Bagian XXX: Fail Australians

20.2K 2.1K 248
                                    

"Janiceeee!!!! Janiceeee, open tHE DOOOR!!".

Seseorang membangunkan ku pagi ini. Namun bukan seseorang dari morning call hotel, melainkan seseorang yang menggedor-gedor pintu kamar ku.

Aku meraih gagang pintu dan mendapati Michael dengan handphone Luke di tangannya, bisa dilihat dari capdasenya. "Oh my god, not you again," gumam ku.

Michael melenggok masuk tanpa mengartikan perkataan ku, menabrak bahu ku dan duduk di bibir kasur, matanya berbinar seraya senyum terluras alami di bibir merahnya. "We need to- me and the boys need to go home!".

Eh buset.

Aku mengerutkan alis seraya menggaruk kepala ku yang pasti berambut berantakan. Aku menghampiri Michael dan duduk di sampingnya, "what are you talking about??".

Maksud ku, ya, dia tidak bisa tiba-tiba saja meminta pulang.

Emangnya dari Bali ke Jakarta kek dari Monas ke Gambir apa.

Michael lalu mengotak-atik ponsel Luke, seperti ingin memberi tahu ku sesuatu. "The producer from a famous record corporation in our hometown," katanya sambil terus memainkan handphone Luke, membuka youtube, "he commented on our video". Michael memandangku dengan pasti dan ia terus tidak bisa menyembunyikan senyum kesenangannya.

"And?," tanya ku, lalu menatap pada ponsel Luke.

Aku membacanya, membaca bagaimana orang tersebut menawarkan mereka untuk rekaman.

Anjay gaya bener.

"We decided to say yes, this morning earlier, and he emailed us, and so we have to be back soon to sign the contract," Michael menjelaskan. "Come on, Janice, pack your bag and let's go home".

Seeeeet berasa rumah tinggal nyebrang.

"Muke lo salto!," aku merangkak kembali memeluk guling dan menutup diri dengan selimut.

Tapi Michael malah menarik kedua kaki ku sehingga membuat ku merosot ke lantai. "we need to go home right now or else me and the boys will leave just by ourselves," ancamnya.

Kek punya duit aja.

Awalnya aku akan mengatakan bahwa aku tidak takut dengan ancamannya dan dia bisa pergi sendiri dengan yang lainnya tanpa mengganggu tidur cantik ku, namun aku teringat lagi ancaman uang jajan mama. Dan Luke, bagaimana jika ia kembali mengadu pada ibunya?

Aku duduk di lantai dan bersandar pada kasur, dengan wajah frustasi aku memerhatikan Michael memasuki secara asal semua barang ku ke dalam ransel. Aku lalu bertanya pada Michael kapan tepatnya mereka harus bertemu dengan si produser.

"He wants to meet us this friday," Michael membalikan badan, menatap dan menunggu reaksi ku.

"Are you being serious??," aku bangkit dan beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka. "Its wednesday and you have to be there on friday??," aku berteriak dari kamar mandi.

Yang benar saja, mereka harus sudah berada di Sydney dalam dua hari? Dan kini kami masih berada di Bali?

"Crazy but true".

"And if you weren't there on friday??". Aku keluar dan kembali duduk di atas karpet menghadap Michael.

"They will have the contract with another band," Michael menjawab lugas. "That's why I'm begging you please we have to leave asap".

Dan aku kembali teringat apa yang Calum katakan tadi malam, mereka akan tampil lagi di cafe hari ini. Lalu aku pun bertanya pada Michael tentang hal itu.

Michael melirikku, tatapannya berubah kesal, "you think I don't know that Calum has already sung it to you as well??". "I'm not as dumb as you are, Janice, we really have to leave anyway".

AUSTRALIANS [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang