"Really guys?," tanya ku pada Ashton dan Luke.
Aku baru saja menemukan taksi dan langsung menyeret mereka berdua masuk ke dalamnya dengan daster gombrang masih membalut badan mereka.
"What?," Ashton menatap ku dengan tatapan tak bersalah.
Michael dan Calum ada di dalam taksi lainnya di belakang kami setelah tadi Calum lelah jumpa fans.
"Are you kidding?," aku merebut kain daster yang dikenakan Ashton dan menggoyang-goyangkannya, memberi tanda apa yang sedang ku bicarakan.
"What's wrong with this robe?," kali ini Luke bertanya, melepar tatapan dari kain di badannya kembali ke mata ku.
"what kind of question was that??," aku kembali menatap ke arah jalanan di depan ku, "you can't wear woman's outfit, obviously, guys".
"Is it a woman's outfit?," Ashton balik bertanya, "I thought its a reggae robe".
"Dude, please, thats reggae robe words don't exist," Luke menyela Ashton, "just stop saying that".
"Whatever, dude," Ashton memutar bola matanya.
"That's absolutely not a reggae robe or whatever it is so you guys decided to wore those on," aku menjelaskan.
Tanpa instruksi kedua, mereka dengan kesadarannya sendiri lalu melepas kain daster itu. "Oh my god I can't believe we just wore woman dress," gumam Luke.
"What's that words woman dress?," Ashton bertanya kepada Luke dengan alis mengkerut, "dresses are obviously for women, you boy".
Ya tuhan, aku sangat pusing dengan kelakuan bule-bule ini. Mengapa mereka tidak bisa bersikap normal sebentar saja? Atau untuk situasi saat ini, kenapa mereka tidak bisa saling mengalah saja? Aku bersyukur sebentar lagi mereka akan terlepas dari ku dan aku tidak perlu lagi mengurusi mereka.
"No, actually there's a men dresses," Luke menginfromasikan Ashton, "its afghanistan traditional dress for male but I forget the name".
"Since when you are smart," bantah Ashton.
"Since-,"
"CAN YOU GUYS JUST SHUT UP???".
Kami sampai di bandara. Setelah sekitar lima belas menit lamanya yang terasa dua puluh tahun karena aku harus terus mendengarkan perdebatan Ashton dan Luke tentang daster tadi. Aku bahkan sampai saat ini masih bertanya-tanya, mengapa pada satu saat mereka akan akur namun di saat yang lain mereka seperti anggota DPR yang lagi berantem di tv.
Ashton menggendong tas mereka dan Calum menggendong tas ku sementara Luke menjinjing satu tas penuh daster pesanan mama. Michael tidak akan mau membawa apa-apa, jadi dia berjalan cepat memimpin bersama ku menuju pemesanan tiket.
"HAA GAADA PENERBANGAN KE BANDUNG???!!".
Iya. Penjaga di balik loket tiket maskapai yang niatnya baru saja akan ku tumpangi mengatakan bahwa semua penerbangan ke arah barat ditutup karena meletusnya gunung raung dan abunya membuat jalur udara tertutup, terutama di daerah Bali sampai Jawa Timur.
Buset kapan meletusnya nih gunung??
Bisa banget nih gunung meletus pas gua mau pulang
"Ke Jakarta juga dong mas??," tanya ku kali ini lebih tenang.
Michael yang sedari tadi di samping ku, menanyakan apa yang terjadi sehingga aku sekaget itu.
Tiga lainnya tadi memutuskan untuk menunggu di bangku-bangku yang di sediakan di sekitar lorong karena keberatan dengan bawaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUSTRALIANS [5SOS]
FanfikceMichael lalu mengotak-atik ponsel Luke, seperti ingin memberi tahu ku sesuatu. "The producer from a famous record corporation in our hometown," katanya sambil terus memainkan handphone Luke, membuka youtube, "he commented on our video". Michael mema...