Bagian XXXI: Kapan Pulang?

18.9K 2K 380
                                    

mama mengirimkan foto contoh daster dan alamat toko untuk membelinya bertepatan dengan aku dan empat lainnya yang sampai di pasar Sukowati.

Panas dan sesak. Dua hal yang ku rasakan saat melihat pintu utama pasar.

Motor-motor berjajar di hadapan ku saat turun dari taksi, dengan beberapa gerobak jualan di trotoar. Namun yang paling menarik perhatian ku adalah gerobak minuman jingga bersponsori Sosro. Aku butuh air. Ditambah satu senyuman Luke Hemmings juga boleh. Tehehehe.

Aku memesan lima teh botol untuk ku dan empat bule yang kini sedang duduk di kursi kayu panjang di bawah pohon dekat tiang listrik yang sedikit menghalangi jalan para pejalan kaki.

"Dayunya lagi hamil ya?," kata si ibu penjual minuman sambil membuka satu persatu tutup teh botol pesanan ku, ia ternyata memerhatikan ku yang sedari tadi memegangi pinggul. "Suaminya yang mana?," godanya sambil melirik empat bule yang sedang kepanasan.

Buset ya kali hamil.

Ga tau apa nih gua abis ngejengkang.

Namun ku kurungkan niat ku untuk memberi tahu si ibu saat aku melihat Luke sedang mengelus-elus dagunya sambil mengobrol dengan Ashton.

Astaga seksi banget.

Aku tersenyum sendiri melihatnya seraya berkata, "yang itu bu yang pake baju item".

Si ibu mengerutkan alisnya, sekali lagi menoleh kepada mereka berempat, "kan semuanya pake baju item, dayu". "Tukang gorengan di sampingnya juga pake baju item".

Eh iya, tukang gorengan pake baju item.

Aku memutar bola mata main-main sambil kembali untuk duduk bersama empat lainnya, memberikan Calum dan Ashton teh botol dari tangan ku, serta untuk Luke dan Michael dari tangan si ibu yang mengantarnya.

Sekali lagi aku memalingkan wajah ke arah pintu masuk pasar.

Ya tuhan, kapan sepinya sih?

Michael bertanya apa yang kami lakukan disini sehingga ia harus panas-panasan seperti ini, sementara Luke dan Calum sibuk ngegodain cewek-cewek yang lewat. Dan Ashton? Entah lah, dari yang ku lihat saat ini ia sedang air-drumming.

Aku memang berpikir untuk membatalkan saja pesanan mama ini, namun ia selalu saja mengancam akan memogokan uang jajan ku yang mana membuat ku tidak memiliki pilihan lain.

"Mom wants me to buy her something," jawab ku singkat pada Michael.

Michael mengerang, seperti biasa tidak setuju. Ia terdiam sejenak, lalu tiba-tiba saja mengulas senyum lebar menatap ku. "Use the wishes," katanya singkat, mata hijaunya melebar.

Enak aja.

Mau nipu gua lagi nih orang.

Aku tergelak ringan, "I'm not a fool for twice, Mike".

Michael mengerutkan alisnya, "that's not what I mean".

"Then what?".

"Look at you, Janice, you have this gout, are you sure you're still going to make yourself trotting inside?," jelas Michael.

"Where, the, fuck, is, Ashton?".

Benar.

Ashton harusnya duduk di samping Michael dengan drum bayangannya, namun kini aku tak lagi melihatnya mengisi renggang antara Michael dan Luke yang masih sibuk memunggungi kami untuk menggoda siapa pun perempuan yang lewat dengan Calum.

"O my god," suara Michael bergetar menyadari temannya satu itu tak di tempat.

"Yaelah gua lagi encok masih aja bikin susah," gerutu ku, lebih kepada diri sendiri sementara Michael menanyakan Ashton pada Luke dan Calum.

AUSTRALIANS [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang