"Emang b*ngsat tu orang!"
Haruto meminum mocca latte-nya dengan santai, berbeda sama Sunghoon yang tampak emosi sampai-sampai memukul meja kafe.
"Udah dibilangin jangan dekat-dekat Kak Jimin, masiiih aja nempel kayak benalu."
"Emang jenong jenong itu siapa sih?"
Sunghoon menyandarkan tubuhnya, "Salah satu cowok yang suka sama Kak Jimin. Lo tau kan kalo Kak Jimin itu banyak yang suka, tapi gak ada yang segigih bang Jeno. Dari semester 1 nempel mulu."
"Lo kok tau?"
"Ya tau dong. Gue punya mata-mata." Sunghoon memainkan alisnya, "Bundanya Kak Jimin dah nitipin dia ke gue dan Bang Jimin. Jadi gue harus ngejaga Kak Jimin dari cowok modelan kayak bang Jeno. Kan betul firasat gue, tu orang gak bener. Bisa-bisanya bikin kakak gue mabuk."
Haruto menyodorkan boba yang sejak tadi dianggurin Sunghoon, "Tuh minum. Ntar tenggorokan lo seret ngomel mulu."
Sunghoon menikmati kembali boba kesukaannya, masih dengan ekspresi kesal.
"Oh iya, thanks ya To."
"Buat?"
"Lo jemput kak Jimin malam itu. Lo juga ngejaga dia dengan baik."
Haruto terkekeh, "Lo gak takut kalo gue ngapa-ngapain Kak Karina? Gini-gini gue juga cowok loh."
"Tenang, gue pandai baca watak orang cuma dari matanya." Sunghoon menatap Haruto serius, "Lo itu orang baik."
"Cita-cita lo jadi peramal? Atau pakar mikroekspresi?"
Pria berambut blonde itu hanya tersenyum miring lalu bersandar kembali.
"Gue setuju kalo lo sama Kak Jimin."
Hampir aja Haruto kesedak minumannya gara-gara perkataan Sunghoon.
"Random banget lo ngomong, b*ngsat!" Haruto mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya, "Gue gak suka dalam artian ingin memiliki ya. Itu murni gara-gara dia keluarga lo."
"Masa sih?" Sunghoon memasang wajah jahil, "Gue acc kok kalo lo jadi abang ipar gue. Ya walaupun gue punya ekspektasi yang tinggi sih soal cowok masa depan Kak Jimin."
Ingin rasanya Haruto menjedutkan kepala sahabatnya itu ke tembok tapi ia harus menjaga sikap karena sedang berada di kafe dekat sekolah Sunghoon.
"Rin, sorry buat yang semalam. Gue kira lo kuat minum. Serius gak ada niat aneh-aneh."
Saat ini Jeno tengah duduk dihadapan Karina yang sibuk dengan laptopnya. Sudah sekitar 5 menit pria itu mengusik Karina dalam mengerjakan tugas. Ingin rasanya Karina mengusir Jeno tapi ia lagi malas ribut.
"Sebagai permintaan maaf, gue traktir makan siang ya?"
Karina menggeleng, "Makasih No. Tapi gue harus selesaikan tugas ini sebelum sore."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You
FanfictionKarena kesalahpahaman, Haruto terpaksa menjadi roommate dari sepupu perempuan Sunghoon. "Bilang dong kalo maksudnya Jimin tu dia! Gue ngiranya Jimin abang lo!" "Ya gue kira lo nge-acc karna dah tau!" . . ©2022