:: Bab L ::

393 41 2
                                    

Kriet!

Nesa lekas menoleh, seiring dengan ponsel yang ia jauhkan dari telinga. Kecemasan itu menggelayut di wajahnya ketika gadis yang ia tunggu-tunggu akhirnya keluar juga.

"Sasmita, kamu gila, ya?! Aku melarang kamu masuk ke sana! Kamu tahu tata krama tidak, sih?!"

Mau sekeras apapun Nesa memarahi Mita, rasanya itu tidak akan cukup ampuh. Tak ada satupun kalimat yang masuk ke gendang telinga Mita. Gadis itu seolah menutup lubang telinganya rapat-rapat, kemudian berjalan melewati Nesa begitu saja.

"Sasmita, tunggu!"

Nesa mencekal lengan Mita, mencegah gadis itu pergi lebih jauh. Seakan tak punya banyak tenaga, Mita dengan mudahnya berbalik. Tatapan kosong ia berikan untuk Nesa.

"Aku bakal aduin kamu ke Kak Bram karena datang dan menggeledah rumah ini tanpa izin!"

Mita tak menggubris. Ia hanya menarik napas dalam-dalam, lantas memutar balik langkahnya. Bergerak menuju pintu, tanpa berpamitan pada Nesa.

Nesa menggeram sebal. Siapa yang tak kesal karena diabaikan seperti itu?

Ia pun memilih untuk membiarkan Mita, berusaha tak peduli pada saudari iparnya tersebut. Dirinya melenggang masuk ke dalam kamar yang tadi dimasuki oleh Mita untuk memeriksa keadaannya. Khawatir kalau Mita akan mengacak-acak kamar sang kakak.

Semua masih tampak sama. Tak ada yang berantakan. Kecuali sebuah foto berbingkai yang seingatnya masih berdiri kokoh di atas kabinet, kini justru tertelungkup. Ia asumsikan Mita yang melakukannya.

Nesa meraih foto itu. Itu adalah foto Erie bersama Bram. Foto yang diambil ketika kandungan Erie mulai membesar.

"Nesa!"

"Apa, Kak?! Nesa lagi belajar!"

Nesa menyahut asal karena materi ujiannya jauh lebih penting. Ia bahkan tak ambil pusing ketika Erie mendobrak pintu kamarnya dan langsung lompat untuk mendekapnya.

"Nesa, Kakak punya kejutan!"

"Apa?" Nesa kelihatan tidak berminat. Tapi, ia berusaha untuk tetap menghargai sang kakak yang kelihatan bahagia bukan main. Seakan-akan baru ketiban hujan emas.

"Lihat!"

"Bilang aja."

"Ih, kamu harus lihat dulu!"

"Duh, Kak Erie bawel, deh—"

Tidak melanjutkan gerutuannya, Nesa justru langsung menutup mulut dengan kedua tangan. Matanya yang membelalak seakan siap untuk keluar dari rongganya. Beberapa kali mengerjap, tak cukup yakin dengan apa yang saat ini ia lihat.

"Sebentar lagi, kamu akan jadi 'Tante'!"

Dengan senyum lebarnya, Erie mengangkat testpack dengan garis 2 itu di depan wajah. Wajahnya berbinar cerah. Aura kebahagiaan itu mengelilingi dirinya dan bersiap menulari semua orang. Termasuk sang adik, Vanesa.

"K-kak Erie...?" Nesa berbisik lirih. Yang segera dibalas Erie dengan anggukan mantap.

"Iya, aku hamil. Anaknya Bram. Usia-nya sudah 4 minggu!"

Kehamilan Erie memang mengejutkan. Jujur saja, Nesa bingung antara harus senang atau kecewa. Ia terlalu bingung bagaimana menjelaskan kepada sang Bunda bahwa kakaknya hamil di luar nikah.

Tapi, Erie bilang itu bukan masalah besar. Dia meyakinkan Nesa kalau dirinya akan segera menikah dengan Bram paling tidak sebelum kandungannya semakin membesar.

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang