"Its really cool for hanging two years with a KFC employee," komentar Michael setelah ia bertanya berapa lama aku berpacaran dengan Bemby, dan aku menjawab.
Michael adalah satu-satunya dari empat turis di rumah ku yang sehat-sehat saja setelah naik arung jeram delapan kali lalu harus menaiki kincir-kincir kemarin. Ya. Sisanya masuk angin. Atau meriang. Atau apapun.
Dan di sini lah Michael sekarang. Di kursi penumpang mobil ku dengan seribu pertanyaan random dan gak pentingnya yang tidak habis-habis. Membuat ku tak kalah pusing dengan saat membawa tiga temannya yang lain.
Mau kemana kita?
Kau suka naruto?
Luke punya nomer hape si shokunin tadi malam.
Aku bosan.
Siapa ahok?
Aku lapar.
Persetan, hapeku mati!
Janice, Janice, Janice, cobalah kau ulang nama mu berkali-kali. Akan terdengar aneh.
Itu hanya beberapa ocehan tidak penting Michael yang memenuhi isi mobil ku, menemani kemacetan yang tak kalah menganggu dari pertanyaan-pertanyaannya.
Tanah abang adalah destinasi aku dan Michael hari ini.
Bukan.
Aku bukannya akan mengajak Michael tour berkeliling tanah abang. Tapi sesuai perintah mama kemarin, aku harus mengambil bahan jaitannya untuk di bawa ke bandung besok.
Jadi disini lah aku dan Michael sekarang. Berdesakan dengan banyak ibu-ibu dan kuli panggul yang berjalan ke berbagai arah. Aku menggenggam tangan Michael erat-erat agar ia tidak terpisah dari ku.
Bisa mati kalo nih bule ilang disini.
Nyarinya susah.
Aku duduk di kursi plastik dengan Michael yang bercucuran keringat di samping ku, menunggu si pemilik kios langganan mama mengambil pesanan ku.
Kenapa disini penuh orang? Apa yang mereka lakukan? Ayo keluar, ini tidak berbau Jepang sama sekali, Janice, kau membohongi ku.
Memang. Aku menjanjikan Michael nonton JKT48 di Fx, tapi setelah mengambil bahan pesanan mama ini. Dia seharusnya tau.
Saat pesanan yang ternyata memenuhi satu karung itu datang, aku pun mengeceknya satu persatu.
Buset deh.
Emak gua mau ngapain ini.
Beli bahan banyak banget.
Setelah semuanya terbungkus rapi kembali dalam karung, aku meminta si pemilik kios agar anak buahnya mengantarkan ke mobil ku. Tapi sayang, katanya semua anak buah lagi sibuk nganterin pesanan pelanggan lain.
Yaelah.
Sue.
Sue cruise.
Akhirnya aku pun berniat menyuruh Michael jadi kuli panggul dadakan tanah abang. Namun, saat aku menengokkan wajah ku ke belakang untuk memanggilnya, kursi yang tadi Michael duduki sudah kosong.
Mampus.
Mampus.
Mampus.
Aku lemas. Detak jantungku melemah. Panik.
"Kenapa mbak?," tanya si bapak pemilik kios.
"Temen saya mana pak? Yang rambutnya merah?," tanya ku menunjuk ke belakang dengan hopeless.
"Rambut merah?," si bapak berdiri dari jongkoknya. "Oooh, ini?" Ia lalu membalikkan patung manekinnya yang memakai wig merah. Lalu tertawa.
Sialan. Dia malah bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUSTRALIANS [5SOS]
FanficMichael lalu mengotak-atik ponsel Luke, seperti ingin memberi tahu ku sesuatu. "The producer from a famous record corporation in our hometown," katanya sambil terus memainkan handphone Luke, membuka youtube, "he commented on our video". Michael mema...