:: Bab XVII ::

343 38 2
                                    

Rapat selesai lebih lama dari yang diperkirakan. Harusnya, di jam makan siang rapat sudah bisa selesai. Namun, karena banyak hal yang harus disusun agar bisa segera dilaksanakan, rapat berlangsung hampir seharian.

Mita kembali ke ruangannya sambil terus memijat tengkuk dan pundaknya. Kelelahan terlihat jelas dari matanya yang sayu. Padahal di rapat tadi ia hanya perlu mendengarkan dan memberi beberapa masukan. Tapi rasanya tetap saja melelahkan.

Langkah membawa Mita untuk keluar dari lift lalu berjalan di koridor untuk menuju ruangannya yang terletak di ujung. Saking lelahnya, ia tak cukup memperhatikan siapa saja yang berpapasan dengannya. Ia hanya terus berjalan sampai akhirnya sebuah ruangan terbuka dan seseorang keluar dari sana secara tiba-tiba.

Byur!

Mita terkesiap. Cairan kopi yang masih panas itu sukses mengenai kemejanya dan menembus hingga ke kulit dadanya. Lelahnya seketika sirna. Ia meringis tertahan.

"M-maaf, Bu Mita. Saya tidak sengaja. Bu Mita tidak apa-apa?"

Seorang OB mencicit takut ketika menilik penampilan Mita. Kemeja gadis itu tak hanya menjadi kotor namun juga menjadi tembus pandang. Bagian dada yang tertutup tank-top putih milik Mita pun jadi terekspos karena tumpahan kopi tersebut.

Kalau bisa marah, mungkin Mita akan marah. Sayangnya, ia tak terbiasa marah-marah pada orang lain. Toh, melakukan hal itu hanya akan menguras lebih banyak energi. Ia sudah cukup lelah dengan pekerjaannya seharian ini.

Mita sekedar menggeleng lemah, "It's oke. Gak apa-apa, kok."

"B-biar saya cari tisu dulu, ya, Bu..."

Petugas OB itu langsung ngacir menuju pantry yang ada di lantai 2 untuk mencari tisu. Mita bahkan belum sempat menolak tawaran OB tersebut.

Mita memeriksa laptopnya yang untungnya tidak basah. Setidaknya, ia tak perlu khawatir kalau dokumen-dokumen yang ada di laptopnya jadi rusak karena ketumpahan kopi.

"Mending langsung pulang, deh. Gak mungkin aku lanjutin kerja pakai baju begini," gumam Mita usai melihat waktu pada jam tangan yang ia kenakan. Sudah hampir pukul 7 malam.

Mita melanjutkan perjalanan menuju ruangannya dan melupakan petugas OB yang lalai tersebut. Sesampainya di ruangan, Mita segera merapikan meja dan tas-nya untuk bergegas pulang.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu itu menyebabkan Mita mengernyit. Seingatnya, ia sudah menyuruh Sarah pulang duluan jadi harusnya tak ada yang mengganggunya lagi.

Atau mungkin petugas OB yang tadi?

"Ya, masuk."

Mita mendengar suara ketukan sepatu. Masih sibuk dengan aktivitas beberesnya dan meyakini bahwa yang masuk itu adalah petugas OB seperti yang ia pikirkan, Mita bersuara, "Saya gak apa-apa, kok. Kamu gak perlu repot nyariin tisu—"

"Kenapa dengan kemejamu?"

Mita tak segampang itu lupa bahwa OB yang tidak sengaja menumpahkan kopi ke dirinya tadi adalah seorang perempuan. Kenapa suara yang muncul jadi suara laki-laki?

Mita lekas mengangkat wajah. Matanya spontan membesar saat menyadari siapa yang telah memasuki ruangannya.

"Bram?!"

Tergesa-gesa Mita mencari sesuatu untuk menutupi bagian dadanya yang tembus pandang. Tak punya pilihan lain, Mita mengambil sebuah map secara sembarangan dan memeluknya erat-erat.

Bram memperhatikan Mita dengan mimik wajah yang aneh. Tak ada ekspresi yang berarti tapi tatapannya seolah tengah menelaah kondisi Mita.

Mita berusaha untuk tak peduli apalagi mengartikan tatapan Bram yang menurutnya terus tertuju pada bagian dadanya yang sudah susah payah ia tutupi. Tapi, hal itu nyatanya terlalu sulit untuk dilakukan. Ia malah salah tingkah sendiri ditatap seperti itu.

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang