:: Bab XLVII ::

377 45 0
                                    

"Beruntungnya, media tidak terlalu mengekspos kasus ini, Tuan. Pandangan orang-orang terhadap Arnold Wijayanto terlanjur buruk dan sepertinya mereka sudah tidak memperdulikannya lagi."

Berita kematian Arnold Wijayanto adalah hal pertama yang Ashraf laporkan hari ini. Putra sekedar mengangguk untuk menanggapi.

"Omong-omong tentang Wara Constructions—"

"Ekhem!"

Putra berdehem hingga seluruh penjuru ruangannya bergema. Kode itu sukses membuat Ashraf tutup mulut, tak lagi melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"Akhir-akhir ini kamu sering menanyakan tentang Wara Constructions, Ashraf."

Terang-terangan Putra menyindir sang asisten. Dan Ashraf cukup terhenyak. Dengan cepat otaknya bekerja, mencari alasan.

"Itu karena beberapa pemegang saham menanyakan tindakan lanjutan Tuan untuk CEO Wara Constructions yang baru. Mereka menanyakan kapan nama CEO tersebut akan diumumkan, Tuan."

"Kalau mereka begitu ingin tahu, temui saya langsung. Tidak perlu melalui perantara seperti kamu."

Ada kilat aneh dari tatapan Ashraf. Jakunnya naik turun saat ia menelan air liurnya perlahan. Dirinya tersadar akan satu hal, namun ia memilih untuk memendamnya.

"Baik, Tuan. Kalau begitu, saya permisi kembali ke kantor."

Pamitnya Ashraf tidak direspon banyak oleh Putra. Pria paruh baya itu memastikan bahwa Ashraf sudah benar-benar keluar melalui ekor mata, setelahnya bangkit untuk mengunci pintu.

Begitu pintu telah terkunci, langkah Putra memasuki sebuah bilik rahasia di balik sebuah lukisan super besar di lantai atas ruang kerjanya.

Di sana, ada seseorang yang sudah berdiri menunggunya. Putra menghampiri dan menduduki meja bacanya. Berhadapan dengan orang itu.

"Apa hal baru yang kamu temukan?"

"Kemarin, saat Tuan Putra kontrol ke rumah sakit, Nyonya Cheline mendatangi Pak Ashraf bersama Pak Johan."

Satu alis Putra terangkat, "Johan? Dia sudah keluar dari penjara?"

Orang itu mengangguk. "Pak Johan keluar seminggu setelah Nyonya Cheline menjenguknya di penjara. Saat itu, Nyonya Cheline membawa sebuah map. Sepertinya map itu berisi surat penunjukkan pengacara untuk Pak Johan, Tuan."

Kerut di kening Putra terlihat jelas. Banyak makna yang tergambar dari raut wajahnya yang begitu serius dan keras.

Kepercayaan Putra terhadap Cheline meluntur semenjak wanita itu marah padanya karena penunjukkan Mita sebagai pewaris perusahaan. Sebenarnya, ia sudah tidak bisa mempercayai Cheline semenjak istri mudanya itu ketahuan memalsukan hasil test DNA Mita dan Warna, 12 tahun yang lalu. Tapi, karena tak mau reputasinya menjadi buruk bila harus menceraikan Cheline, Putra memilih bertahan meski harus selalu awas dan waspada.

Begitu pula kepercayaannya terhadap Ashraf. Ia berada di ambang keraguan kepada pria yang selama ini setia menjadi tangan kanannya itu. Semua bermula semenjak Ashraf mengusulkan nama Cheline sebagai CEO Wara Constructions.

Firasatnya mengatakan bahwa Ashraf mengajukan Cheline sebagai kandidat tidak semata-mata karena pria itu tahu Cheline adalah orang yang tepat. Putra merasa Ashraf punya maksud lain.

Awalnya ia tak mau berpikir demikian. Bagaimanapun, ia tahu Ashraf seperti apa. Dia adalah asisten yang loyal dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Sayangnya, Putra memegang prinsip bahwa sebaik apapun orang kepadanya, ia tidak boleh mempercayainya 100%.

Semua orang berpotensi sebagai musuh, bahkan musuh dalam selimut. Pemikiran ini pun berlaku untuk Ashraf yang gelagatnya mulai mencurigakan selama beberapa waktu belakangan.

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang