:: Bab XXXIII ::

379 42 6
                                    

Kring! Kring! Kring!

Bunyi berisik itu berhasil membuat Mita terperanjat. Ia yang tidak sengaja ketiduran langsung menuju pintu, dan menemukan orang-orang sudah berhamburan keluar.

"Fire! Fire!"

Teriakan yang menyebutkan kata yang sama menggema di sepanjang koridor. Mita diam sejenak, menonton semua orang terbirit-birit menuju tangga darurat. Nyawanya belum terkumpul sempurna sehingga kerja otak Mita menjadi lebih lamban.

"Fire! You need to get out of here!"

Salah seorang staff hotel yang melihat Mita masih mematung di ambang pintu lantas menariknya keluar. Dan Mita menurut, bergabung dengan orang-orang yang panik bukan kepalang berebut jalan masuk ke tangga darurat.

Mita berusaha untuk tetap tenang. Tapi, kondisi yang kacau balau berbalut ketakutan mempengaruhinya.

Tergopoh-gopoh menuruni tangga, terdorong-dorong, bahkan sandal slipper-nya sudah tidak tahu kemana karena terinjak. Di kondisi ini, Mita harus tetap fokus, paling tidak agar tidak terjerembab jatuh.

"Ouch!"

Srat!

Mita sontak berhenti saat bunyi robekan dan terbanting itu terdengar nyaring. Ia berbalik, dan menemukan seorang anak kecil laki-laki berkulit hitam yang terjatuh di belakangnya hampir terinjak orang lain.

Tanpa pikir panjang, Mita segera membantunya. Gadis itu bahkan tak sadar dan juga tak peduli kalau bagian punggung dress yang ia kenakan robek karena sempat ditarik oleh bocah itu sebelum jatuh.

"Hey, are you oke?! Stand up! We need to get out of here!" serunya, memapah bocah itu untuk berdiri. Terlihat jelas bahwa bocah itu tengah menahan tangis. Tapi, Mita dengan sigap menenangkan. "No, no, no. Don't cry. We can get out of here and find your parents. Oke?"

Mita mengulurkan tangannya, "Hold my hand and don't be afraid."

Dengan mata belo-nya, bocah laki-laki itu menatap uluran tangan Mita. Kelihatan ragu untuk meraihnya.

Namun, seulas senyum tulus yang Mita untai sukses meyakinkan bocah itu. Mereka pun bergandengan lantas melanjutkan perjalanan mereka untuk keluar dari sana.

Mita dan bocah itu tertinggal jauh dari tamu-tamu yang lain. Meski begitu, mereka terus berlari karena alarm tidak berhenti berbunyi. Pertanda bahwa api belum berhasil dipadamkan.

Ada derap langkah tergesa yang berlawanan menggema di tangga darurat. Tidak bergerak turun, suara kaki itu justru bergerak naik.

Di tengah upaya mereka menyelamatkan diri, Mita reflek mengerem langkahnya ketika matanya bertemu dengan si pemilik derap langkah berlawanan itu. Sepersekian detik, gadis tersebut mematung.

Ketakutan yang terlukis di wajah Mita seketika menguap. Tergantikan dengan senyum kecil penuh kelegaan.

...

"My son! My son!"

Bocah laki-laki yang digandeng Mita langsung berlari menuju kedua orang tua-nya yang sejak tadi menunggu di depan gedung dengan harap-harap cemas. Mita pun menyaksikan pertemuan mereka yang penuh keharuan.

"Thank you so much," ujar Ayah dari bocah laki-laki itu. Dia menyalami Mita, kemudian menepuk bahu pria yang berdiri di sampingnya sambil masih menggenggam erat tangannya. "Without you and your wife, maybe we can't see our son anymore."

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang