Bagian X: Masih di Dufan

27K 3.2K 308
                                    

Setelah kenyang dengan beberapa porsi aneka macam makanan dari nasi goreng hingga siomay, kami pun melanjutkan petualangan kami ke Istana Boneka pilihan, lagi-lagi, Luke.

Untungnya di wahana ini kami bisa menggunakan fast track, jadi tidak usah berlama-lama mengantre lagi.

"Lucas, I can't believe you picked this boring machine". Suara Michael menggema saat kita sudah sekitar satu menit di dalam wahana ini.

Kalau aku menjadi Michael, mungkin aku akan melakukan hal yang sama sepertinya. Dengan satu alasan, yaitu karena dia harus duduk bersama orang-orang asing.

Ya.

Michael baru saja berteriak dari satu perahu di depan kami. Maksudnya, ia berada di perahu berbeda dengan kami karena pada saat di antrean dialah yang mengantre paling depan di antara kami berlima dan ia harus menaiki perahu yang kekurangan satu orang itu.

Tidak ada waktu bagi Michael untuk menyuruhku menggantikan posisinya karena mas-mas wahana yang sangat jutek, yang mana menyuruh kami untuk segera.

Walaupun tak terlihat, teriakan Michael tentu saja akan terdengar oleh kami, mengalahkan theme song Istana Boneka ini.

Kami berempat hanya tertawa mendengar teriakan-teriakan Michael sampai suatu waktu teriakan itu tidak terdengar lagi.

"BOO!," Michael mengagetkan satu perahu berisi 12 orang yang aku tumpangi. Ia baru saja keluar dari belakang sebuah boneka suatu suku di kawasan Papua.

Yaallah.

Apa lagi sekarang.

Para teman Michael dan aku pun menanyakan apa yang ia lakukan disitu.

Jangan lakukan itu Michael, tambah ku setelah ia mulai mengambil aba-aba.

tapi dia tidak menjawab melainkan langsung meloncat ke perahu ku, lebih tepatnya ke barisan terdepan, barisan yang di duduki oleh  Calum, Ashton dan Luke. Ia lalu memaksakan dirinya duduk di pangkuan Luke sehingga membuat perahu ini berat ke depan kiri. Dan lebih parahnya lagi hal itu membuat perahu kami berhenti karena kemungkinan besar menurut logika ku, permukaan bawah perahu yang mana diduduki Luke ditambah Michael itu menyentuh dasar kolam istana boneka ini sehingga kami tertahan.

Aku duduk disini, memerhatikan mereka berempat dari belakang.

Kenapa harus seperti ini?

Kenapa aku tidak kedatangan orang-orang normal saja?

Aku lalu menyuruh Michael untuk turun setelah ia membuat kemacetan empat perahu yang akhirnya bertubrukan karena perahu kami. Di tambah dua rombongan yang duduk bersama kami, yang mana sudah marah-marah ditambah beberapa anak kecil yang menangis, membuat aku akhirnya menyuruh Calum, Ashton dan Luke juga turun, sehingga Michael akhirnya turun. Kami semua turun.

Siapa lagi yang bisa membuat kemacetan di dalam Istana Boneka?

Hanya Michael.

Kami pun akhirnya menelusuri kawasan Papua itu dan berakhir di pintu keluar darurat setelah sebelumnya Luke menyenggol satu boneka yang sedang capek mengibar-ngibarkan bendera, lalu terpeleset ke dalam air setelah berusaha membenarkan posisi si boneka, membuat bagian paha sampai kebawahnya basah.

Ashton yang melihat itu, bukan malah menolong temannya melainkan mengeluarkan handphonenya untuk mengabadikan momen itu sambil tertawa dengan tawa khasnya.

Michael berakting seolah-olah ia adalah pelatih lumba-lumba dan Luke adalah lumba-lumbanya.

Calum hanya tertawa lepas menggema memegangi perutnya.

AUSTRALIANS [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang