Penerbangan selama empat puluh lima menit ku bersama keempat bule ini untungnya saja berjalan dengan lancar tanpa ada aksi keidiotan dari mereka. Hanya saja sekarang kedua pundak ku terasa sangat pegal karena harus menopang kepala Calum dan Ashton yang sedari awal penerbangan terkulai di atas pundak ku karena tertidur. Aku beberapa kali mengangkat kepala mereka kembali ke posisi semula, namun mungkin pundak ku mempunyai medan magnet yang cocok untuk kepala mereka.
Tidak ada yang perlu diambil dari baggage claim karena kami hanya mempunyai dua ransel-satu punya ku, dan satu lagi berisi pakaian empat bule yang dijejal paksa kini berada di punggung Ashton. Ketiga lainnya selalu menolak jika Ashton minta bergantian untuk membawa ransel itu.
"So, where is our hotel?," tanya Michael.
Perlu dikatakan, aku sebenarnya sama sekali tidak memiliki persiapan apapun untuk perjalanan mendadak ini; aku belum membooking hotel, travel, atau apapun. Aku bahkan tidak tau harus kemana membawa mereka sekarang.
Setelah memanggil dua taksi-karena satu taksi maksimal empat orang, dengan aku, Calum dan Michael pada satu taksi, dan Ashton dan Luke pada taksi lainnya. Aku mengarahkan si supir untuk melesat ke arah kuta agar kami mencari hotel yang dekat dengan pantainya.
Michael selalu tidak bisa berhenti berbicara saat ia tidak mempunyai apapun untuk dilakukan. Seperti saat ini, saat handphonenya kehabisan baterai lagi. "Where is the beach?", "why is it so crowded here", "can I open the pane?".
"Ini dari mana, gek?," tanya si supir taksi setelah pertanyaan terakhir Michael. Mungkin dia bingung datang darimana sebenarnya makhluk astral yang sekarang lagi dadah dadah ke arah belakang dimana taksi yang ditumpangi Ashton dan Luke mengikuti ini.
"Um, dari Bandung pak," jawab ku. "Oh kalau mereka dari Australia, pak".
Si bapak mengangguk, "minta tolong, gek, itu temannya tolong kaca mobil saya jangan dipukul-pukul".
Ya.
Benar.
Michael dan juga Calum dengan idiotnya memukul-mukul kaca belakanh mobil taksi ini untuk menarik perhatian Ashton dan Luke di belakang.
"Allahuakbar, Michael, Calum can you please stop whopping the pane?!," kata ku sedikit berteriak sambil menarik bagian belakang kaos mereka agar kembali duduk dengan normal, bukannya malah nungging ga jelas.
"Maaf ya, pak, ini emang pada keterbelakangan mental temen-temen saya," kata ku cepat kepada si bapak supir.
Sekitar sepuluh menit kemudian setelah aku sudah bisa melihat pantai kuta, aku pun minta si bapak berhenti, karena memang aku tidak tau benar kemana tujuan kami.
"Owh yeah, beachy beach, baby!". Aku bisa mendengar Ashton berteriak sambil merentangkan tangannya setelah keluar dari taksi, lalu menolehkan kepalanya ke arah ku, tersenyum.
Kami berlima lalu berjalan ke dalam kawasan pantai dengan sandal jepit di masing-masing kaki kami.
"Janice, where is actually our shelter? You know what? I need to straighten my knees out," Michael menyetarakan langkahnya dengan ku, di belakang tiga lainnya.
"Well, your knees are already straightened," aku menunjuk kedua kaki Michael.
Luke dan Ashton berlari ke arah laut setelah melepas sandal dan kaos mereka juga tas ransel yang di bawa Ashton di dekat kami.
Calum, setelah meminta uang pada ku, ia berlari membeli es krim walls.
"I mean, streching them out. Oh come on, don't be such an immature", Michael duduk di atas tikar yang di sewakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUSTRALIANS [5SOS]
ФанфикMichael lalu mengotak-atik ponsel Luke, seperti ingin memberi tahu ku sesuatu. "The producer from a famous record corporation in our hometown," katanya sambil terus memainkan handphone Luke, membuka youtube, "he commented on our video". Michael mema...