung itu."
Bukannya menjawab, Sunoo malah pergi meninggalkan Haruto tanpa mengatakan apapun. Hal ini membuat Haruto frustasi sekaligus bingung, apakah sebesar itu kesalahannya?
Sementara itu, rasa bersalah mulai menyelimuti hati Sunoo. Ia juga tau kalau Haruto berusaha membantunya, hanya saja, Sunoo tidak terbiasa. Melihat ada seseorang mau menolong pecundang sepertinya membuat Sunoo bingung harus bersikap seperti apa. Setelah meninggalkan Haruto beberapa meter dibelakang, barulah air mata Sunoo keluar, namun buru-buru ia menghapusnya. Mendengarkan perkataan bahwa Haruto menganggapnya sama seperti Jeongwoo dkk membuat hati Sunoo senang sekaligus khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You
أدب الهواةKarena kesalahpahaman, Haruto terpaksa menjadi roommate dari sepupu perempuan Sunghoon. "Bilang dong kalo maksudnya Jimin tu dia! Gue ngiranya Jimin abang lo!" "Ya gue kira lo nge-acc karna dah tau!" . . ©2022