Bagian XII: Moshi-Moshi??

23.6K 3K 812
                                    

Calum dengan sarung yang ku buat kemben, membuatnya terlihat seperti ibu-ibu yang mau mandi di kali.

Tapi untunglah jaket Michael sudah mulai kering jadi Calum bisa menggunakannya sebagai penutup kembennya. Calum juga mengatakan bahwa sarungnya membuat 'itu'nya kegelian dan bagaimana ia harus keribetan menjauhkan sentuhan sarung terhadap masa depannya itu.

Set.

Kek penganten sunat ae.

Lagi-lagi kami terjebak macetnya Jakarta yang memang sudah sewajarnya padat karena jadwal pulang kantor.

Entah ada ide darimana tiba-tiba aku menanyakan apakah mereka lapar? Lalu semua bule berseragam dufan itupun mengangguk.

Macet Jakarta selalu membuat ku lapar. Dan mungkin semua orang. Tak terkecuali Calum yang hanya mengenakan sehelai sarung yang ditutupi Jaket.

Makan apa?

Aku terus berfikir sambil terus menyusuri jalanan padat merayap ini.

Masa mcd lagi?

Kemarin baru beli mcd.

Apa ya?

Yang murah.

Terus juga ga bikin Calum diare.

Calum.

Lalu aku teringat bila harus membawa mereka makan, aku harus membawa Calum keluar pula. Dengan pakaian seperti itu?

Aku biasanya makan roti sandwich, atau sereal untuk sarapan. Kadang juga bekon dan telur mata sapi. Kau tahu? Biasa saja seperti manusia lainnya. Aku pikir aku hanya tidak cocok dengan bubur yang kau bawakan kemarin pagi, dan kau lihat bagaimana tadi aku baik-baik saja saat memakan nasi goreng dan apa tadi? 'Shoomay'? Ya, -apapun itu, lihat aku baik-baik saja hingga saat ini, tapi jika kau mendegar aku beberapa kali menarik ingus itu karena permainan ban besar sialan tadi, bukan karena nasi goreng tak bersalah. Jadi intinya jangan membeda-bedakan ku dengan kalian hanya karena kemarin aku diare, oke? Bawa lah aku kemana kau mau, Ganis.

Ke pelaminan mau gak bang?

Tadi itu adalah rangkuman curhatan Calum setelah aku hanya bertanya, apa yang biasa kau makan sehingga aku tidak perlu melihatmu sakit lagi?

Kalian suka Sushi? Tanya ku akhirnya setelah mengingat beberapa meter lagi akan ada restoran sushi yang biasa ku kunjungi bersama Bemby.

"I LOVE SUSHI!!," michael berteriak mengagetkan seluruh warga kota Jakarta termasuk pak Ahok yang ternyata lagi dibonceng naik motor di sebelah mobil kami dan lalu mengetuk jendela belakang.

Aku pun membukanya dari depan.

"Lu orang kalo mau teriak jangan kenceng-kenceng, lu kira kuping oe ga sakit dengernya?," kata pak ahok lalu berlalu begitu saja seperti mantan.

Sambil terus menyusuri tempat parkir, aku berpikir apa yang harus ku lakukan pada Calum setelah ia memeriksa semua pakaiannya serta kawan-kawannya dan tidak menemukan satu pun yang layak ia pakai seperti apa yang ia gunakan saat ini.

Jadi aku pun akhirnya berpasrah kepada Tuhan atas apa yang akan terjadi nanti karena perut ku yang sangat lapar ini.

"Irrashaimase!," teriak semua pegawai restoran sushi itu ketika melihat kami masuk.

"Moshi-moshi, watashi wa Mikaru desu!," kata Michael bersemangat menundukkan dirinya di depan si mbak yang jaga di depan.

Si mbak, yang tadinya tersenyum, kini tidak bisa menyembunyikan wajah herannya ketika melihat Calum dengan asoynya masuk restoran mereka. Tidak juga lupa, mungkin karena pakaian kami yang kembar kek anak sd mau karyawisata. "Untuk berapa orang kak?".

AUSTRALIANS [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang