Bagian XXVII: Calum-ku Sayang Calum-ku Malang

22.5K 2.2K 634
                                    

"No, I think its Napoleon".

"I'm telling you once again, Napoleon never stayed in this hotel, Luke!," Michael berteriak lebih keras.

Kami sedang sarapan di restauran hotel, dan ya, kini Calum, Ashton, Luke dan Michael sedang berdebat tentang hantu siapa yang merasuki tubuh ku di kamar mandi tadi.

"And plus," Ashton mengangkat telunjuknya, "he wasn't a woman".

Aku? Aku hanya terdiam dan makan sambil menontoni mereka dengan tidak napsu, tidak tertarik untuk bergabung dengan debat tidak penting itu. Sama sekali tidak penting.

Calum mengerutkan alisnya, "is there any chance that it was Will Smith?," ia menatap kami satu per satu.

"He's a man too," kata Michael lagi dengan tatapan muak kepada Calum.

"No, Michael, Will Smith could be anything he wanted," bela Ashton, "yeah, Cal, we can say that, I think".

"You know," Luke menggaruk pelipisnya sebentar, "I think its Napoleon".

"Shut up, Luke," wajah Michael sudah seperti ingin melemparkan temannya ini ke atas pemanggang di meja prasmanan belakang kami.

"Guys," kata ku setelah menerima satu tegukan air di kerongkongan, "but Will Smith is still alive".

"Shut up, Ganis," mereka semua menatap ku dengan jijik dan mengatakan itu hampir bersamaan.

"Okay," aku mengangguk dan kembali pada makanan ku.

Mereka semua baru berhenti berdebat saat omelette yang mereka pesan datang. Katanya pagi ini mereka sedang mempunyai hasrat untuk makan omelette dan tidak tertarik dengan makanan lokal seperti hari-hari sebelumnya- kecuali Michael yang punya dua piring di hadapannya dengan satu berisi nasi dan sate ayam.

Aku sudah selesai makan duluan karena tadi tidak perlu menunggu, dan sekarang aku yang menunggu mereka.

Luke tiba-tiba merebut snapback yang digunakan Michael dan dengan cepat meletakkannya di kepala ku, menekankan bagian visornya agar menutupi pandangan ku, atau pandangan orang-orang kepada wajah ku.

"What the hell," aku bisa mendengar suara Michael dari kegelapan.

Luke lalu hanya mengisyaratkan semuanya untuk diam dan berperilaku normal, "stay in there, Ganis, he's here".

Aku pun diam dan menunduk setelah mengerti apa yang Luke maksudkan.

Ingin sekali aku berdiri dan menghampirinya, memberi satu tamparan mungkin, walaupun dia tidak akan merasakan sesakit aku. Hanya saja, saat untuk yang kedua kalinya aku ingin melakukan itu, jantung ku masih sama lemahnya seperti kemarin. Aku kembali menangis lagi dalam hening.

"God damnit, he's much way uglier than in the picture," Michael bergumam, "can't believe he's got all confidence to cheat on you".

Sekarang, aku tidak keberatan jika Michael harus mengatakan apapun tentang Bemby. Toh, dia juga tidak pantas untuk dibela.

Luke memang sudah bilang pada ku bahwa ia menceritakan tentang kejadian semalam pada teman-temannya saat aku tertidur, jadi mereka sudah tahu alasan mengapa aku menangis.

"But, Ganis, I think his affair's pointer not gonna fit in his nostril, I mean, look at her, she's so skinny," kata Calum.

"She's not gonna look at her, Calum," Michael menginterupsi, "she's under my snapback".

"I didn't just ask her," Calum membela diri, "I asked all of you".

Aku mengintip sedikit dari balik snapback Michael, dan bagaimana keempat dari mereka dengan entah kepedean atau keidiotan luar biasa, memalingkan wajah mereka jelas-jelas ke arah Bemby dan perempuan itu.

AUSTRALIANS [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang