Brak!
Malam sudah larut. Juan bahkan baru saja sampai di apartemennya dan sudah bersiap untuk mandi jika saja sebuah kabar dari hotel tidak membuatnya kalang kabut.
Juan tak segan mendobrak pintu ruang Security Department di hadapannya. Datang terburu-buru membuat tampilannya acak-acakan. Namun, ia tidak cukup peduli akan hal itu. Ia mendekat pada beberapa polisi yang sudah menunggu.
"Apa-apaan ini?" tanyanya, dengan deru napas memburu. Tanda tanya memenuhi sorot matanya, begitu ia milirik pada Chief Security yang menggeleng pasrah.
"Hotel ini terbukti dijadikan sarang bagi gembong narkoba atas izin Ibu Sasmita Chandie Adiswara. Dengan begitu, seluruh bagian hotel serta Ibu Sasmita Chandie Adiswara akan kami periksa untuk proses penyelidikan. Dan mungkin, kami akan mengeluarkan surat perintah penutupan terhadap hotel ini."
Sebuat surat diberikan oleh salah seorang dari polisi tersebut. Keterangan yang tersemat di dalam surat itu sukses menarik kening Juan hingga berkerut.
"Apa anda punya buktinya?" Juan mengangkat pandangan. Ia mengembalikan surat resmi itu secara asal karena kesal.
Polisi itu mendengus sinis, "Seorang polisi tidak mungkin bertindak tanpa adanya bukti."
Sebuah kode diberikan kepada anggota polisi yang lain. Kini, Juan diminta untuk melihat rekaman CCTV yang ditampilkan di layar laptop milik sang polisi.
Beberapa video dari CCTV yang berbeda diperlihatkan kepada Juan. Ada CCTV yang merekam lorong kamar dimana beberapa orang dengan apron, masker, serta sarung tangan keluar masuk dari beberapa kamar. Ada pula CCTV yang merekam orang-orang tersebut jalan sempoyongan seraya mengisap benda yang dilinting. Selain itu, ada juga CCTV yang merekam dengan jelas terjadinya transaksi narkoba di salah satu VVIP Room di bar hotel.
Tidak sampai di situ, ada juga CCTV yang merekam sosok Mita tengah berbicara dengan seseorang di excecutive lounge. Keduanya terlibat diskusi yang cukup serius hingga akhirnya ada sebuah map yang diletakkan di atas meja.
"Itu hanya bukti pendukung. Ini adalah bukti kuatnya."
Map yang sama seperti yang ada di dalam CCTV tersebut diserahkan kepada Juan. Ia membukanya dan membacanya dengan cepat serta cermat. Tak akan ia lewatkan satu tanda baca pun yang bisa saja merugikan Dandelions Hotel dan Mita.
Goresan tinta yang membentuk tanda tangan Mita itu sudah mengering. Tersemat di bagian bawah surat, tepat di atas nama gadis itu tertulis.
Kredibilitas surat itu tak lagi bisa diragukan semenjak tanda tangan Mita ada di sana. Surat itu telah menjadi bukti kuat bahwa Mita menyetujui penyewaan beberapa kamar dan ruangan di Dandelions Hotel untuk dijadikan markas bisnis 'obat-obatan herbal'.
Secara tidak langsung, gadis itu telah terlibat dan bahkan melibatkan Dandelions Hotel ke dalam masalah besar.
Napas Juan tercekat. Dengan bukti sekuat itu, tak ada siapapun yang bisa menyangkal. Kecuali Mita bersedia untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya.
"Dengan surat perizinan ini, kami akan menggeledah TKP." Mengambil map itu dari tangan Juan, polisi tersebut memberi arahan kepada para anggotanya untuk bersiap.
Dia berjalan di paling belakang. Dan sebelum benar-benar pergi, dia kembali menengok ke arah Juan. Memperhatikan pria yang termenung itu ditemani seringai.
"Kami juga akan meminta keterangan anda. Jadi, tolong kerjasama-nya untuk tetap di sini sampai kami selesai menggeledah TKP."
Sepeninggal polisi-polisi itu, Chief Security mendekati Juan. Raut wajahnya tampak tegang dan di saat bersamaan juga terlukis rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]
RomanceKetika nominal empat miliar rupiah membuatmu mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Ketika nominal empat miliar rupiah membuatmu rela kehilangan kehormatan demi mendapatkan hak yang sudah sepatutnya kamu dapatkan. Ketika nominal empat miliar ru...