Part 31: Decision

290 41 22
                                    

"Lo udah tidur?"

Haruto yang tadinya ngebelakangin Karina dan berusaha untuk tidur pun kembali membuka matanya, lalu memutar badannya menghadap gadis itu.

"Belum. Lo gak bisa tidur?"

Karina mengangguk.

"Hmm, di drama drama sih kalo susah tidur harus dinyanyiin. Masalahnya, kalo gue nyanyi, yang ada lo makin sulit tidur."

Karina ketawa. Jelaslah malah sulit tidur, deep voice milik Haruto kalau dibawa nyanyi lagu pengantar tidur yang ada malah jadi lagu ritual kematian :)

"Atau mau pakai cara ibu gue?"

"Gimana?"

"Ngizinin gak? Gue takut ditendang." Rengeknya pelan.

"Gak bakal gue tendang. Tenang aja."

"Oke."

Perlahan Haruto menarik Karina ke dalam pelukannya. Ia memberikan elusan ringan pada kepala gadis itu. Anehnya, Karina justru merasa sangat nyaman hingga melingkarkan tangannya pada pinggang Haruto. Karina juga mengusakkan wajahnya pada ceruk leher pria itu. Aroma citrus yang tampaknya akan menggeser strawberry sebagai wangi favorit Karina.

"Kak, l-lo jangan terlalu dekat."

Karina mendongakkan wajahnya, "Kenapa?"

"Ntar ketauan kalo jantung gue lagi gak aman." Ujarnya dengan wajah gugup.

"Hehe, lo takikardi ya?"

"Takikardi apaan? Gue taunya taki taki rumba."

Karina menghela nafas mendengar guyonan receh Haruto, "Takikardi, kondisi denyut jantung diatas normal."

"Emangnya kedengaran?"

Karina mengangguk, dengan iseng dia malah makin 'bersembunyi' dalam dekapan Haruto.

Haruto jadi penasaran, Sunghoon pernah gak ya kayak gini sama pacarnya? Kalo belum, dia yang menang dong :)

Tapi kalo Sunghoon tau dia dan kakaknya sedang tidur seranjang, kira-kira Haruto bakal selamat gak ya?

"Tadi gue ketemu Winwin."

Pikiran pikiran random Haruto menghilang ketika Karina menyebutkan nama 'Winwin'.

"Dia tau apartemen gue. Dia nungguin gue di basement. Dia juga bilang kalau dia kangen sama gue."

Jujur Haruto merasa kesal karena Karina membahas Winwin disaat begini. Tapi Haruto masih ingin mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan Karina setakut itu tadi.

"Gue minta dia jangan ganggu gue lagi. Gue ancam buat ngelapor ke polisi. Tapi tiba-tiba dia...dia..."

Badan Karina gemetaran. Gadis itu pun menatap Haruto dengan mata berkaca kaca.

"Gak usah diceritain kalo berat." Balas Haruto, masih setia mengusap kepala Karina.

"Lo harus tau." Cicitnya pelan, "Dia tiba-tiba maksa mau cium gue. Katanya dia marah, dan ngira kalo gue masih sesuka itu sampai cari perhatian dia. Gue udah marah, ngedorong dia, bahkan nampar dia kuat. Tapi dia...tetap maksa buat ngelakuin itu. Sampai akhir gue terus nolak, hingga dia milih pergi."

Emosi Haruto seakan akan hendak meledak setelah mendengar perkataan Karina. Ingin rasanya ia mendatangi pria sakit jiwa itu malam ini juga, dan menghantam wajahnya berkali-kali.

"Dia ngehancurin semua yang gue punya dalam sekejap. Sebenci itu gue sama dia. Makanya gue pernah ambil keputusan buat mati."

Haruto makin penasaran cerita lengkapnya. Tapi ia kasihan dengan Karina yang berusaha keras untuk tetap bercerita meskipun merasa sakit.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang