Bagian XXXIV: Sedikit Lagi

14.4K 1.8K 298
                                    

Emang sialan tuh kenek bus.

Setelah beberapa kali mengelak dari pemikiran kami tidak benar-benar ditinggal oleh bus dalam satu jam, tetap saja, faktanya kami tetap di kawasan pantai ini tanpa arah.

Tadinya aku akan menyerah saja pada keadaan. Apalagi kami ditinggalkan di daerah yang sama sekali tidak ku kenali seperti ini.

Namun itu hanya tadinya. Karena saat kami sedang duduk-duduk dengan putus asa di sebuah warung, berhentilah sebuah truk.

Jalur pantai selatan memang terbilang sepi, namun jarak yang lebih jauh adalah alasan mengapa kebanyakan pengemudi lebih memilih berdesakan dalam kurun waktu yang tidak tentu di jalur pantai utara.

Aku melihat bagaimana si kenek turun dan menghampiri warung yang kami singgahi sambil minum teh botol dan makan sukro dengan uang sisa seadanya karena tas-tas kami terbawa mobil bus.

Si kenek membeli rokok. Sementara empat bule ini asyik dengan pembicaraan mereka tentang pokemon yang benar-benar ku mengerti, aku beranjak dan menghampiri si kenek itu.

"Mau kemana mas?," tanya ku so asik sambil duduk lebih dekat dengan si kenek yang masih berdiri untuk menunggu pemilik warung mengambilkannya rokok.

Ia meringis mengetahui aku ternyata bertanya padanya, "oh, mau ke Cirebon mbak," jawabnya.

"Lewat semarang gak??," tanya ku dengan antusias tinggi.

Si kenek mengangguk samar seraya menatap bingung ekspresi di wajah ku. "Iya, kenapa mbak?".

"Mas saya nebeng ya, plis banget saya gapunya uang lagi terus juga jarang bus lewat sini, saya tadi ditinggalin sama bus saya pokonya saya nebeng ya mas gamau tau plis banget saya udah gapunya siapa-siapa lagi mas bantuin saya lah mas ga kasian apa sama sa-".

Si kenek itu lalu mengangkat telapaknya tangan kanannya ke depan, menginstruksikan ku untuk berhenti bicara. Tak lama ia lalu mengangguk setuju, "sampai semarang saja kan?," tanyanya memastikan.

Aku mengangguk cepat, "iya, saya mau ke bandara".

"Yaudah, saya mau berangkat sekarang, mbaknya ada barang bawaan ndak?".

Aku menggeleng cepat, "ngga ada ko mas, tas saya kebawa bus".

Ia mengangguk lagi dan menginstruksikan ku untuk mengikutinya berjalan ke arah truk.

"Heh, guys, come on!," aku berbalik heran karena keempat bule itu malah masih asik ngaso.

Mereka berempat akhirnya turun dan mengikuti ku berjalan.

Kami berlima jalan berbaris di belakang si kenek menuju truknya.

Setelah melewati kepala truk, si kenek berbelok dan membukan pintu penumpang kepala truk. Ia tersentak kaget setelah menengok ke arah kami, yang mana membuat ku yang berbaris setelahnya juga ikut kaget. "Loh, mbak," matanya terbelakak sembari telunjuknya pelan-pelan naik menunjuk ke belakang ku, ke empat bule yang balik menatap si kenen bingung, "ini siapa?".

Aku refleks menengokan wajah ku pada Calum, Ashton, Luke dan Michael yang masih berbaris seperti anak bebek di belakang induknya. Aku mengerutkan alis, "temen saya," jawab ku setengah bingung.

AUSTRALIANS [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang